Jakarta, (Tagar 29/1/2018) - Peneliti terorisme Ridlwan Habib menilai kunjungan Presiden Joko Widodo ke Kabul, Afghanistan pasca serangan bom mobil di wilayah tersebut, merupakan tindakan yang sangat berani.
"Pertimbangan Presiden Jokowi untuk tetap mengunjungi Kabul adalah langkah yang superberani, karena negara-negara besar lain di dunia justru mengeluarkan travel warning (peringatan berhati-hati) ke Afghanistan," ujar peneliti terorisme Ridlwan Habib di Jakarta, Senin (29/1).
Presiden Joko Widodo mengunjungi Kabul, Afghanistan, Senin, padahal Kabul baru saja diserang bom mobil tiga hari yang lalu.
Serangan itu adalah serangan mematikan kedua, setelah pekan lalu terjadi insiden serangan teror di sebuah hotel di Kabul. Ridlwan menilai kunjungan ini cukup berisiko secara keamanan.
Ridlwan menjelaskan, sejak Oktober 2017 hingga Januari 2018, Afghanistan terus diguncang aksi terorisme. Serangan dilakukan oleh dua kelompok yaitu ISIS dan Mujahiddin Taliban .
"Serangan Taliban dilakukan di kota Ghazni, Kandahar, Gardez, Paktia, Ghor dan bulan ini Taliban menyerang Kabul, dalam teori keamanan situasinya merah, sangat berbahaya," ujarnya.
[caption id="attachment_41260" align="aligncenter" width="712"] Kehancuran akibat bom ambulans di Kabul (Foto: Reuters)[/caption]
Dia menilai sikap Jokowi yang bersikeras tetap mengunjungi Kabul ditengah ancaman besar aksi terorisme itu adalah simbol perlawanan terhadap aksi aksi teror.
"Pak Jokowi memberi kode pada seluruh pemimpin besar dunia bahwa terorisme adalah musuh bersama, Jokowi memberi contoh agar tidak tunduk dan diam pada terorisme, kata Ridlwan. (Fet/Ant)