Untuk Indonesia

Ketika Sandiaga Kehilangan Uno

Sandiaga boleh saja Uno, tapi tidak semua Uno mendukung Sandiaga.
Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Oleh: Eko Kuntadhi*

Jika mereka saja dengan sekuat tenaga berdiri menghalangi Sandiaga untuk duduk di kursi Wapres. Rasa-rasanya mereka punya alasan khusus yang pasti jauh lebih dalam ketimbang alasan orang lain.

Sandiaga boleh saja Uno, tapi tidak semua Uno mendukung Sandiaga.

Buktinya kemarin ketika Jokowi berkunjung ke Gorontalo. Keluarga besar penyandang nama Uno ini lebih memilih mendukung pasangan Jokowi-Amin, ketimbang memberikan dukungan pada Prabowo-Sandi.

Mereka lebih memilih dengan pertimbangan rasional ketimbang hanya mengikuti kedekatan keluarga.

Alasannya simpel. Karena selama ini mereka melihat hasil kerja Jokowi sangat terasa. Rakyat sangat diuntungkan dengan prestasi pemerintah yang serius membenahi infrastruktur.

Sementara Sandiaga belum bisa dinilai hasil kerjanya. Buktinya OK-OCE di Jakarta saja banyak yang bangkrut. Jadi meski tergolong kerabat --sama-sama menyandang nama Uno-- mereka lebih tertarik dengan Jokowi karena prestasinya.

Seperti yang dikatakan Rudi, juru bicara keluarga Uno. "Kepentingan bangsa dan negara jauh lebih penting ketimbang kepentingan keluarga."

Bukan hanya keluarga besarnya saja yang malas dengan Sandiaga Uno. Rekan-rekannya di Kadin maupun Hipmi juga sepertinya tidak memberikan dukungan.

Ketua Kadin dan Hipmi, organisasi yang pernah membesarkan Sandiaga saja tidak juga memberikan dukungan. Rosan Roeslani, ketua umum Kadin malah terdaftar sebagai bagian dari tim sukses Jokowi-Amin.

Demikian juga dengan ketua Hipmi, Bahlil Lahadalia. Namanya nangkring sebagai bagian dari tim pemenangan pasangan nomor satu.

Yang juga menarik adalah Erick Thohir, yang sekarang menjadi ketua tim kampanye Jokowi-Amin. Sudah menjadi rahasia umum Erick adalah teman dekat Sandi sejak kecil. Entah kenapa dia justru memilih berhadapan dengan Sandiaga.

Teman-teman Sandiaga dikala SMU sepertinya juga menolak Sandiaga. Para alumni Pangudi Luhur, dengan terang-terangan mendeklarasikan dukungan pada Jokowi.

 Sekali lagi, barangkali bagi orang-orang ini, kepentingan bangsa jauh lebih penting ketimbang kepentingan pertemanan dan organisasi. Indonesia adalah alasan mengapa mereka memilih menjadi lawannya Sandiaga Uno.

Memang, orang yang paling mengenal kita adalah teman dan keluarga. Semakin mereka mengenal, semakin mereka bisa menilai dari dekat kualitas kita.

Nah, baik teman maupun keluarga besar Uno, pasti lebih mengenal Sandi dibanding kebanyakan rakyat Indonesia. Mereka pasti tahu di mana kekurangan dan kelebihan Sandi. Kalau ada kebiasaan buruk misalnya punya sifat culas, mereka pasti tahu.

Mereka juga pasti membayangkan kira-kira kalau orang kayak Sandiaga memegang jabatan Wapres apa akibatnya bagi Indonesia. Apa yang akan dialami rakyat.

Menjawab pertanyaan tersebut, sangat wajar jika akhirnya mereka lebih mengambil posisi melawan Sandi. Sebab mereka lebih tahu siapa Sandi sesungguhnya. Apa yang ada di balik wajah polosnya.

Pertanyaannya, apakah kita lebih mengenal sepak terjang dan tabiat Sandi dibanding keluarganya? Apakah kita lebih mengenal Sandi dibanding teman dekatnya? Apakah kita lebih mengenal Sandi dibanding teman sekolahnya?

Jika mereka saja dengan sekuat tenaga berdiri menghalangi Sandiaga untuk duduk di kursi Wapres. Rasa-rasanya mereka punya alasan khusus yang pasti jauh lebih dalam ketimbang alasan orang lain.

Entah, apakah Sandiaga tidak merasakan. Dia sudah kehilangan teman organisasi, teman sekolah. Kini juga kehilangan keluarga Uno.

*Penulis adalah Pegiat Media Sosial

Baca juga:

Berita terkait