Mau Vagina Tetap Kencang? Lakukan Satu dari Tiga Prosedur Ini

Perawatan vagina harus sesuai dengan prosedur tenaga ahli.
Tindakan peremajaan vagina dilakukan oleh tenaga ahli. (Foto: Instagram)

Jakarta, (Tagar 29/11/2018) - Sebagai salah satu kemajuan di bidang ginekologi, peremajaan vagina merupakan kabar baik bagi perempuan. 

Dokter Yassin Yanuar Mohammad, SpOG (K), M.SC, CEO Bamed Healthcare Group mengatakan, wanita membutuhkan perawatan vagina sebagai dampak perubahan anatomi organ intim tersebut dalam fase-fase kehidupan. 

"Peremajaan vagina merupakan sebuah kebutuhan yang penting dilakukan terutama bagi perempuan yang sudah menikah dan melahirkan," ucap Dokter Yassin kepada Tagar News beberapa waktu lalu.

Peremajaan vagina sangat penting dilakukan, karena dari masa pubertas sampai dengan masa menopause vagina mengalami beberapa fase yang dapat menurunkan elastisitasnya. Akibat perubahan hormon, kehamilan serta persalinan. 

Sementara itu, dr. Ni Komang Yeni Dhanasari, SpOG, ahli kebidanan dan kandungan mengatakan, peremajaan vagina bukan hanya sekadar soal mencari kenikmatan seksual saja. Tetapi bertujuan untuk membantu meraih kematangan fisik, sehingga pasien bisa semakin meningkatkan kepercayaan diri dan kualitas hidupnya. 

Tiga cara peremajaan vagina

Melakukan peremajaan vagina tidak bisa sembarangan, perlu ahli atau orang yang mumpuni untuk melakukan perawatan tersebut.

"Jadi nggak semua orang bisa melakukan tindakan tersebut. Harus melalui konsultasi, sampai tindakan apa yang harus dilakukan dokter atas keluhan pasien," sambung dokter Yeni kepada Tagar News beberapa waktu lalu.

Peremajaan vagina dapat dilakukan secara invasif, semi-invasif maupun non-invasif. Masing-masing cara harus melewati konsultasi terlebih dahulu, agar sesuai dengan kebutuhan dari masalah yang dihadapi.

1. Non-invasif

Tentang prosedur non-invasif, dr. Yeni menjelaskan, prosedur non-invasif sifatnya tidak melukai permukaan kulit dan mukosa vagina. Keunggulannya ialah tingkat kesulitannya yang lebih rendah serta dapat dilakukan secara sadar dan nyaman. 

"Selama tindakan berlangsung, pasien akan merasakan kenaikan temperatur yang menimbulkan rasa hangat di daerah vagina maupun labia. Prosedur non-invasif sebaiknya tidak dilakukan saat masa Premenstrual Syndrome (PMS) karena biasanya tubuh akan lebih sensitif, sehingga treatment ini akan terasa kurang nyaman dilakukan pada area sensitif," terangnya

Prosedur ini bersifat tidak permanen tetapi dapat dilakukan proses touch up secara berkala, yaitu antara 6 sampai 24 bulan tergantung kebutuhan. Seperti layaknya penggunaan teknologi Radio Frequency sebagai upaya anti-penuaan terhadap wajah, peremajaan vagina secara non-invasif juga menggunakan prinsip yang sama untuk perawatan labia remodeling, labia majora tightening, labia majora brightening serta vaginal tightening atau pengencangan vagina.

2. Semi-invasif

Kriteria atau syarat melakukan semi-invasif di antaranya perempuan yang mengalami masalah elastisitas vagina yang mulai berkurang (vaginal laxity), kering atau infeksi berulang dan Stress Urinary Incotinence (SUI), serta perempuan yang menginginkan solusi masalah kesehatan kewanitaan tanpa operasi.

"Prosedur semi-invasif, yaitu Labia Mayora Augmentation dan Injeksi G-Spot. Labia Mayora Augmentation, yaitu prosedur untuk menambah volume pada bagian bibir vagina Labia luar, tindakan ini dapat dilakukan baik dengan Platelet Rich Plasma (PRP) atau filler sehingga tampilan vagina lebih berisi dan kencang," ucap dr. Yeni. 

Sedangkan injeksi G-Spot merupakan tindakan untuk meningkatkan orgasme. Prosedur ini juga membantu perempuan yang tidak dapat menikmati hubungan seks akibat kehilangan titik sensitifnya dengan cara menginjeksikan PRP pada area sensitif tersebut. PRP adalah serum yang dihasilkan dari darah pasien yang sudah melewati proses sentrifugasi.  

Invasif

Ada beberapa tindakan invasif untuk peremajaan vagina, meliputi clitoralhood reduction, Labia mayora plasty, Labia minora plasty, Vaginoplasty, hingga Hymenoplasty yang bermanfaat untuk memperbaiki atau merapatkan kembali selaput dara pada perempuan.

"Persiapan peremajaan vagina dengan metode bedah sama dengan persiapan operasi secara umum, yakni pemeriksaan darah lengkap yang disertai oleh konsultasi dengan dokter anestesi. Apabila ditemukan adanya kendala pada tes laboratorium, pasien harus berkonsultasi dengan dokter yang berwenang," jelas dr. Dasep Suwanda, SpOG dari Bamed Women’s Clinic . 

Sesudah menjalani prosedur operasi, pasien biasanya harus menyediakan jeda setidaknya enam hingga delapan minggu, untuk bisa kembali berhubungan secara intim serta olahraga. (Reza Antares P)

Berita terkait