Lawatan Paus Fransiskus ke Irak Dinilai Bukan Ide yang Bagus

Di tengah pandemi virus corona (Covid-19) yang terjadi di Irak, lawatan Paus ke Irak dinilai sejumlah pakar penyakit menular bukan ide yang bagus
Seorang Pastor memegang bendera di dekat poster Paus Fransiskus, dalam persiapan menjelang kunjungan Paus di Gereja Mar Youssif Church, Baghdad, Irak, 16 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP).

Jakarta - Sejumlah pakar penyakit menular menyampaikan keprihatinan tentang rencana lawatan Paus Fransiskus ke Irak, di tengah melesatnya pandemi virus corona. Selain itu di Irak juga sistem layanan kesehatan sangat rentan dan kemungkinan kerumunan warga Irak yang ingin melihat Paus dari dekat. Suatu hal yang tidak terhindarkan.

Laporan situs independen, worldometer, sampai tanggal 1 Maret 2021 jumlah kasus virus corona di Irak mencapai 695.489 dengan 13.406 kematian. Laporan harian tertinggi pada tanggal 23 September 2020 sebanyak 5.055, dan kematian terbanyak pada tanggal 26 Juni 2020 sejumlah 122.

Tidak ada yang ingin memberitahu Paus agar menangguhkan lawatan itu dan pemerintah Irak sangat berkepentingan untuk menunjukkan kondisi keamanan yang relatif stabil dengan menyambut kedatangan Paus pertama di negeri kelahiran Ibrahim itu.

paus pakai maskerPaus Fransiskus pakai masker saat hadiri kebaktian doa antaragama untuk perdamaian bersama dengan perwakilan agama lain di Basilika Santa Maria di Aracoeli, sebuah gereja di atas Bukit Capitoline Roma, di Roma, Italia, 20 Oktober 2020 (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Lawatan pada tanggal 5-8 Maret 2021diharapkan akan memberikan dorongan spiritual yang sangat dibutuhkan bagi warga Kristen yang terkepung di Irak sambil melanjutkan upaya membangun hubungan antara Vatikan dan dunia Muslim.

Sejumlah pakar kesehatan mengatakan dari sudut pandang epidemiologi dan pesan kesehatan publik yang ingin disebarluaskan, lawatan Paus Fransiskus di tengah pandemi global ini tidak disarankan.

Keprihatinan mereka juga dipicu dengan kabar pada hari Minggu, 28 Februari 2021, bahwa Duta Besar Vatikan Untuk Irak yaitu Uskup Mitja Leskovar – orang yang menjadi penghubung utama dalam lawatan itu dan sekaligus yang akan menemani Paus dalam seluruh pertemuannya – dinyatakan positif mengidap Covid-19 dan telah menjalani isolasi mandiri. Dalam email ke kantor berita Associated Press, Kedutaan Irak mengatakan gejala yang diidap Uskup Leskovar sangat ringan dan ia masih terus melanjutkan persiapan lawatan Paus.

Terlepas dari kasus itu, para pakar mengingatkan bahwa perang, krisis ekonomi dan eksodus kaum profesional Irak telah meluluhlantakkan sistem rumah sakit negara itu; sementara beberapa kajian menunjukkan perebakan baru virus corona di Irak saat ini adalah varian sangat menular yang pertama kali diidentifikasi di Inggris. “Saya hanya merasa ini bukan ide yang bagus,” ujar Dr. Navid Madani, pakar virus dan salah seorang direktur di Pusat Pendidikan Kesehatan Sains di Timur Tengah dan Afrika Utara di Harvard Medical School's Dana-Farber Cancer Institute.

Madani yang kelahiran Iran merupakan salah seorang penulis laporan di The Lancet tahun 2020 lalu tentang tanggapan yang tidak sama di kawasan itu terhadap pandemi mematikan ini. Ia mencatat bahwa penanganan yang dilakukan Irak,

Suriah dan Yaman sangat buruk, terutama karena negara-negara ini juga masih berjuang mengatasi pemberontakan kelompok ekstremis dan adanya 40 juta orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

warga irak belanjaWarga Irak berbelanja di kawasan Khadimiyah sebelum diberlakukannya jam malam oleh pihak berwenang untuk menekan penyebaran Covid-19, 18 Februari 2021 (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Dalam wawancara melalui telpon, Madani mengatakan warga Timur Tengah dikenal karena keramahtamahannya dan antusiasme warga Irak menyambut tokoh perdamaian seperti Paus Fransiskus ke negara yang ditinggalkan dan dikoyak perang itu mungkin akan memicu terjadinya pelanggaran yang tidak disengaja terhadap langkah-langkah pengendalian Covid-19. “Ini dapat berpotensi memicu risiko yang tidak aman atau menjadi wahana penyebarluasan virus dengan sangat cepat – atau dikenal sebagai superspreader,” ujarnya.

Vatikan telah melakukan langkah berjaga-jaga menjelang lawatan Paus berusia 84 tahun itu, di mana seluruh anggota tim yang berjumlah 20 orang dan sekitar 70-an wartawan yang ada dalam pesawat Paus sudah divaksinasi (em/jm)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Lonjakan Dramatis Jumlah Kasus Virus Corona di Irak
Irak kembali memberlakukan jam malam mulai Jumat, 19 Februari 2021, menyusul lonjakan dramatis jumlah kasus baru virus corona
Paus Fransiskus Akan Kunjungi Irak Maret 2021
Paus Fransiskus bersiap mengakhiri masa istirahatnya dari perjalanan internasional dengan merencanakan kunjungan bersejarah ke Irak