Kami Bangga Ondel-ondel Disertakan Dalam Asian Games 2018

Kami bangga ondel-ondel disertakan dalam Asian Games 2018. 'Ciri khas Jakarta memang harus ditampilkan.'
Pekerja mengecat ulang patung ondel-ondel di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta, Selasa (3/7/2018). Perawatan tersebut dilakukan untuk mempercantik maskot Ibu Kota Jakarta dalam menyambut Asian Games 2018. (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Jakarta, (Tagar 18/7/2018) - Hanifah akrab disapa Ipe (37) lahir di Jakarta, tapi kala orang bertanya asal-usulnya ia menjawab Sunda karena orangtuanya Sunda. Mendengar kata ‘Betawi’ yang terpatri di benaknya adalah Monas, ondel-ondel dan kerak telor. Ipe bekerja di kafe The Advocate Kitchen di kawasan Jakarta Timur.

"Itu kawan saya orang Betawi," Ipe menunjuk seorang pria dengan topi bisbol terbalik yang sedang duduk di pelataran kafe. 

Pria itu bernama Alamsyah Yogi (37), sudah menikah, punya satu orang anak laki-laki. 

"Saya orang Betawi karena lahir di Jakarta," kata Yogi. 

Ia kemudian merinci kakek buyut dari ibunya adalah orang Jakarta. Sedangkan bapaknya berasal dari Bogor atau Sunda, tapi bapaknya lahir di Jakarta. Sehingga Yogi menganggap Jakarta dominan dalam dirinya. 

Walaupun mengaku Betawi atau orang Jakarta asli, Yogi mengatakan bahwa dirinya dan juga keluarganya tidak melakukan suatu tradisi khusus sebagai ciri khas Betawi. 

"Kegiatan sesuai adat sudah nggak ada dalam keluarga saya," katanya. 

Dalam hal bahasa pun Yogi menggunakan acuan Indonesia secara umum. "Panggil bapak ya bapak, ibu ya ibu, kakak ya kakak, adik ya adik," katanya. 

"Kalau ditanya orang luar negeri, saya bilang saya orang Indonesia. Kalau yang tanya orang daerah, saya bilang saya orang Jakarta," katanya lagi. 

Yogi bercerita keluarganya yang tinggal di Cempaka Putih ada yang kental banget Betawi-nya, bisa dikenali melalui bahasa dan logat bicaranya. 

"Elu gue itu bahasa Betawi," katanya. 

Mengenai makanan, Yogi ingat kue geplak sebagai makanan khas Betawi. "Bentuknya bulat. rasanya manis," katanya. 

Yogi sendiri menikah dengan perempuan Jawa. Ia tidak pernah berpikir harus menikah dengan perempuan Betawi. 

"Orangtua paling menganjurkan, pilihlah istri yang baik," kenangnya. 

Agung Mulia dan Mulya Afandi juga mengaku sebagai orang Betawi, namun dalam keseharian juga tidak ada sesuatu yang khusus berkaitan identitasnya itu. 

Agung Mulia (22) bekerja sebagai kasir di kafe The Advocate Kitchen.

"Saya asli Betawi. Kakek nenek Betawi Cilincing," kata Agung. 

Ciri khas Betawi menurutnya adalah ondel-ondel dan kerak telur. Sebagai orang asli Jakarta, walau ia tidak yakin 100 persen akan hal itu, Agung kadang merasa kaumnya sesama orang asli Jakarta semakin terasing di kotanya sendiri, tergusur dan terpinggirkan, dikalahkan orang-orang pendatang. 

"Banyak yang jual rumah kemudian pindah ke Bekasi," katanya. 

Sedangkan Mulya Afandi (20) tidak punya perasaan demikian, tidak merasa Betawi terpinggirkan karena pendatang. 

"Biasa saja. Nggak punya pikiran seperti itu. Nggak merasa dikalahkan oleh pendatang," kata Mulya. 

Mulya Afandi menyebut ibunya Betawi Klender, bapaknya Betawi Rawa Bunga. Ia kemudian menambahkan, nenek dari garis ayahnya adalah Jawa. 

Ciri khas Betawi menurutnya adalah roti buaya, kembang goyang, kue rangi, gado-gado, soto betawi. 

