Korban DBD Berjatuhan di Jepara, Seorang Warga: Alhamdulillah Anak Saya Sudah Sembuh

'Alhamdulilah anak saya sudah sembuh, seminggu lalu sempat dirawat. Di kampung saya ada empat orang yang terkena DBD.'
Proses fogging (pengasapan) dilakukan di Perumnas Bangsri, Jepara, Jawa Tengah, akibat meningkatnya penderita Demam Berdarah Dengue. (Foto: Istimewa)

Jepara, (Tagar 5/2/2019) - Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jepara meroket hingga mencapai 121 penderita pada Januari 2019. Tiga di antara penderita tersebut meninggal dunia.

Angka tersebut cukup besar dibandingkan tahun 2018. Tahun lalu, akumulasi penderita DBD selama 12 bulan hanya 216 orang dengan dua orang meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jepara, M Fakhrudin mengungkapkan kasus terbanyak berasal dari Kecamatan Donorojo.

"Kasus terbanyak ada di Donorojo dengan 22 kasus, Bangsri 14 kasus, Keling 14 kasus, Tahunan 12 kasus dan Pecangaan 8 kasus. Sementara untuk kasus DBD yang meninggal, berasal dari Desa Krapyak, Kecamatan Tahunan satu orang, Desa Daren, Kecamatan Nalumsari satu orang dan terakhir dari Desa Jebol, Kecamatan Mayong," ujar Fakhrudin.

Baca juga: Demam Berdarah Dengue, Mesin Pembunuh di Musim Penghujan

Menurutnya, peningkatan kasus DBD tidak hanya terjadi di Bumi Kartini. Secara nasional, maupun tingkat Jawa Tengah, kasus gigitan nyamuk Aedes Aegypti memang mengalami peningkatan. Pemicunya, adalah intensitas hujan yang tinggi diikuti cuaca panas setelahnya.

Fakhrudin mengatakan kesadaran masyarakat akan kebersihan dan pembersihan sarang nyamuk perlu ditingkatkan.

"Genangan air sisa hujan di wadah bersih tak tercampur dengan tanah, itulah tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Maka dari itu, kami mengimbau agar membersihkan tempat-tempat berkembang biak mereka, termasuk bak penampungan air mandi," urainya.

Dian (33) warga Desa Bangsri mengatakan, anaknya sempat terkena DBD. Anaknya itu, sempat dirawat selama satu minggu di rumah sakit.

"Alhamdulilah anak saya sudah sembuh, seminggu lalu sempat dirawat. Kalau di kampung saya ada empat orang yang terkena DBD," sebutnya.

Jangan Sembarangan Fogging

Dengan banyaknya kasus DBD di Jepara, Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan Jepara, menghadapi banyaknya permintaan fogging (pengasapan). Permintaan itu, tidak hanya dari warga, beberapa di antaranya adalah calon legislator yang sedang mengambil hati masyarakat jelang pemilu.

"Kami banyak sekali diminta oleh warga dan beberapa di antaranya caleg yang menginginkan fogging karena banyaknya kasus DBD. Padahal untuk melakukannya, perlu dilakukan tahap Penyelidikan Epidemiologi (PE) dengan indikasi-indikasi tertentu, agar maksimal dan tak menyebabkan resistensi insektisida malathionoleh vektor (nyamuk pembawa)," tutur Widhiyarto, Programmer DBD Kabupaten Jepara.

Menghadapi hal itu, pihaknya memilih untuk melakukan pendidikan kepada masyarakat, agar tidak bergantung pada fogging. Lantaran, hal tersebut merupakan upaya akhir.

Dirinya menjelaskan, proses pengasapan memiliki metode tertentu. Di antaranya temuan pasien DBD lebih dari tiga kasus dalam radius 200 meter. Selain itu, adanya tingkat bebas jentik di bawah 95 persen.

"Kami menganjurkan lakukanlah gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) untuk memberantas jentik-jentik. Karena jika jentiknya sudah tidak ada, maka nyamuknya pun hilang," ungkapnya.

Widhiyarto menambahkan, tingkat kewaspadaan masyarakat justru harus ditingkatkan ketika pancaroba. Hal itu karena, nyamuk membutuhkan kondisi genangan yang tenang, untuk dapat mencapai fase dewasa.

"Jika kondisi seperti ini (hujan disertai panas keesokan harinya) jentik nyamuk justru lebih gampang berkembang biak. Jangan lupa menguras tampungan air, atau benda-benda yang mampu menampung air," tutupnya. []

Berita terkait