Kesedihan Menyergap, Yonif Raider Shalat Gaib Korban Gempa Palu-Donggala

Gempa ini memiliki energi sekitar 2,5x10^20 Nm, setara dengan 3x10^6 Ton-TNT. “Atau 200 kali bom atom Hiroshima, Jepang,” kata Wahyu W Pandoe.
Foto udara kondisi kota Palu pascagempa dengan magnitudo 7,4 SR, Sabtu (29/9/2018). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah korban yang meninggal dunia akibat gempa dan tsunami yang terjadi Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9), telah bertambah menjadi 384 orang, sementara jumlah korban yang terluka hingga 540 orang. (Foto: Ant/BNPB)

Jember, (Tagar 29/9/2018) – Seluruh prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) Raider 509 Kostrad Jember melaksanakan shalat gaib dan membaca tahlil untuk korban gempa bumi dan tsunami di Palu-Donggala, Sulawesi Tengah, Sabtu.

"Kami ikut berduka cita atas bencana alam di Palu dan Donggala, sehingga kami melaksanakan shalat gaib sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian para prajurit terhadap bencana alam yang melanda Sulawesi Tengah," kata Komandan Yonif Raider 509 Kostrad Letkol Inf La Ode Muhammad Nurdin di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

KELUARGA KORBAN GEMPA PALU DONGGALASejumlah keluarga korban gempa bumi dan tsunami Palu dan Donggala menunggu di posko utama di Landasan Udara Hasanuddin, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu (29/9/2018). Mereka berharap dapat berangkat ke kota Palu menggunakan pesawat Hercules untuk mengetahui kondisi keluarganya yang hingga saat ini belum bisa dihubungi karena kesulitan berkomunikasi. (Foto: Ant/Abriawan Abhe)

Menurut La Ode Muhammad Nurdin, para prajurit berdoa agar korban gempa bumi dan tsunami yang meninggal dunia diterima di sisi-Nya dan mendoakan masyarakat yang mendapatkan musibah bisa menjalaninya dengan tabah dan bisa kembali bangkit.

"Sejauh ini masih belum ada perintah dari pimpinan untuk berangkat ke Donggala dan Palu, namun seluruh prajurit Yonif Raider 509 siap siaga di markas, ketika ada instruksi berangkat ke lokasi gempa bumi dan tsunami," tuturnya.

Dia mengatakan, seluruh prajurit diimbau melaksanakan shalat gaib dan membaca surat yasin setelah menjalankan shalat berjamaah magrib dan isya di masjid, bahkan di setiap blok-blok perumahan anggota secara bergiliran dengan kompi siaga diimbau membaca surat yasin setelah menjalankan shalat isya.

"Prajurit Yonif Raider 509 Kostrad masih mendata anggota yang berasal dari Palu dan Donggala, kemudian akan melaporkan kepada pimpinan. Untuk pemulangan anggota ke rumahnya di Palu dan Donggala masih menunggu persetujuan dari pimpinan," kata La Ode Muhammad Nurdin.

Sebelumnya, Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah dilanda gempa bumi dan tsunami pada Jumat (28/9).

Sebelum terjadi gempa, akses transportasi darat di provinsi yang berbatasan dengan Gorontalo di bagian utara itu, berjalan lancar. Namun, sejak gempa dengan berkekuatan 7,4 Skala Richter pada pukul 17.02.44 WIB atau pukul 18.02.44 WIT, hampir semua akses terputus, terutama jalur Kabupaten Parigi Moutong yang menghubungkan Gorontalo-Sulteng.

Misi kemanusiaan, tim dari Gorontalo tetap berusaha meneruskan segala bantuan, baik kebutuhan pokok dan obat-obatan, hingga relawan untuk membantu korban di Palu dan Donggala.

Gorontalo menjadi provinsi terdekat dengan Sulawesi Tengah. "Oleh karena itu kita berkewajiban membantu. Sebisa mungkin apa yang bisa kita bantu kita arahkan ke sana," kata Wakil Gubernur Gorontalo Idris Rahim.

Hanya saja, pengiriman bantuan ke lokasi bencana masih harus menghadapi kendala. Sejumlah bantuan tenaga personel dan logistik untuk korban gempa yang dikerahkan dari Gorontalo, hingga Sabtu sore belum berhasil lolos ke Palu, karena jalan longsor.

Rasa pilu dan kesedihan pecah saat merasakan kehilangan saudara-saudara yang wafat, yang terluka, yang trauma akibat dilanda gempa.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan, korban meninggal dunia akibat bencana itu mencapai 384 orang, luka-luka 540 orang.

Belum lagi begitu banyak rumah tinggal, bangunan atau gedung perkantoran, badan usaha dan pusat-pusat perbelanjaan, sarana pendidikan, tempat ibadah, yang rusak.

Begitu pula berbagai sarana infrastruktur yang mati atau terputus seperti layanan transportasi, listrik, telekomunikasi, membuat kelumpuhan seisi kota semakin melengkapi kenestapaan.