Alamsyah YogiAlamsyah Yogi bangga dengan identitasnya sebagai orang Betawi. (Foto: Tagar/Siti Afifiyah)

Roti Buaya

Alamsyah Yogi setelah diingatkan pada masa pernikahannya, ia teringat pada waktu itu memakai busana khas Betawi. Juga ada suguhan roti buaya dalam pernikahannya itu.

Mahmud dari sanggar Mutiara Betawi dilansir Good News from Indonesia menjelaskan bahwa dalam kebudayaan Betawi ada tiga fase dalam hidup yang paling penting, yaitu lahir, menikah, dan mati. Fase yang paling bisa direncanakan adalah menikah.

Ia mengatakan, dalam perspektif orang Betawi, menikah adalah gerbang perubahan perilaku siklus hidup seseorang, dari yang tadinya tinggal bersama orangtuanya, kemudian harus tinggal bersama pasangannya untuk membangun sebuah keluarga baru.

Pada fase ini, lanjutnya, seseorang akan banyak mengalami perubahan sikap, karena ia harus menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

Upacara pernikahan adat Betawi memiliki beberapa tahapan cukup panjang, dari mulai lamaran hingga pesta penutupan. Dalam rangkaian proses itu terdapat upacara buka palang pintu.

Mahmud menjelaskan, rumah pasti memiliki pintu dan sebuah palang penutup atau pengunci pintu, terbuat dari kayu dengan posisi dipasang horizontal.

"Nah, sebelum kita memasuki sebuah rumah, kita harus masuk lewat pintu, dan ternyata pintu itu terkunci, maka kita harus memiliki anak kuncinya," ujar Mahmud.

Prosesi ini dilakukan sebelum akad nikah, dimana rombongan dari pihak keluarga laki-laki akan datang sambil diiringi permainan rebana ketimpring, dengan membawa berbagai macam barang seserahan. Di antaranya makanan berupa buah dan sayur-sayuran, barang berupa lemari pakaian, tempat tidur, dan tak ketinggalan adalah roti buaya, dan sirih nanas.

Roti buaya dibawa karena ada filosofi di baliknya, buaya merupakan seekor hewan yang sangat setia pada pasangannya. Buaya hanya kawin sekali seumur hidup. Jika pasangannya mati, buaya tidak akan kawin lagi. Inilah yang menjadi harapan dari sebuah pernikahan budaya Betawi, agar pasangan yang menikah hanya menikah sekali seumur hidupnya dan hanya maut yang memisahkan.

Barang seserahan yang tergolong banyak dibawa oleh pihak laki-laki adalah simbol bahwa dalam budaya Betawi laki-laki dipandang sebagai calon kepala keluarga, yang memiliki tanggung jawab yang besar kepada keluarga yang akan dibangunnya nanti.

Sebelum seorang lelaki membangun sebuah rumah tangga dengan seorang perempuan, laki-laki harus memiliki modal terlebih dahulu. Perabotan yang dibawa adalah gambaran dari modal untuk membangun rumah tangga. Karena perabotan itu nantinya akan dipakai ketika mereka sudah berumah tangga. Ketika menjalani rumah tangga nanti, laki-laki harus sudah siap menyediakan kebutuhan bagi keluarganya kelak.

Selain itu pihak laki-laki juga membawa buah nanas dan beberapa lembar daun sirih. Di dalam buah nanas biasanya diselipkan sejumlah uang, sebagai bentuk mas kawin dari pihak pria kepada pihak wanita. Buah nanas dipilih karena buah nanas adalah salah satu buah yang memiliki banyak manfaat.

Sedangkan daun sirih biasanya dipakai oleh orang tua untuk membersihkan giginya. Membawa daun sirih adalah sebagai bentuk cinta kasih dari pihak laki-laki, karena membawa sebuah barang yang bisa dipakai oleh orangtua. Hal ini merupakan salah satu bentuk penghormatan untuk orang yang lebihtua.

Selanjutnya, sebelum masuk ke kediaman perempuan, pihak laki-laki harus membawa jawara dari kampungnya untuk melawan jawara dari kampung perempuan. Jika jawara dari kampung laki-laki menang, maka pihak laki-laki diperbolehkan masuk ke kediaman perempuan.

Sosok jawara mewakilkan sebuah pesan bahwa seorang laki-laki harus kuat dan bisa melindungi keluarganya kelak.

