Lebaran Lansia di Panti: Kamu Siapa? Tolonglah Cari Keluargaku

Lebaran lansia di Panti: kamu siapa? tolonglah cari keluargaku, tolong ya, ya, terima kasih. Getir suaranya. Pilu.
Lebaran Lansia di Panti: Kamu Siapa? Tolonglah Cari Keluargaku | Para lansia sedang mengikuti kegiatan panggung gembira di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia I Jakarta Timur. (Foto: Dok. PSTW)

Jakarta, (Tagar 15/6/2018) - "Kamu siapa? Tolonglah cari keluargaku, tolong ya, ya, terima kasih," nenek berkerudung dan berdaster itu berlalu. 

Sekitar lima langkah, ia berhenti, kembali lagi dan berkata sambil menepuk bahu Aditya Ramadhan dari Antara. "Tolong ya, Nak, terima kasih."

Perempuan berusia sekitar 70 tahun itu tak memperkenalkan diri, tidak juga berminat untuk mengobrol lebih jauh tentang bagaimana ia bisa ditempatkan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia I Jakarta Timur.

Ia hanya sedang berjalan di halaman panti untuk mengisi keseharian yang tak tahu harus berbuat apa di hari Lebaran. Tidak banyak kegiatan pada Hari Raya Idul Fitri di panti ini selepas Salat Id.

Panti sosial ini milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah naungan Dinas Sosial. Penghuninya hampir seluruhnya para lanjut usia (lansia) berasal dari penjaringan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) oleh Satpol PP.

Pemandangan lansia berjalan lalu-lalang di halaman dan dalam koridor panti ini bukan cuma satu. Beberapa orang berseliweran seperti tak tahu apa yang harus dilakukan.

"Kamu orang mana? Kamu tahu nggak keluarga saya?" kata perempuan lansia lainnya yang sedang melintas.

***

Lusy (80) berjalan pelan dan hati-hati mengelilingi kawasan panti. Entah ia sudah memutari panti untuk yang keberapa kali.

"Kamu orang Medan atau Manado?" ia bertanya kepada setiap orang baru yang mengunjungi panti. Tapi ia menyembunyikan alasan kenapa bertanya demikian.

Ia mengaku berasal dari Manado, dan ia penasaran dengan orang yang memiliki kaitan dengan daerah asalnya dan suatu kota di Sumatera Utara.

***

Soleh (60) mengenakan sarung, baju koko, lengkap dengan kopiah. Ia berjalan pelan-pelan menaiki tangga. Langkahnya sangat lambat karena kondisi fisiknya yang lemah.

Setelah duduk dengan posisi nyaman, ia bercerita bagaimana bisa sampai ditempatkan di PSTW.

"Saya dari Pandeglang, ke Jakarta mau ke rumah ibu saya, tapi nggak ketemu-ketemu," katanya.

Ia yang tak memiliki tujuan di Jakarta kemudian terjaring razia PMKS lalu ditempatkan di PSTW Budi Mulia I. Soleh tak ingat nomor telepon keluarga untuk menginformasikan keberadaanya. Ia juga tak pernah mendengar kabar keluarga mencari tahu keadaanya.

Di hati kecilnya ia tetap berharap akan ada yang menjemputnya pulang dan kembali berkumpul bersama keluarga.

Soleh bercerita sebelumnya ia berdagang pakaian bersama istri di Pandeglang. Ia memiliki dua putra yang masih duduk di bangku SMP dan STM.

Sebelum pergi mengadu nasib di Jakarta dengan niat mencari kerja apa pun juga, ia berpesan kepada istrinya agar tidak usah khawatir kalau dirinya tidak kembali pulang.

Nada getir tersirat dari suaranya yang pelan ketika menjawab pertanyaan bagaimana bila tidak ada yang datang untuk menjemput.

"Ya, tunggu saja," kata dia tanpa tahu kepastian.

Tatapan Soleh menerawang jauh ketika disinggung perihal merayakan Lebaran di panti sosial. Ia teringat kehangatan merayakan hari raya Idul Fitri bersama keluarga dan bersilaturahim ke tetangga.

Ia merasa aman di panti sosial karena terpenuhi kebutuhan hidup, namun mengaku sangat bosan dan ingin keluar dari panti.

***

Marintan petugas piket panti yang menangani pembinaan kesehatan. Ia menjelaskan, 70 orang dari 202 lansia di sini menderita gangguan jiwa psikotik.

Di antara yang sehat mental, banyak yang memiliki penyakit fisik seperti hipertensi, kolesterol, stroke, diabetes. Ada pula yang menderita penyakit kulit karena sebelumnya lama hidup di jalanan.

"Di sini kami menyediakan perawat jaga yang bersiaga 24 jam," katanya.

Ia cerita, para lansia yang mengalami gangguan jiwa justru lebih sehat secara fisik, karena mereka berjalan kaki mengelilingi panti nyaris setiap hari.

Tak jarang, katanya, lansia yang sakit dirujuk ke rumah sakit untuk menjalani perawatan intensif, mengembuskan napas terakhir tanpa diketahui keluarganya.

Banyak juga lansia yang akhirnya dipulangkan kembali pada keluarganya atau dijemput oleh sanak saudara.

"Itu target kami, supaya dikembalikan ke keluarganya, kembali ke masyarakat," kata dia.

***

Selama di panti, para lansia dibuatkan jadwal kegiatan berbeda setiap harinya. Senam untuk menjaga kebugaran. Kerajinan tangan sebagai bekal keterampilan saat kembali pulang. Kegiatan keagamaan di antaranya kasidah, pengajian, zikir, tahlilan, juga kebaktian.

Beberapa kegiatan keterampilan antara lain pelatihan membuat keset, menjahit, berkebun, bermain angklung, dan panggung gembira. 

Marintan mengatakan, ada juga lansia menolak di antara kegiatan tersebut karena menganggapnya membosankan, tidak bisa, atau tidak kuat. 

Ia menjelaskan, kondisi kesehatan para lansia rutin dipantau sekali seminggu oleh petugas kesehatan dari Puskesmas, serta pelayanan fisioterapi dua kali dalam seminggu.

Tapi, katanya, ada di antara para lansia itu membandel.

"Dikasih obat kadang nggak diminum, atau dibuang," katanya. (af)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.