Bencana alam yang tak terduga ini menyayat hati dalam kedukaan mendalam. Kepedihan berlangsung akibat gempa berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR) dengan terpusat di kedalaman bumi 10 kilometer pada 27 kilometer timur laut dari Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat (28/9) pukul 17.02 WIB. Jumlah korban yang meninggal dunia diperkirakan akan terus bertambah.

Seluruh korban jiwa dan yang mengalami luka-luka yang sudah terdata oleh BPBD setempat, sudah berada di rumah sakit.

"Diduga ratusan orang belum dapat dievakuasi, ada pula hotel 80 kamar yang juga belum diketahui jumlah penghuni yang dievakuasi. Diduga ada ratusan yang belum diketahui nasibnya yang sedang melakukan gladi resik di arena festival perayaan HUT Kota Palu," ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Sabtu.

Hingga kini pencarian dan evakuasi korban seperti dilansir Antaranews masih dilakukan, selain juga upaya bersama Kementerian/Lembaga dan instansi terkait untuk menormalkan kembali aliran listrik, telekomunikasi dan akses jalan untuk memudahkan bantuan masuk ke Kota Palu dan Donggala.

Gempa juga membawa gelombang tsunami di Pantai Teluk Palu. Jarak antara Kota Palu, ibu kota Sulawesi Tengah, dengan Kabupaten Kota, berkisar puluhan kilometer atau kurang dari dua jam perjalanan darat.

Gempa awal sebelumnya terjadi pada sekitar pukul 14.00 berkekuatan 5,9 SR. Setelah gempa 7,4 SR itu, puluhan gempa susulan terus terjadi hingga Sabtu pagi.

Selain korban meninggal dunia dan luka-luka, Menara Bandara Mutiara SIS Al-Jufrie ambruk akibat gempa dan membawa salah seorang petugas pengatur lalu lintas udara (ATC) Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Indonesia (LPPNPI) atau Airnav Indonesia Cabang Palu, Anthonius Gunawan Agung, meninggal saat menjalankan tugas terakhirnya untuk memberikan izin kepada maskapai Batik Air lepas landas.

Jembatan Kuning yang menjadi ikon di Kota Palu juga ambruk. Sejumlah ruas jalan trans-Sulawesi menuju Kota Palu dan Donggala ada yang longsor dan rusak karena gempa.

Pusat gempa yang berada pada patahan sesar Palu-Koro pada kedalaman 10 kilometer itu termasuk dekat dengan permukaan bumi sehingga kerusakan dan banyaknya korban akibat gempa tak terhindarkan.

Bahkan gempa di Sulawesi Tengah itu terasa hingga sejumlah wilayah di Sulawesi Barat dan Gorontalo.

Lebih dari Hiroshima

Kerusakan memang masif dan banyak membawa korban jiwa maupun luka-luka dari gempa di Sulteng ini.

Gempa ini, kata kata Deputi Teknologi Industri Rancang Bangun dan Rekayasa BPPT Wahyu W Pandoe, memiliki energi sekitar 2,5x10^20 Nm yang setara dengan 3x10^6 Ton-TNT atau 200 kali bom atom Hiroshima, Jepang.

Berdasarkan simulasi model analitik-numerik, gempa Kota Palu, Kabupaten Donggala dan sekitarnya mengalami deformasi vertikal berkisar antara -1,5 sampai 0,50 meter.

Komponen deformasi vertikal gempa bumi di laut ini yang berpotensi menimbulkan tsunami hingga ketinggian 2,50 meter. Tsunami berpotensi lebih tinggi lagi karena efek turunnya daratan di sekitar pantai dan amplifikasi gelombang akibat batimetri serta morfologi teluk.

Daratan di sepanjang pantai di Palu Utara, Towaeli, Sindue, Sirenja, Balaesang, diperkirakan mengalami penurunan setengah hingga satu meter dan di Banawa mengalami penaikan 0,3 cm.
Gempa bumi ini berpusat di darat dengan sekitar 50 persen proyeksi bidang patahannya berada di darat dan sisanya di laut.

Masyarakat perlu waspada atas gempa bumi susulan dan potensi keruntuhan infrastruktur atau bangunan di sekitarnya, serta terus memantau dan mengikuti informasi dari otoritas resmi BMKG/BNPB/BPBD setempat.

Sementara data dari Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan, wilayah di sekitar pusat gempa bumi pada umumnya disusun oleh batuan berumur pratersier, tersier, dan kuarter.

Batuan berumur pratersier dan tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan. Batuan berumur pratersier dan tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek goncangan gempa sehingga rawan terhadap goncangan gempa.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat Kota Palu dan Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, masuk dalam wilayah zona merah atau rawan gempa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami PVMBG Sri Hidayati mengungkapkan, potensi intensitas guncangan akibat gempa bumi di wilayah tersebut dapat mencapai lebih dari VIII MMI.

Begitu dahsyatnya gempa yang terjadi memang tampak wajar membuat pilu bangsa Indonesia tetapi dengan pengalaman berbagai kejadian gempa dan penanganan yang telah sistemik, membuat bangsa ini tetap kuat dan tegar menghadapi musibah ini, untuk kembali pulih. []

Berita terkait