"Pada zaman dulu ketika zaman kolonial belanda. Seorang kepala keluarga harus bisa melindungi keluarganya dari kejahatan para penjajah. Para penjajah zaman dulu suka merebut istri orang-orang Betawi, jadi seorang laki-laki Betawi harus bisa bermain silat, dan jago berantem, agar istrinya tidak diambil para penjajah. Kan, ciri-ciri orang Betawi ada tiga, tuh, bisa main silat, jago ngaji, dan jago main rebana," jelas Mahmud.

Jawara dari pihak perempuan dinamakan palang pintu, dan jawara dari pihak laki-laki dinamakan anak kunci.

Selain para jawara dari kedua belah pihak saling bertarung, ada juga dialog berbalasan pantun dari kedua belah pihak, jenis pantun yang dipakai adalah pantun jenaka.

Tak hanya membawa berbagai seserahan, pertarungan kedua jawara, dan berbalas pantun, ada juga seseorang dari pihak laki-laki yang harus menyanyikan sike. Sike adalah sebuah shalawat yang dinyanyikan dengan merdu.

Menurut Mahmud, pernikahan Betawi sampai sekarang juga masih sering dilaksanakan, khususnya di daerah Kemayoran, Kebayoran Baru, Kemandoran, Rawa Belong, Tanah Abang, Kampung Melayu, Bekasi, Jatinegara, dan Kwitang.

Ternyata, menurut Mahmud, budaya Betawi makin hari makin banyak peminatnya.

"Allhamdullilah, sekarang sudah makin banyak anak-anak muda Betawi yang ikut melestarikan budaya Betawi. Makin banyak anak Betawi yang mau belajar rebana ketimpring dan palang pintu. Anak Betawi sekarang, alhamdulilah, makin hari makin memiliki rasa tanggung jawab untuk melestarikan adatnya," ujarnya sambil tersenyum.

Ia optimistis pada masa depan budaya Betawi.

"Saya optimis 10 atau 20 tahun kedepan budaya Betawi akan masih lestari, jika kita sekarang masih mau melestarikannya, dan terlebih mengajarkan budaya itu kepada anak-anak kita nantinya. Saya juga berharap sanggar-sanggar Betawi masih bisa eksis, dan konsisten tetap ada, lebih banyak generasi penerus yang melestarikan, dan bahkan saya berharap sanggar saya bisa go international,” ungkapnya.

Agung Mulia dan Mulya AfandiAgung Mulia dan Mulya Afandi, sebagai warga asli Jakarta, mereka bangga identitas Jakarta dimunculkan dalam Asian Games 2018. (Foto: Tagar/Siti Afifiyah)

Batavia, Betawi 

Betawi identik dengan orang yang mendiami Jakarta sejak dulu. Namun, jauh sebelum itu, ternyata ada banyak suku yang mendiami Batavia. Bermula pada tahun 1619 saat Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) berhasil merebut Jayakarta dari Kesultanan Banten dan mengganti namanya menjadi Batavia (sekarang Jakarta).

Kerajaan Mataram Islam yang tidak terima, membuat mereka menyerang VOC ke Batavia mulai tahun 1626 dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Ini yang sekarang disebut Matraman, karena dulu jadi base camp pertahanan Kerajaan Mataram Islam. Sedangkan siap-siapnya di Paseban, tempat kumpul raja dan rakyat sebelum menyerbu Batavia.

Alhasil VOC pun menerapkan peraturan bagi pribumi. Sejak 1688 pasca penyerangan itu, pribumi dari berbagai etnis yang didatangkan ke Batavia dikelompokkan di beberapa tempat. Satu etnis dikhususkan di satu tempat terluar dari Batavia. 

Kerajaan pribumi dengan VOC zaman dulu biasa jual-beli budak untuk kerja, apalagi untuk yang kalah perang, tawanannya harus menjadi budak yang menang. Ada dari kerajaan Bali, Banda, dan timur Indonesia lainnya.

Sedangkan kedatangan bangsa melayu sebagai leluhur masyarakat Kampung Melayu sendiri terdapat dua versi. Pertama bisa jadi sebagai pedagang yang datang ke Batavia. Kedua, bisa juga sebagai tawanan kalah perang antara Portugis yang ditaklukkan Belanda di Malaka. 

