Kronologi Kekerasan Polisi Terhadap Wartawan Koran Jubi

Kronologi kekerasan polisi terhadap wartawan Koran Jubi. “Hape saya dirampas, mereka paksa video dihapus,” kata Abeth You.
Peristiwa pemukulan yang dilakukan aparat keamanan yang melarang warga menyaksikan Debat Kandidat Bupati Kabupaten Deiyai, Papua, Sabtu (5/5). (Foto: Ist)

Nabire, (Tagar 5/5/2018) - Abeth You, wartawan Koran Jubi dan tabloidjubi.com, mengalami kekerasan yang dilakukan aparat keamanan di halaman Guest House Nabire, Papua, Sabtu (5/5) sekitar pukul 09.35 WIT.

Abeth You menceritakan, semula dia berangkat dari rumah menuju Guest House Nabire, tempat perhelatan Debat Kandidat Pilkada Deiyai tahap kedua. Dia tiba di gapura gedung tempat acara debat yang sudah dijaga ketat oleh anggota Polri, resort Nabire dan Paniai.

“Saya tunjukkan kartu pers Jubi agar pintu masuk dibuka tapi ditolak. Polisi bilang harus ada Id Card yang disediakan KPU Deiyai,” kisah Abeth You kepadaTagar, Sabtu (5/5).

Selanjutnya, Abeth You mengontak Ekha Takimai, bendahara KPU Deiyai. “Setelah saya kontak itu Id Card Pers dari KPU itu diantar oleh Yan Pigai, seorang Intelkam Polres Paniai kepada saya,” terang Abeth You.

Sementara masih berada di luar pagar gedung, Abeth You melihat masyarakat Deiyai yang hendak melihat, mendengar, menonton, dan menilai debat tersebut.

Saat itu, Abeth You mendengar warga meminta agar pihak kepolisian membuka gembok gapura. Namun pihak kepolisian mengatakan tidak bisa dibuka. Alasannya pintu ditutup atas perintah lima komisioner KPU Deiyai.

Mando Mote, salah satu perwakilan masyarakat terus saja meminta kepada pihak kepolisian yang berjaga-jaga untuk bicara dengan KPU, agar masyarakat bisa masuk ke halaman gedung.

“Supaya masyarakat bias menilai visi, misi dan pertanyaan serta jawaban kandidat supaya nanti saat pencoblosan tidak salah pilih,” kata Abeth You menyebutkan permintaan Mando Mote kepada pihak keamanan.

Sekitar pukul 11.25 WIT, jelas Abeth You, dia dipersilakan masuk ke dalam setelah Id Card tadi berada di tangannya.

“Saya masuk mengenakan Id Card, dan tiba-tiba terdengar keributan di belakang saya. Ternyata kepolisian melakukan pemukulan terhadap temanku Mando Mote yang masuk mengikuti saya dari belakang,” tutur Abeth You.

“Saya lihat, anggota Sat Brimob yang jaga di luar pagar juga masuk dan selanjutnya menendang Mando sampai berdarah-darah,” terang Abeth You.

Melihat peristiwa itu, lantas saja Abeth You mengeluarkan handphone dari saku celananya dan langsung merekam kejadian mencekam tersebut.

Abeth You merekamnya hingga beberapa menit. “Saya lihat ada beberapa polisi terlihat langsung pasang muka jahat kepada saya, tetapi saya tetap memotret. Hingga seorang anggota Provos yang berpakaian dinas langsung melarang saya untuk mengabadikan peristiwa itu.”

Anggota Provos itu, kata Abeth You, semakin terlihat emosi hingga berusaha merampas handphone di tangannya.

“Saya bilang bahwa saya adalah wartawan. Saya tunjukkan Id Card Pers dan baju pers yang saya pakai, tapi penjelasan saya tidak diindahkan,” ujar Abeth You.

Selang beberapa menit kemudian, kata Abeth You, oknum Provos itu beserta tujuh orang anggota polisi lainnya disertai teriakan meminta handphone yang ada di tangannya harus dirampas. Videonya harus dihapus.

“Anggota polisi itu mencengkeram tangan saya, leher saya dicekik, dan menarik tas saya dari belakang. Baju saya ditarik-tarik hingga kaca mata minus yang saya gantungkan di baju yang saya kenakan dihancurkan,” ungkap Abeth You sedih.

Kaca mata itu baru saja dibeli Abeth You bulan lalu di Hola Plaza Jayapura seharga Rp 1.750.000.

“Saya lihat Kasubag Ops Polres Nabire, Sri Kasono tapi dia malah ikut menjadi pelaku pemukulan, tidak mampu mengatasi anak buahnya. Dia juga memarahi saya, sampai saya bilang ‘kau tidak mampu atur anak buah’. Dia terdiam,” kata Abeth You.

Sekitar 30 menit berlalu, lanjut Abeth You, dia masuk ke dalam ruangan untuk melakukan liputan.

“Setelah itu, saya ditelpon Kasat Intel Polres Nabire menyampaikan permohanan maaf, tapi tidak segampang itu saya terima,” tukas Abeth You.

Abeth You mengakui, dalam peristiwa tersebut memang tidak ada foto saat dirinya diperlakukan dengan cara yang kasar, kecuali video yang dia abadikan dan sedang beredar di medsos.

“Saya memang tidak dipukul, tetapi leher saya dicekik. Tangan saya dicengkeram, hape saya dirampas paksa, dan kaca mataku dihancurkan,” ucap Abeth You.

Itu pula yang membuat Abeth You mengatakan tidak segampang itu dirinya dapat menerima permohonan maaf Kasat Intel Polres Nabire. (yps)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.