Untuk Indonesia

Kampanye Bohong Sandiaga Uno

Setiap kali Sandiaga Uno mampir ke pasar tradisional, ia selalu mengoceh tentang mahalnya harga bahan pokok di sana. - Ulasan Denny Siregar
Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Salahudin Uno (kanan) mencicipi makanan saat berkampanye di Pasar Harjosari, Bawen, Kabupaten Semarang, Rabu (24/10/2018). Kunjungan itu dalam rangka menyerap aspirasi masyarakat terutama para pedagang dan pengunjung pasar. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Oleh: Denny Siregar*

Setiap kali Sandiaga Uno mampir ke pasar tradisional, ia selalu mengoceh tentang mahalnya harga bahan pokok di sana.

Mulai dari tempe setipis ATM, juga uang seratus ribu yang hanya dapat bawang dan cabai saja, sampai hal-hal yang sebenarnya tidak penting tentang masalah pangan. Pada intinya Sandiaga Uno ingin menunjukkan bahwa ada masalah dalam ekonomi Indonesia dilihat dari mahalnya harga bahan pokok.

Sandi sedang memainkan strategi penyampaian kebohongan berulang-ulang supaya diyakini kebenaran. Bagi Sandi itu hanya cara menaikkan elektabilitas dirinya.

Tapi apakah Sandiaga Uno peduli dampak buruknya?

Kebohongan-kebohongan yang dibangun Sandi malah berdampak pada pedagang pasar itu sendiri, terutama pada pedagang pasar tradisional. Karena selalu diisukan "harga mahal" dikhawatirkan orang akan takut belanja di pasar tradisional dan memilih belanja di supermarket atau hypermarket yang dinilai lebih stabil.

Baca juga: Sandiaga Uno dan Mimpi Oke Oce

Para pedagang pasar tradisional yang notabene adalah rakyat kecil akan merasakan dampak langsungnya. Berkurangnya pembeli akan menurunkan tingkat pendapatan mereka.

Dan jika Sandiaga Uno tidak menghentikan cara kampanyenya yang selalu mengembuskan isu naiknya harga pangan di pasar tradisional, maka akan banyak pedagang yang tutup. Bukan saja di pasar tradisional, tapi juga pedagang keliling yang hanya bergantung pada jualannya.

Jika begitu terus, yang terjadi adalah munculnya pengangguran baru. Apakah ini yang dikehendaki seorang Sandiaga Uno?

Ketua Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid bahkan mengatakan, Sandiaga hanya memanfaatkan para pedagang pasar sebagai alat politiknya saja. Sibuk nyinyir tentang kenaikan harga tapi tidak pernah memberikan langkah konkret bagaimana cara menstabilkan harganya. Sandi menikmati hasilnya, pedagang pasar yang terkena dampak buruknya.

Seharusnya para pedagang pasar tradisional mulai melaporkan model kampanye Sandiaga Uno ke Badan Pengawas Pemilu. Kampanye negatif Sandi berdampak negatif terhadap para pedagang tradisional. Dan ini tidak bisa bisa dibiarkan terus menerus.

Lebih baik Sandiaga Uno menceritakan program-programnya bagaimana menstabilkan harga di pasar tradisional. Program yang digagas Sandi - jika kelak dia terpilih - akan menjadi acuan pengembangan pasar tradisional mulai hulu ke hilir, supaya bisa bertahan di tengah arus globalisasi ini.

Jika nyinyir terus tanpa solusi, kucing yang kejebak dalam kaleng rombeng juga bisa. Sandi datang ke pasar tradisional tidak menyediakan gagasan, hanya sibuk dengan masalah. Sandi mungkin lupa bahwa menyelesaikan masalah harga tidak semudah memakai kalung petai di kepala.

Eh, Sandi berani gak ya datang ke tukang daging dan pake gumpalan tetelan sebagai topinya? Pasti gagah dan instagrammable, meski sesudah itu harus mandi kembang tujuh rupa.

Seruput....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban