Malaysia Gagalkan Serangan Teror Terhadap Keluarga Raja Salman

Malaysia menangkap sejumlah anggota kelompok garis keras asal Yaman karena merencanakan serangan terhadap keluarga kerajaan Arab Saudi.
Presideng Joko Widodo dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al-Saud mengunjungi Masjid Istiqlal, Jakarta, Kamis (2/3). Pada hari kedua kunjungan kenegaraannya ke Indonesia, Raja Salman mengunjungi DPR, Masjid Istiqlal dan melakukan pertemuan dengan tokoh agama di Istana Merdeka, Jakarta. (Foto: Ant)

Kuala Lumpur, (Tagar/7/3) - Malaysia mengaku telah menangkap sejumlah anggota kelompok garis keras asal Yaman pada bulan lalu karena merencanakan serangan terhadap keluarga kerajaan Arab Saudi menjelang kunjungan Raja Salman.

Seorang sumber kepolisian mengatakan bahwa empat warga negara Yaman itu merupakan anggota kelompok gerilyawan Houthi yang tengah berperang melawan koalisi internasional pimpinan Arab Saudi selama dua tahun terakhir.

Keluarga kerasaan Arab Saudi tiba di Kuala Lumpur pada 26 Februari lalu dengan membawa 600an delegasi untuk kunjungan selama empat hari. Saat ini dia tengah berlibur di Pulau Bali, Indonesia.

Pada 21 Februari sampai dengan 26 Februari, otoritas Malaysia menangkap seorang warga negaranya sendiri dan enam orang asing--salah satunya dari Indonesia, empat dari Yaman, dan satu dari negara Asia Timur.

Mereka diduga terlibat dalam kelompok bersenjata ISIS, kata kepolisian dalam sebuah pernyataan tertulis pada Ahad lalu.

Pada Selasa, kepala kepolisian Malaysia mengatakan bahwa empat warga Yaman yang ditangkap tersebut tengah merencanakan serangan teror terhadap keluarga kerajaan Saudi.

"Empat warga Yaman, selain berperan memalsukan dokumen perjalanan dan terlibat dalam distribusi obat-obatan terlarang, juga merencanakan serangan terhadap keluarga kerajaan Arab saat berkunjung di Kuala Lumpur," kata Inspektur Jenderal Polisi, Khalid Abu Bakar, kepada para wartawan.

Sebelumnya polisi tidak menduga mereka merencanakan serangan teror. Mereka ditangkap di Serdang dan Cyberjaya--sebuah area dekat dengan Kuala Lumpur--karena diduga terlibat dengan kelompok gerilyawan Yaman, kata kepolisian Malaysia.

Polisi menyita sejumlah paspor internasional dari empat orang itu, bersama dengan uang senilai 270.000 ringgit atau sekitar Rp800 juta, yang diduga akan diserahkan kepada kelompok Houthi.

PBB mengatakan bahwa Yaman kini merupakan negara dengan krisis pangan terbesar di dunia, dengan perkiraan 7,3 juta orang membutuhkan bantuan segera. Konflik di Yaman sendiri telah menewaskan lebih dari 10.000 orang.

Dalam beberapa tahun terakhir, Malaysia telah menangkap ratusan orang karena diduga terlibat dengan kelompok militan bersenjata.

Negara Asia Tenggara itu kini tengah waspada sejak sejumlah pelaku bom bunuh diri yang diduga anggota ISIS melancarkan sejumlah serangan di ibu kota Indonesia, Jakarta, pada Januari tahun lalu.

Dua orang yang ditangkap pada akhir Februari lalu--seorang asal Indonesia dan Malaysia--merencanakan serangan besar dengan menggunakan bom mobil, kata polisi. (fet/ant/reuters)

Berita terkait
0
Pimpinan DPR Desak Polri Bongkar Penilep Dana Umat
Dasco memastikan Komisi III DPR akan ikut mengawasi jalannya penegakan hukum yang dilakukan kepolisian dalam mengusut kasus tersebut.