Makanan Khas Simeulue yang Aneh yang Menggoda Lidah

Makanan khas Simeulue yang aneh yang menggoda lidah. “Nama makanan ini berasal dari “mamemek” yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggigit,” kata Almawati.
Makanan khas Kabupaten Simeulue, Aceh. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Banda Aceh, (Tagar 12/8/2018) - Beragam makanan andalan daerah tersedia di arena festival kuliner di Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-7. Salah satunya dikenal dengan sebutan alat vital perempuan, makanan khas dari Kabupaten Simeulue yang terbuat dari campuran beras dan pisang.

Makanan tersebut dijual di stand Simeuleu di areal Festival Kuliner yang digelar di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh, Aceh.

Di sana, makanan itu dimasukkan ke dalam cup (gelas plastik) dan dijual seharga Rp 5.000 per porsi. Makanan ini disediakan dari siang hari.

Seorang penjaga stand Simeulue, Almawati mengatakan, sejak hari pertama banyak pengunjung yang datang mencari makanan khas tersebut di stand milik daerahnya. Bahkan, ada beberapa pengunjung PKA yang membelinya untuk dibawa ke Jakarta.

"Banyak yang cari, bahkan sudah sampai ke Jakarta. Mereka rata-rata penasaran dengan makanan khas Simeulue ini," kata Almawati, Sabtu (11/8).

Makanan itu sendiri terbuat dari beras ketan gongsen, pisang, santan yang sudah dipanaskan, gula dan garam. Proses pembuatannya butuh waktu sekitar satu jam. Setelah masak, siap disantap dingin atau biasa.

Menurut dia, nama makanan itu berasal dari “mamemek” yang berarti mengunyah-ngunyah atau menggigit. Namun saat ini masyarakat di Simeulue lebih populer menyebutnya tanpa menyertakan dua huruf pertama.

"Namanya gak boleh diganti karena dari nenek moyang kami namanya memang begitu," jelas Almawati.

Selama ini, makanan khas tersebut memang tidak setiap hari bisa dijumpai di pulau yang dikenal dengan penghasil cengkeh dan lobster itu. Soalnya, makanan ini biasanya disajikan bukaan bulan Ramadhan. Pada bulan itu, hampir semua masyarakat membuat memakan khas itu untuk disantap ketika buka puasa.

"Tapi kalau hari-hari biasa kalau dipesan ada juga. Karena ini bahannya santan jadi tidak tahan lama. Kami tidak pakai pengawet sehingga tidak ada efek samping saat dimakan," ujar Almawati.

Kepala Bidang Sejarah dan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Irmayani mengatakan, Aceh sangat kaya dengan berbagai macam kuliner khasnya. Dari 23 kabupaten/kota di Aceh masing-masing memiliki makanan khas tersendiri.

Melalui PKA-7 ini, semua jenis makanan dan kuliner khas tersebut ditampilkan. Dalam event tersebut juga ada festival kuliner.

“Ini semua tujuannya agar kuliner khas tersebut terus dipertahankan. Jangan sampai tergerus zaman,” kata Irmayani. []

Berita terkait
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya