Kenapa Idul Fitri Disebut Lebaran?

Jika dirunut, istilah "lebaran" mungkin berasal dari ungkapan bahasa Jawa “wis bar (sudah selesai)”, maksudnya sudah selesai menjalankan ibadah puasa.
Ilustrasi

Jakarta, (Tagar 13/6/2017) - Setiap tahun, setiap tanggal 1 bulan Syawal, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Fitri. Di negara tetangga, Hari Raya Idul Fitri disebut juga sebagai Hari Raya Puasa. Dalam Bahasa Inggris disebut sebagai Eid Festival. Ucapan-ucapan di kartu sering berisi tulisan Eid Mubarak. Di Indonesia, Hari Raya Idul Fitri disebut juga Lebaran.

Kenapa disebut lebaran?

Berdasarkan linguistik (ilmu bahasa) ternyata tidak ada keterangan dan rujukan yang baku sehingga istilah “lebaran” diterima sebagai ungkapan khusus untuk Idul Fitri.

Kamus Besar Bahasa Indonesia pun mengartikan kata “lebaran” sebagai “hari raya ummat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawwal setelah menjalankan ibadah puasa di bulan sebelumnya (Ramadhan). Hari raya ini disebut dengan Iedul Fitri”.

Kenapa Idul Fitri Disebut Lebaran?

Jika dirunut, istilah "lebaran" mungkin berasal dari ungkapan bahasa Jawa “wis bar (sudah selesai)”, maksudnya sudah selesai menjalankan ibadah puasa.

Kata “bar” sendiri adalah bentuk pendek dari kata “lebar” (e dibaca pada kata seperti) yang artinya “selesai”. Bahasa Jawa memang suka memberikan akhiran “an” untuk suatu kata kerja. Misalnya asal kata “bubar” yang diberi akhiran “an” menjadi “bubaran” yang umumnya menjadi berkonotasi jamak. Kata “bubar” sendiri adalah bentuk populer/rendah dari kata “lebar”. Seperti diketahui Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa yang berbeda dan berlaku untuk kelompok masyarakat tertentu. Kata “bubar” dan “lebar” maknanya sama, tetapi kata “bubar” digunakan oleh masyarakat awam, sedangkan kata “lebar” digunakan oleh para priyayi (bangsawan), sebagai istilah yang lebih halus/sopan.

Jadi sudah jelas, istilah 'lebaran" untuk menyebut Idul Fitri berasal dari Bahasa Jawa. Uniknya, orang Jawa sendiri tak menyebut Idul Fitri sebagai 'lebaran" namun Idul Fitri selalu disebut sebagai "bada" (dibaca: bodo dengan o seperti pada botol). Kata bodoini berasal dari kata "bakda" yang artinya secara gampangnya adalah "setelah" atau "sesudah". Kalau mau dirunut, bisa jadi kata bakda itu pun berasal dari kata "ba'da" (Bahasa Arab). Misalnya ba'da Shubuh dalam Bahasa Jawa disebut sebagai bakda Shubuh. Ba'da Isya disebutkan sebagai ba'da Isya.

Kata bakda merupakan bahasa halus (krama) dari kata lebar (e dibaca seperti pada kata seperti). Dalam bahasa ngoko, bakda Shubuh dituturkan dengan lebar Shubuh atau kadang orang Jawa lebih senang mengatakan bar Shubuh.

Nah, kata lebaran untuk menyebut Idul Fitri diambil dari kata lebar (Jawa: setelah/sesudah) bukan lebar (Inggris: wide, Jawa: amba).

Jadi ungkapan “wis bar” bentuk singkat ungkapan “wes bubar” yang berlaku untuk masyarakat awam. Sedang ungkapan “sampun lebar” digunakan oleh golongan masyarakat yang lebih tinggi tingkatan sosialnya. Selanjutnya kata “lebar” diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran “an”, sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu “lebaran”. Artinya kurang lebih “perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan ibadah puasa”. (Fet/dari berbagai sumber)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.