Jakarta - Louis Vuitton, merupakan merek tas ternama asal Prancis yang setiap koleksi menawarkan desain yang mewah dengan harga selangit. Namun, ternyata merek satu ini memiliki kebiasaan membakar produknya jika tidak laku di pasaran dari pada harus menjualnya dengan diskon.
Dikutip dari scoopwhoop, alasan kuat untuk melakukan kebiasaan itu karena mereka ingin menjaga eksklusivitas setiap produk tas dibuat dengan tangan.
Namun, belum ada pernyataan resmi dari pihak LV atas rumor pembakaran produk yang tak laku tersebut. Pihak LV hanya pernah mengatakan bahwa sebelum menghancurkan tas mereka, LV menjual barang dengan harga diskon bagi karyawannya.
Selain Louis Vuitton, berikut ini dua merek papan atas yang membakar dan menghancurkan produknya jika tak laku:
1. Burberry
Dalam lima tahun terakhir, lini busana yang dikenal dengan motif kotak-kotak itu disebut sudah menghancurkan produk senilai lebih dari 65 juta USD. Selain LV, merek Burberry yang memiliki produk busana juga melakukan kebiasaan membakar barangnya yang tidak laku. Dalam laporan The Time, pada tahun 2017, label mewah asal Inggris itu membakar busana yang tak terjual senilai lebih dari 36,5 juta USD atau lebih dari Rp 258 miliar. Nilai 36,5 juta dollar AS sendiri setara dengan 20.000 trench coat Burberry.
Dikabarkan juga, dalam lima tahun terakhir, lini busana yang dikenal dengan motif kotak-kotak itu disebut sudah menghancurkan produk senilai lebih dari 65 juta USD.
Perusahaan bernilai 9,6 miliar USD versi Forbes itu mengatakan, mereka menangani isu limbah ini dengan sangat serius" dan menggunakan insinerator khusus untuk memanfaatkan energi.
"Burberry memiliki proses yang hati-hati untuk meminimalkan jumlah kelebihan stok yang kami hasilkan," ujar salah seorang juru bicara Burberry.
2. Richemont
Namun Richemont, pemilik Cartier dan Montblanc, disebut menghancurkan jam tangan senilai lebih dari 500 juta USD dalam dua tahun. Bahkan, peritel fast fashion ini disebut-sebut menghancurkan 16,5 ton stok tahun lalu. []