Dari sana berbagai etnis tersebut mulai meramaikan pembangunan Batavia. Ada yang beraktivitas di bidang perdagangan, menjadi budak, maupun KNIL sebagai pembela VOC. Berbagai etnis kala itu ialah Melayu, Bali, Maluku, Tionghoa, dan Arab. Maka ditempatkan mereka di beberapa wilayah. 

Arab di Kampung Arab, Maluku ada Kampung Banda di utara, Tionghoa di Glodok, dan bagian selatan ada Kampung Melayu untuk etnis melayu. Itu di kawasan luar mengelilingi Batavia, belum Jakarta, karena beda luas kawasan antara Jayakarta, Batavia, dan Jakarta.

Saat itu belum ada namanya Betawi. Baru pada 1799 saat VOC runtuh, sempat berganti ke periode Perancis, lalu masuk periode Daendels yakni 1808-1811. Sempat dipegang Inggris sampai 1816, baru periode Hindia Belanda muncul kata Betawi. 

Kata betawi baru populer mulai 1800 akhir atau 1900 awal, terutama saat MH Thamrin membuat perkumpulan orang betawi. Inilah melting pot, pencampuran semua suku, ras, agama, dan budaya yang dulu telah ada di Batavia. 

Dilihat dari etnisnya betawi merupakan gabungan Tionghoa, Arab, Melayu, Bali, hingga Indonesia bagian timur. Salah satunya terlihat dari adat pernikahan betawi, yang setengah pakaiannya merupakan adat Tionghoa dan Arab, lalu tarian melayu juga diaplikasi seperti tari zapin. 

Ondel-ondelPekerja mengecat ulang patung ondel-ondel di Jalan Benyamin Sueb, Kemayoran, Jakarta, Selasa (3/7/2018). Perawatan tersebut dilakukan untuk mempercantik maskot Ibu Kota Jakarta dalam menyambut Asian Games 2018. (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Betawi dalam Asian Games 2018

Alamsyah Yogi, Agung Mulia, dan Mulya Afandi sebagai warga asli Jakarta mengaku senang saat diberi tahu maskot Betawi dimunculkan dalam Asian Games 2018. 

"Tentunya sebagai tuan rumah, Jakarta mesti menampilkan ciri khas Betawi," kata Yogi. 

Pada Selasa (10/7) Asosiasi Pengusaha Tempat Hiburan Jakarta (ASPIJA) mendukung perhelatan Asian Games 2018 dan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan cara memperkenalkan kebudayaan khas Jakarta hingga mempercantik tempat hiburan.

"Ini (Asian Games 2018) event besar. Maka ini enggan kami lewatkan. Nanti, kami turut serta memperkenalkan kebudayaan khas di Jakarta, sekaligus mempercantik tempat hiburan," kata Sekretaris ASPIJA, Hanna.

Menurutnya, di sejumlah tempat hiburan yang ada di Jakarta nantinya, akan ditampilkan ondel-ondel dan silat betawi.

Hanna menerangkan, upaya-upaya yang dilakukan pihaknya sebagai bentuk dukungan terhadap program Pemprov DKI Jakarta.

"Itu upaya kami mendukung Asian Games. Di beberapa lokasi itu (tempat hiburan) akan tampilkan ondel-ondel, silat betawi, bahkan para pramusajinya pun akan mengenakan pakaian adat khas betawi. Nantinya, juga akan banyak promo," terangnya.

Kesenian Betawi juga mewarnai Tur Obor Asian Games atau Torch Relay berlangsung di Jakarta dan sekitarnya, yang salah satunya di rute Jakarta Barat dilansir Antara.

Kepala Satuan Layanan Informasi Kota Tua Jakarta Irfal Guci mengatakan melalui sambungan telepon, Selasa (17/7) bahwa Tur Obor Asian Games ini akan diisi berbagai acara kesenian Betawi seperti tanjidor, gasing, ondel-ondel hingga tarian massal. Ia juga menyebutkan rute- rute yang bakal dilalui para peserta acara ini.

Rute di sekitar Jakarta Barat dimulai dari Kantor Kelurahan Tanah Sereal - Jl KH Zainul Arifin - Jl Gajah Mada - Jl Pintu Besar Utara - Jl Kali Besar Barat - Jl. Kunir - Museum Fatahillah Kota Tua (titik kumpul).

