Kalau Bandara Ahmad Yani Diserbu Teroris, Apa yang Dilakukan BNPT?

Kalau Bandara Ahmad Yani di Semarang, Jawa Tengah diserbu teroris, apa yang dilakukan BNPT?
Petugas meringkus pelaku teroris dalam pelatihan mitigasi terorisme integratif di Bandara Jenderal Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/10/2018). (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang, (Tagar 1/11/2018) - Sekelompok orang bersenjata laras panjang merangsek masuk sebuah ruangan di lantai tiga di Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani Semarang, Jawa Tengah, Rabu (31/10). Mereka menyandera petugas keamanan bandara dan sejumlah pengunjung.

Salah satu pelaku berpenutup kepala melepas tembakan sebagai pengingat agar mereka yang ada di ruangan mengikuti perintah. Pengunjung dan petugas bandara disergap rasa takut, langsung tiarap sesuai instruksi pelaku terduga teroris.

Pimpinan bandara yang mengetahui penyerbuan memerintahkan petugas yang ada untuk menutup bandara dan memberlakukan siaga satu. Ia juga melapor ke pimpinannya dan berkoordinasi dengan Badan Nasional Pemberantasan Terorisme (BNPT).

Kejadian tersebut direspon dengan pengaktifan Crisis Center BNPT.

Upaya negosiasi dilakukan, namun tidak membuahkan hasil. Penyerbuan pun disiapkan. Tim mobilisasi udara dari Brigade Infantri menggunakan helikopter bell 142 melaksanakan penetrasi ke lokasi.

Baku tembak terjadi. Satu di antara  terduga teroris tergeletak terkena timah panas, yang lain menyerahkan diri. Ternyata ancaman lain datang dari sebuah paket yang ditemukan petugas yang dicurigai berisi bom. Tim penjinak bom akhirnya berhasil mengevakuasi dengan bom blaket.

Kejadian di atas bukan sesungguhnya, melainkan simulasi pelatihan mitigasi terorisme integratif di Semarang oleh BNPT bersama TNI-Polri.

"Maksud kegiatan tersebut adalah untuk membuat suatu kesiapsiagaan. Kami berharap apabila terjadi suatu tindakan kejadian terorisme di Tanah Air, khususnya di bandara, kami siap melakukan antisipasi," tutur Kepala BNPT Komjen Pol Suhadi Alius.

Pada kegiatan tersebut diatur teknik dari masing-masing instansi. Suhadi berharap jika teknik itu dilatih berulangkali maka akan terdapat pemahaman yang utuh di antara instansi terkait.

"Sehingga jika terjadi kejadian tidak saling menunggu, tapi dapat mengambil perannya masing-masing," terang dia.

Bandara dipilih sebagai lokasi latihan karena merupakan salah satu obyek vital yang rentan jadi sasaran pelaku terorisme.

"Tidak  hanya bandara, pelabuhan dan terminal juga menjadi sasaran. Bandara internasional yang besar dan sibuk dilakukan penanganan lebih besar namun tetap ada SOP yang baku. Dan Bandara Internasional Jenderal Ahmad Yani ini terdapat penerbangan langsung ke luar negeri yang juga bisa menjadi sasaran teroris," jelasnya. []

Berita terkait
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.