Kemenkes: Stok Obat dan Oksigen Aman Hadapi Lonjakan Covid-19

Pemerintah telah menyiapkan stok obat dan oksigen untuk menghadapi lonjakan Covid-19 yang diperkirakan pada akhir Februari nanti. Simak ulasanya.
Pemerintah telah menyiapkan stok obat dan oksigen untuk menghadapi lonjakan Covid-19. (Foto: Tagar/Photos)

Jakarta - Pemerintah telah menyiapkan stok obat dan oksigen untuk menghadapi lonjakan Covid-19 yang diperkirakan pada akhir Februari nanti. Pasalnya, terdapat sekitar 12,4 ton suplai oksigen yang telah disiapkan pemerintah. Saat ini, pemerintah telah menyiapkan 16 ribu konsentrator oksigen dan 31 generator oksigen.

"Belajar setidaknya dari situasi delta kita siapkan supply oksigen kesiapan isotank, suplai 12,4 ton oksigen perhari, 31 generator juga sudah dipasangkan, kecukupan obat-obatan termasuk adanya molnupiravir dan favipiravir," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PL) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi, dalam diskusi daring dikutip Senin, 7 Februari 2022.

Nadia berharap dengan kesiapan saat ini kebutuhan oksigen saat puncak kasus nanti bisa dihadapi. Diketahui pada Juni-Juli tahun lalu kebutuhan oksigen per harinya pernah mencapai angka 800 ton per harinya.


Dengan demikian kita dapat mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta membantu menyelamatkan orang lain yang memiliki gejala sedang hingga kritis.


Soal obat-obatan, Nadia meminta kepada masyarakat untuk tidak menimbun stok obat di rumah. Hal ini lantaran stok obat di fasilitas kesehatan cukup memadai.

"Tidak perlu stok obat masing-masing, bahkan stok favipiravir saat ini ada 88 juta, sudah didistribusi 22 juta melalui telemedisin, obat-obat ini sempat langka saat puncak delta, tapi semoga tid akdibutuhkan saat puncak kasus omicron," ucap Nadia.

Nadia juga mengatakan meski kecepatan penularan dari varian Omicron ini lebih cepat daripada varian of concern Covid-19 yang lain. Namun kasus kesakitan maupun kematian akibat varian ini rendah.

Menurut dia, hal ini dapat terlihat dari kondisi pasien yang dirawat di rumah sakit secara nasional masih sangat rendah. Rata-rata pasien yang dirawat di rumah sakit saat ini juga tidak bergejala dan gejala ringan.

“Dari data yang kita miliki, meski secara tren kenaikan kasus varian Omicron ini ada kemiripan dengan Delta, namun angka keterisian tempat tidur rumah sakit jauh lebih landai,” ucap Nadia.

Nadia menyampaikan bahwa pemerintah menghimbau masyarakat yang positif Covid-19 namun tidak bergejala ataupun bergejala ringan tidak perlu ke rumah sakit.

Dia mengimbau agar cukup melakukan isolasi mandiri di rumah atau isolasi terpusat, serta memanfaatkan layanan telemedisin jika tersedia, atau melapor ke Puskesmas terdekat.

“Dengan demikian kita dapat mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, serta membantu menyelamatkan orang lain yang memiliki gejala sedang hingga kritis,” kata Nadia. []


Berita terkait
Heboh Tes PCR Palsu Bumame Farmasi, Ini Kata Kemenkes
Sebelumnya, pihak Bumame Farmasi juga sudah buka suara terkait viralnya hasil tes diduga palsu yang didapatkan seorang wanita
Jubir Kemenkes Beberkan Persentase Gejala Varian Omicron
Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Siti Nadia Tarmizi, mendorong masyarakat segera melaksanakan tes Covid-19 jika merasakan gejalanya.
Kemenkes Terbitkan Sertifikat Vaksin Internasional Berstandar WHO
Kemenkes menerbitkan sertifikat vaksin internasional sesuai standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengantisipasi isu lainnya.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.