TAGAR.id, Jakarta - Hari menjelang petang. Aktifitas di lokasi pengungsian Lapangan Cariu, Kabupaten Cianjur, mulai berkurang seiring hari mulai senja.
Namun, di sudut lain di lokasi sama, masih terlihat ibu-ibu yang sibuk menyiapkan adonan gorengan. Tepung, sayuran dan bahan lainnya, tinggal stok terakhir. Di depan mereka, pembeli masih mengantri.
Gorengan panas menjadi teman menghabiskan hari yang merambat menuju petang.
“Sudah hampir habis dagangan kami hari ini, tapi masih ada saja yang beli, Alhamdulillah,” kata Mia ketua kelompok Dapur Kreasi di Posko Pengungsian Lapangan Cariu, Desa Mangunkerta, Kabupaten Cianjur, Kamis petang, Kamis, 1 Desember 2022.
Kami arahkan relawan, atau kalau ada masyarakat, yang mungkin sedang singgah untuk menjenguk keluarga mereka di pengungsian, kita arahkan juga mereka ke dapur kreasi untuk membeli produk ibu-ibu ini.
Kelompok ibu-ibu pemilik lapak ini bukan orang-orang biasa. Mereka penyintas bencana gempa bumi Cianjur yang diberikan intervensi berupa pemberdayaan oleh Kementerian Sosial pasca bencana, melalui Dapur Kreasi.
Dapur Kreasi menjadi kegiatan pemberdayaan, yang diinisiasi Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (PSKBA) Kemensos, untuk para penyintas bencana agar mereka kembali menemukan semangat dalam melanjutkan kehidupan, dengan memutar kembali roda perekonomian di wilayah bencana yang sempat terhenti, seperti pasca bencana gempa bumi di Cianjur, saat ini.
Dapur Kreasi, yang dikelola tidak kurang dari 10 ibu-ibu ini, menjajakan aneka minuman ringan, serta aneka gorengan. “Kami ada 10 orang. Awalnya, jual kopi dulu, lama-lama ke minuman sachet, ada jeruk peras juga. Terus, kami juga jual gorengan, mulai dari bala-bala, pisang goreng, singkong goreng, gehu, tahu pedas,” ucap Mia menjabarkan apa-apa saja yang ia jual.
Untuk gorengan, lanjut Mia, ia membanderol harga Rp1.000 sampai Rp2.000. Sedangkan, minuman, ia jual seharga Rp2.000 ke atas, tergantung jenis minumannya.
Hasil yang didapatkan dari Dapur Kreasi pun tak main-main. Sejak dimulai pada Selasa (29/11) lalu, hingga hari ketiga, Kamis (1/12), Dapur Kreasi ini sudah meraup pendapatan hingga Rp3 juta lebih.
"Alhamdulillah, hari pertama buka dapat Rp1,6 juta, hari kedua dapat Rp1,5 juta. Kalau sekarang, hari ketiga, masih belum dihitung, tapi sekarang (sore) dagangan sudah hampir habis," kata dia sumringah.
Bersama 9 anggota ibu-ibu lain dalam kelompok yang dikomandoinya, Mia, lantas mengucap syukur lantaran Kemensos, lewat perpanjangan tangan relawan Taruna Siaga Bencana (Tagana) di lokasi pengungsian dimana ia tinggal, mengajak mereka memulai usaha lewat Dapur Kreasi.
Jika sebelumnya, ia merasa cukup jenuh tinggal di pengungsian, kini ia mengaku, hari-harinya tidak terus menerus memikirkan dampak gempa yang terjadi lantaran telah memiliki kesibukan tersendiri. "Senang aja ya, jadi ada kegiatan, ngga cuma diem aja di tenda," ucap Mia.
Lebih lanjut, diungkap Mia, berkat keberadaan Dapur Kreasi dan manfaatnya yang dirasakan langsung oleh penyintas dan orang-orang di sekitarnya, banyak ibu-ibu lainnya sesama penyintas terdorong untuk turut serta memulai usaha.
Hal itu diamini relawan Tagana Provinsi Jawa Timur, Twi Adi, yang juga menjadi pendamping pelaksanaan Dapur Kreasi. Ia menuturkan, setelah Dapur Kreasi ini terbentuk dan diketahui bahwa kegiatan ini cukup menghasilkan, banyak dari mereka, para penyintas lainnya, megajukan diri untuk ikut serta dalam kegiatan Dapur Kreasi.
- Baca Juga: Gelar FGD dengan Komisi VIII DPR RI, Kemensos Sampaikan Realisasi Anggaran Bansos Capai 97,35%
"Untuk sementara, sudah lumayan banyak yang daftar (untuk mengikuti Dapur Kreasi). Bahkan, mereka bervariasi jenis jualannya, ada yang mau jualan martabak, ada yang mau jualan seblak, ada juga yang mau buka jasa pijat,” kata Twi sembari tersenyum menyaksikan dampak positif dari Dapur Kreasi yang ia dampingi di lokasi pengungsian.
Sementara itu, target pasar Dapur Kreasi, dikatakan Twi, menyasar para relawan atau masyarakat umum, yang kebetulan singgah di lokasi pengungsian.
“Kami arahkan relawan, atau kalau ada masyarakat, yang mungkin sedang singgah untuk menjenguk keluarga mereka di pengungsian, kita arahkan juga mereka ke dapur kreasi untuk membeli produk ibu-ibu ini,” ucapnya.
Untuk menarik minat dan memanjakan para calon pembeli, lanjutnya, pihaknya juga menyediakan sarana dan prasarana pendukung di area Dapur Kreasi.
“Kami juga sudah menyediakan tempat duduk, ada lima set meja dan kursi, serta satu tenda kerucut dilengkapi fasilitas kelistrikan untuk keperluan charge alat elektronik, hp atau laptop, bagi pembeli. Termasuk, lampu-lampu café dengan view gunung dan tenda-tenda merah putih penyintas yang cantik untuk swafoto,” katanya menambahkan.
Ia mengatakan kegiatan ini dirancang sebagai upaya pemulihan fungsi sosial ekonomi. “Para penyintas tidak begitu saja diberi uang, yang berimbas pada budaya konsumtif. Tapi, kami dengarkan aspirasi mereka, mereka maunya apa, kemudian, kami konsep. Nanti, bantuan dari Kemensos, dibelikan bahan (untuk memenuhi aspirasi mereka)," ujarnya.
Di samping upaya pemulihan fungsi sosial ekonomi, Twi juga berharap, para penyintas bisa belajar mengelola keuangan secara kelompok dan mandiri secara finansial. “Selain itu, dibentuknya Dapur Kreasi secara berkelompok, diharapkan dapat mengasah jiwa sosial masyarakatnya, dan belajar untuk mencari solusi permasalahan bersama dalam keadaan sesulit apa pun,” katanya.
Seperti diketahui, akibat bencana gempa bumi bermagnitudo 5,6 di Cianjur yang disusul beberapa kali gempa berkekuatan kecil setelahnya, hingga kini, banyak masyarakat kehilangan mata pencaharian dan penghasilan.
Toko-toko dan kios roboh. Meski beberapa bangunan diantaranya masih berdiri, masyarakat masih belum berani kembali mengoperasikannya.
Kemensos tidak hanya berfokus untuk memenuhi kebutuhan penyintas selama di pengungsian. Lewat Dapur Kreasi, Kemensos juga berupaya untuk menumbuhkan semangat hidup para penyintas kembali menatap masa depan.