Keberanian Jokowi Bangun MRT Setelah 30 Tahun Mangkrak

Setelah melalui proses panjang pembangunan seiring silih bergantinya pemimpin di Ibu Kota.
Presiden Joko Widodo mencoba moda transportasi MRT Jakarta dari Stasiun Bundaran HI-Lebak Bulus di Jakarta, Selasa (19/3/2019). (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Jakarta, (Tagar 26/3/2019) - Setelah melalui proses panjang pembangunan seiring silih bergantinya pemimpin di Indonesia, transportasi umum teranyar Moda Raya Terpadu (MRT) akhirnya diresmikan pengoperasiannya oleh Presiden Joko Widodo pada Minggu (24/3).

Diresmikannya MRT disebut Jokowi sebagai tonggak baru peradaban, tidak hanya bagi warga Jakarta tapi juga masyarakat Indonesia secara umum. Sebelumnya, presiden juga menyebut proyek MRT merupakan keputusan politik dirinya saat menjadi Gubernur DKI Jakarta bersama wakilnya, Basuki Tjahaya Purnama BTP alias Ahok.

"Negara besar seperti Indonesia ini masa baru punya MRT sekarang. Itu pun putusan politiknya, kami putuskan saat saya jadi gubernur dengan Pak Ahok," aku Jokowi saat bertemu dengan sejumlah pengusaha, pada Kamis (21/3) malam.

MRT JakartaSejumlah wartawan dan pekerja berada di Stasiun Mass Rapid Transit (MRT) Bundaran HI, Jakarta, Rabu (30/1/2019). PT MRT Jakarta menyatakan hingga 25 Januari 2019 progres konstruksi Fase I Koridor Lebak Bulus-Bundaran HI telah mencapai 98,59 persen. (Foto: Antara/Sigid Kurniawan)

Menilik sejarah, megaproyek MRT sejatinya telah digagas sejak 30 tahun lalu, atau tepatnya tahun 1985 oleh mantan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, yang kala itu masih menjabat sebagai kepala Badan Pengkajian dan Penerapat Teknologi (BPPT). Namun, MRT belum dinyatakan sebagai proyek nasional saat itu.

Habibie kala itu menyebut bahwa pihaknya tengah melakukan kajian mendalam terhadap beberapa teknologi transportasi massal serupa Mass Rapid Transit atau MRT.

Empat studi yang diteliti oleh Habibie antara lain, Jakarta Urban Transport Program (1986-1987), Integrated Transport System Improvement by Railway and Feeder Service (1988-1989), Transport Network Planning and Regulation (1989-1992), dan Jakarta Mass Transit System Study (1989-1992).

Hasil kajian Habibie kemudian diteruskan oleh Gubernur DKI Jakarta era 1997-2007 Sutiyoso. Saat itu, konsep pembangunan MRT adalah berupa konstruksi jalur bawah tanah yang kerap disebut sebagai subway.

Sayangnya, krisis ekonomi dan politik sepanjang tahun 1997-1999 menghentikan sementara megaproyek penanggulangan masalah kemacetan di Ibu Kota itu.

Pada tahun 2005, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Republik Indonesia saat itu serius menaikkan status penggarapan MRT sebagai proyek nasional. Subkomite MRT pun terbentuk untuk mendirikan perusahaan operator MRT.

Baca juga: MRT Jakarta Resmi Beroperasi Melayani Rakyat, Ini Komentar Ahok

MRT JakartaPenumpang berada di dalam kereta Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta fase I koridor Lebak Bulus - Bundaran HI saat diuji coba di Jakarta, Selasa (12/2/2019). Kepala Divisi Sekretaris PT MRT Jakarta Muhammad Kamaluddin mengatakan pihaknya berharap Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk pembangunan MRT ke depan akan lebih meningkat terutama pada fase II. (Foto: Antara/Rivan Awal Lingga)

Pada tanggal 18 Oktober 2006, jelang mengakhiri masa jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso berhasil membuat dasar persetujuan pinjaman dengan Japan Bank for International Coorporation (JBIC) untuk pendanaan proyek MRT.

Beberapa bulan kemudian, persetujuan pembiayaan proyek MRT Jakarta ditandatangani pada 28 November 2006. Penandatanganan dilakukan oleh Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Kyosuke Shinozawa dan Duta Besar Indonesia untuk Jepang Yusuf Anwar.

JBIC kemudian mendesain sekaligus memberikan rekomendasi kajian kepada pemerintah provinsi DKI Jakarta. Selain itu, disetujui pula kesepakatan anatara JBIC dan Pemerintah Indonesia untuk menunjuk satu badan khusus agar pengorganisasian penyelesaian proyek MRT dilakukan satu pintu.

MRT Jakarta akhirnya diresmikan Fauzi Bowo ketika menduduki kursi Gubernur DKI Jakarta pada 2008. Di tahun yang sama pula perjanjian pinjaman untuk tahap konstruksi ditandatangani, termasuk juga studi kelayakan pembangunan MRT.

Jelang masa jabatannya berakhir, pada tanggal 26 April 2012 Fauzi Bowo sempat meresmikan pencanangan pembangunan proyek MRT fase pertama sepanjang 15,7 km rute Lebak Bulus-Bundaran HI.

Persiapan pengerjaan pun langsung dimulai. Yakni dengan memindahkan terminal angkutan umum Lebak Bulus, pemindahan stasion Lebak Bulus, pelebaran ruas Jalan Fatmawati dan pembangunan kantor proyek.

MRT JakartaPetugas membantu seorang penyandang disabilitas naik ke kereta MRT di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Minggu (24/3/2019). Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta Fase 1 dengan rute Bundaran HI - Lebak Bulus resmi beroperasi sejak diresmikan oleh Presiden Jokowi Minggu (24/3/2019). (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Setelah melalui perjalanan panjang, peletakan batu pertama (groundbreaking) megaproyek MRT baru dapat dilakukan pada 10 Oktober 2013 kala Jokowi menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Dalam sebuah kesempatan, MRT disebut Jokowi sebagai proyek prioritas dalam APBD DKI Jakarta 2013.

Saat melepas Ibu Kota karena naik takhta menjadi Presiden ke-7 Indonesia, Jokowi melanjutkan tongkat estafet pembangunan MRT kepada Ahok selaku Plt Gubernur DKI Jakarta hingga 2017.

Hari bersejarah pembangunan proyek MRT Jakarta tiba. Fase pertama megaproyek MRT rute Lebak Bulus-Bundaran HI akhirnya diresmikan Jokowi di kawasan Car Free Day, Thamrin, Jakarta Pusat, Minggu (24/3).

Peresmian juga diikuti peletakan batu pertama MRT Jakarta fase kedua yang bakal melintas dari Bundaran HI hingga Kota, Jakarta Utara sepanjang 8,3 kilometer.

Selain Jokowi, turut hadir juga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Keuangan Sri Mulyani dan perwakilan PT. MRT Jakarta menekan sirine simbol peresmian. MRT itu diberi nama Anies, Ratangga.

Nama Ratangga disematkan pada Desember 2018 oleh Anies, sebagai bentuk apresiasi seluruh pihak yang terlibat dalam pembangunan megaproyek transportasi massal MRT. Dalam bahasa Jawa Kuno, Ratangga berarti kereta perang, yang identik dengan kekuatan dan pejuang.

"Yang terlibat di dalam proses pembangunannya adalah putra-putri Indonesia yang tangguh, yang penuh dengan semangat juang. Insya Allah nama Ratangga ini bukan sekadar nama tanpa makna. Nama membawa pesan penuh makna," kata Anies Baswedan, pada Senin, 10 Desember 2018.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.