Larangan Ekspor Beras India Picu Panic Buying di AS

Di beberapa lokasi, antrean mengular sampai ke luar toko ketika para konsumen berbelanja dengan panik
Sejumlah pekerja menurunkan beras dari sebuah truk di pelabuhan utama ekspor beras India di Kakinada Anchorage, negara bagian Andhra Pradesh, India, 2 September 2021. (Foto: voaindonesia.com/Rajendra Jadhav/Reuters)

TAGAR.id - Obrolan di salah satu grup WhatsApp Prabha Rao menghebohkan pekan lalu, ketika India mengumumkan bahwa negara itu sangat membatasi ekspor beras ke seluruh dunia. Hal itu memicu kecemasan di antara diaspora India yang tinggal di Amerika Serikat (AS), yang khawatir akses ke makanan pokok dari Tanah Air mereka mungkin akan segera diputus.

Seperti dalam situasi krisis misalnya krisis air mineral kemasan botol atau tisu toilet, sebagian dari mereka bergegas ke pasar swalayan untuk membeli persediaan pangan, memenuhi troli belanja mereka dengan berkarung-karung beras. Di beberapa lokasi, antrean mengular sampai ke luar toko ketika para konsumen berbelanja dengan panik.

Namun Rao, yang tinggal di dekat Syracuse, New York, AS, diyakinkan pemilik toko swalayan India langganannya, bahwa pasokan beras mencukupi. Pemilik toko mengirim surel kepada para pelanggannya agar mereka tidak perlu khawatir.

Dengan harapan dapat mencegah tekanan inflasi pada makanan pokok, pemerintah India pada awal Juli menerapkan larangan ekspor untuk jenis beras putih non-Basmati, sehingga mendorong penimbunan di beberapa bagian dunia.

Langkah itu diambil untuk “memastikan ketersediaan yang cukup” dan “meredakan kenaikan harga di pasar domestik,” kata Kementerian Urusan Konsumen, Pangan dan Distribusi Umum India pada 20 Juli. Selama setahun terakhir, harga telah meningkat lebih dari 11 persen, dan 3 persen dalam sebulan terakhir, kata pemerintah.

Beras putih non-Basmati mewakili seperempat dari seluruh pasokan beras yang diekspor India. (ps/rd)/voaindonesia.com/VOA. []

Berita terkait
India Berlakukan Larangan Ekspor Beras Dinilai Bisa Pengaruhi Harga Beras Global
India, yang merupakan pengekspor beras terbesar di dunia, menyumbang 40% perdagangan beras global