Kontroversi Pesta DJ dan Bir di Atas Danau Toba

Volcano Floating Party menawarkan pesta di atas Danau Toba sambil minum bir.
Capture Volcano Floating Party. (Foto: Tagar/Istimewa)

Medan - Volcano Floating Party menawarkan pesta di atas Danau Toba sambil minum bir, musik DJ dan berjoget layaknya di klub malam. Beberapa perempuan cantik nan seksi tampak memegang botol bir dan menumpahkan tawa bahagianya.

Berselang menit kemudian, seorang laki-laki membawa nampan. Beberapa gelas minuman one shot siap diteguk bersama-sama. DJ memutar musik, mereka pun berjoget dan tertawa gembira.

Itulah cuplikan video iklan Volcano Floating Party yang diupload di akun Instagram dengan nama akun yang sama @volcanofloatingparty.

Seperti juga disiarkan di websitenya, paket wisata itu dijadwalkan pada Juli dan Agustus 2019, yang dimulai pukul empat sore hingga pukul sepuluh malam.

Pro Kontra

Tidak sedikit komentar pro dan kontra menanggapi pesta di atas danau itu. Di laman Instagram, sejumlah warganet memberi komentar beragam.

"Next trip spertinya ini bisa jd paket itinerary kita bro @mudaputra.thahir," ujar warganet menggunakan akun @marganda_limbong.

Tidak sedikit warganet menilai pesta itu sebagai ide gila. "Danau Toba jadi tempat pesta gitu? Dengan minuman keras? You outta your mind dude," ujar netizen menggunakan akun @ombettt_.

Capture Volcano Floating Party.Capture Volcano Floating Party (Foto: Tagar/Istimewa)

Bahkan, peringatan keras muncul dengan mengaitkan pesta itu dengan tragedi tenggelamnya kapal Sinar Bangun, Juni 2018 lalu.

"WTF, you're crazy.  If you know tragedy "Sinar Bangun" you wont do it. Stop plis..," kata netizen menggunakan akun @irwan.s.m.

"Nunga mulai rittik alias gila buat party di atas kapal di tengah danau toba,,kalau mau buat party harus y di tempatkan di tempat khusus alias di sebuah gedung yg ada disekitar pinggir danau Toba y biar dianggap layak.ini buat suatu acara pesta seperti hiburan malam di atas kapal di tengah danau Toba tidak elok untuk menjunjung tinggi budaya adat istiadat bangso Batak...ini kelihatan admin y ingin merusak citra adat istiadat dan budaya bangso Batak...," kata netizen menggunakan akun @luhuthardik.

Jangan Menggerus Kearifan Lokal

Untuk mengambil perspektif lain, Tagar mewawancarai pemerhati budaya Batak Jim Siahaan dan Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen, Manguji Nababan.

Tapi, tidak harus menjual tubuh yang didalilkan menjadi sebuah penarik

Menurut Jim Siahaan, dalam mitologi Batak Danau Toba memiliki penguasa, yaitu Sang Hiang Naga Tunggal, yang dikenal sebagai penguasa air.

Semestinya, tidak bisa setiap orang berbuat yang seperti yang biasa dibuat masyarakat di situ. Jika pun melakukan tarian tortor, itu tidak lepas dari filosofi Batak sebagai bagian dari pemujaan.

"Mendatangkan wisatawan dengan slogan Monaco of Asia, kalau pun itu, kita tidak bisa tidak terima. Oke wisata, kita terima apa bagian dari wisata itu. Ada disko, pub, restoran. Cuman yah ada cara kita supaya itu tidak kontra dengan budaya (culture). Jadi ada semacam komponen wisata. Kalau di kapal orang lihat begitu, masyarakat akan menilai ini apa?" kata Jim yang ditemui di kediamannya, baru-baru ini.

Jika pun terjadi demikian, maka itu merupakan sesuatu yang di luar kebiasaan dalam budaya Batak (dekaden).

Sementara itu, Manguji Nababan berpandangan bahwa memang benar kegiatan pariwisata adalah bisnis. Jika dikaitakan dengan destinasi wisata, ada atraksi di dalamnya. Namun hendaknya pariwisata tetap melakukan pemeliharaan alam berbasis sosial budaya.

"Jangan sampai dampak dari pariwisata itu menggerus nilai-nilai kearifan lokal. Monaco, Monaco, Danau Toba, Danau Toba, jangan seperti yang ada di Monaco, dimonaco-kan di Danau Toba," katanya.

Danau TobaDanau Toba. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Menurutnya, dari sisi kearifan lokal Danau Toba itu sakral dan dipelihara dengan mitos. Mitos merupakan nilai untuk menjaga keseimbangan hubungan manusia dengan alam. Kearifan lokal mesti dijaga supaya jangan terlalu menyimpang dari nilai-nilai Batak (habatahon), atau nilai-nilai ketimuran.

"Kalau misalnya Danau Toba dikemas dengan seperti tadi, hanya sebatas kebutuhan turis ya harus ada filternya. Kebudayaan Batak-nya yang menjadi nilai. Jangan sampai menyimpang. Bisnis adalah bisnis, bukan berarti harus dikorban kearifan lokalnya," kata dia.

Lebih lanjut ia menjelaskan, mitos yang dibangun masyarakat Batak adalah nilai, yang mengandung larangan-larangan, pantangan yang menjaga kemesraan cosmos dan microcosmos.

Pariwisata, jelasnya, bisa diselaraskan dengan nilai-nilai tradisional Batak dan disejajarkan dengan hal yang modern. "Tapi, tidak harus menjual tubuh yang didalilkan menjadi sebuah penarik," ucapnya.[]

Baca juga:


Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.