Keluhan Nelayan Muara Gembong Soal Limbah ke Emil

Menurut Nari, pihaknya sudah melaporkan masalah limbah ke pemerintah Kabupaten dan KLH. Namun, sampai sekarang belum ada penanganannya.
Nari (kedua kiri) Ketua Gapokyan Pantai Mekar keluhkan permasalahan limbah saat kandidat Gubernur Jabar, Ridwan Kamil (kedua kanan) menyambangi Kampung nelayan Pantai Mekar, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Kamis (1/3/) kemarin. (aldi)

Kabupaten Bekasi, (Tagar 2/3/2018) - Kampung nelayan Pantai Mekar, Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, berharap pemimpin Jawa Barat kelak memperhatikan para nelayan. Saat ini, masalah besar yang dihadapi nelayan adalah limbah yang menyebabkan kematian ikan.

Nari, Ketua Gabungan Kelompok Nelayan (Gapokyan) di desa itu mengungkapkan hal tersebut kepada Kandidat Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang berkunjung ke kampung itu pada Kamis, (1/3) kemarin.

"Limbah industri menyebabkan ikan mati dan tambak ditinggal nelayan karena tidak ada hasilnya. Air tercemar, kotor, bau yang berasal dari limbah industri," kata Nari.

Menurut Nari, pihaknya sudah melaporkan masalah limbah ke pemerintah Kabupaten dan KLH. Namun, sampai sekarang belum ada penanganannya.

"Saya malah disuruh cari darimana asal limbah itu. Bagaimana saya mau nyari, caranya saja saya tidak tahu dan setiap hari saya sibuk cari ikan di laut," ujarnya.

Warga Desa Pantai Mekar ini dihuni oleh 500 Kepala Keluarga (KK). Mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan dan bertani padi.

Sedangkan kondisi kampung nelayan berada dipaling ujung Kabupaten Bekasi. Rumah-rumah mereka ada di sepanjang kali yang airnya mengalir ke muara Gembong.

Sejumlah nelayan di sana mengeluhkan soal abrasi yang sering terjadi karena tidak ada dam atau pemecah air. Selama ini, untuk menghindari abrasi, nelayan menanam mangrove. Tapi mangrove tak mampu menahan abrasi yang cukup kuat.

"Kami ingin pemimpin Jabar nanti, Pak Ridwan Kamil bisa membangun dam agar abrasi tidak terus terjadi," kata Marudi (60), nelayan setempat.

Selain itu, dia juga mengungkapkan bahwa di desanya kesulitan air bersih. PAM jarang ke desanya.

Selain itu, kata Muradi, kali menuju laut yang tidak terlalu luas, sebaiknya dilebarkan atau dinormalisasi. Tujuannya, kata dia, agar air dari Sungai Citarum bisa mendorong air laut hasil abrasi ke laut

Sementara itu, Ahmad Daryanto, Ketua Kelompok sadar wisata (Gapokdar) menyatakan, bahwa desa mereka sangat berpotensi menarik wisatawan. Karenanya, mereka membangun ekowisata mangrove yang baru sekitar 100 meter dari target 650 meter.

"Untuk membangun ekowisata mangrove 100 meter menghabiskan 20 juta. Kami kekurangan dana untuk mengembangkan ekowisata tersebut," kata Ahmad.

Bila Emil sapaan akrabnya Ridwan Kamil jadi Gubernur Jabar, kata Ahmad, warga desa nelayan minta agar Emil bisa memperhatikan desa nelayan yang memiliki masalah yang sangat kompleks.

"Masalah yang dihadapi di desa kami, mulai dari masalah kesehatan, enyakit banyak, seperti penyakit kulit, koreng dan sebagainya dan hasil nelayan susah dijual mahal," ujar Ahmad.

Menurut Ahmad, dia pernah membuat gerakan ibu-ibu wirausaha, dengan mengolah ikan hasil tangkapan suaminya.

"Sudah dikemas bagus tapi bingung soal penjualan," kata dia.

Menanggapi keluhan nelayan, Emil menyatakan, pihaknya sudah mencatat dan akan mencarikan solusinya. Menurut dia, solusi abrasi, maka laut harus di dam dan mangrove harus tetap dilestarikan.

"Soal limbah laut, biar pemerintah yang mencarikan solusinya. Nggak masuk akal kalau nelayan yang harus selidiki limbah," ujarnya.

Sementara itu terkait ekowisata, Emil memperlihatkan gambar yang dibuatnya beberapa menit setelah menyusuri muara.

"Saya berencana membangun eko wisata di sepanjang sungai, ada teras di sepanjanh sungai yang jual makanan, suvenir, dan wisata mangrove," kata Emil menjelaskan gambar yang diperlihatkan lewat layar monitor. (aldi)

Berita terkait
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.