Kemudian dilanjutkan dari Jl Kunir - Jl Kemukus - Jl Ketumbar - Jl Lada -Fly Over Pasar Pagi - Jl Pangeran Tubagus Angke -U turn Jl Pangeran Tubagus Angke - RPTRA Kalijodo. Durasi total acara ini adalah tiga jam dimana setiap 500 meter akan ada pergantian pelari yang memegang obor.

"Ada berbagai acara yang dipersiapkan, khususnya kesenian tradisional," ujar Irfal Guci.

Irfal menjelaskan di setiap satu km akan ada kegiatan kesenian yang akan ditampilkan, yakni tarian penyambutan oleh Sanggar Nusa Budaya di kantor kelurahan Tanah Sereal, tanjidor oleh Sanggar Al Kautsar dan permainan engrang di km 1, Marawis oleh Al Munawar dan permainan gasing di km 2, Tarian oleh Sanggar Novi di km 3, dan ondel-ondel oleh Sanggar Tradahan dan permainan di km 4.

Titik kumpul berada di Taman Fatahilah untuk durasi satu jam dan tur akan disambut oleh tarian massal binaan Taman Maju Bersama.

Selain itu, juga akan ada panggung seni yang dimeriahkan oleh band Keraton, Palang Pintu dan Pencak Silat oleh Sanggar Percira Rawa Belong, Barongsai, Abang None Jakarta Barat dan Koko Cici, serta Komunitas Humanoid Kota Tua.

Lalu, di sepanjang jalan dari titik kumpul ke titik pelepasan akan ada berbagai pertunjukan seni, seperti tari-tarian oleh Sanggar PPGT, Band Akustik oleh Ashvoice, Musik Kolintang oleh Sanggar Bapontar, dan Musik Gambus oleh Sanggar Kharisma.

Di titik pelepasan di Kalijodo, ditutup dengan pertunjukan Gambang Kromong oleh Sanggar Kokom, Kota Bambu Utara.

Tarian tradisional Betawi juga tampil dalam acara Mercado Culinario Indonesio 2018 atau Pasar Kuliner Indonesia dan sate ayam menjadi primadona kuliner Indonesia di acara yang diselenggarakan di halaman KBRI Lisabon, Sabtu (15/7).

Tidak kurang dari 37 jenis kuliner Indonesia disajikan untuk menarik perhatian masyarakat Portugal, selain sate juga ada rendang, gado-gado, pempek, mie ayam, bakso, martabak, dadar gulung, klepon, kue lapis, pisang goreng, es campur, dan es cendol,

Selain kuliner, Pasar Kuliner Indonesia menampilkan hiburan tarian tradisional Betawi, mengajak pengunjung pasar untuk menari bersama mengikuti alunan musik ondel-ondel. Berbagai materi promosi juga ditampilkan untuk mendukung kegiatan Asian Games 2018.

Identitas Betawi juga terasa dalam momen-momen peristiwa politik, seperti kesenian tradisional khas Jakarta, ondel-ondel mengiringi proses pendaftaran bakal calon legislatif (bacaleg) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Partai Demokrat ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa (17/7).

Para kader Partai Demokrat menari dan berjoget bersama ondel-ondel saat mendaftarkan kadernya dan hal ini membuat suasana di pintu gerbang masuk kantor KPU DKI Jakarta agak unik.

Biro Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah dan persentasi penduduk menurut kelompok suku bangsa, bahwa penduduk Betawi berjumlah 6.807.968 jiwa, persentasi 2,88 persen dari total seluruh penduduk Indonesia, peringkat keenam sebagai suku dengan jumlah penduduk terbesar. Nomor satu Jawa, disusul Sunda, Batak, Suku asal Sulawesi lainnya, dan Madura.

Bagi Alamsyah Yogi, Agung Mulia dan Mulya Afandi, dalam keseharian mereka sibuk urusan pekerjaan, tidak terlalu memikirkan soal identitas dan tradisi Betawi. Bagi mereka, Betawi karena ayah ibu atau kakek nenek adalah Betawi. Bagi Dinas Pariwisata kebudayaan Betawi adalah potensi untuk menarik minat wisatawan. (af)

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.