Oleh: Syaiful W. Harahap*
TAGAR.id – Selama ini jalur kereta api (KA) Ekonomi Lokal Rangkasbitung-Merak, Banten, sampai ke ujung yaitu Stasiun Merak yang berada di area Pelabuhan Feri Merak.
Transportasi umum massal yang murah meriah ini, ongkos dari Rangkasbitung ke Merak dan sebaliknya Rp 3.000, sangat membantu rakyat karena bus dan angkot tidak ada yang langsung dari Rangkasbitung ke Merak.
Warga Rangkasbitung yang akan bepergian ke Ibu Kota Serang, Kota Cilegon dan Merak harus gonta-ganti angkutan.
Dari Rangkasbitung naik Angkot ke Terminal Mandala. Dari terminal ini naik Angkot lagi ke Terminal Kadubanen, Pandeglang. Selanjutnya disambung dengan Elep atau bus ke Serang kemudian dari Terminal Pakupakatan ganti bus lagi ke Cilegon dan Merak.
Selain itu bagi warga Jakarta dan dari berbagai kota di sekitar Jakarta yang akan bepergian ke Sumatera, Pelabuhan Bakauheni, dengan feri dari Merak juga sangat terbantu.
Dari Jakarta naik KRL dari Stasiun Tanah Abang ke Rangkasbitung dengan ongkos Rp 6.000. Sedangkan warga dari Cikarang dan Bogor juga bisa naik KRL dengan cara transit di Stasiun Tanah Abang.
Tapi, sejak awal April 2023 KAI Commuters menghentikan operasional KA Ekonomi Lokal Rangksabitung sampai Merak. KA hanya sampai Stasiun Cilegon. “Repot sekali, Pak,” kata seorang ibu yang membawa anak-anaknya dan barang bawaan yang akan menyeberang ke Sumatera pertengahan April 2023.
Beberapa penumpang tujuan Merak, juga tujuan Krenceng, yang terpaksa turun di Cilegon juga mengeluh karena mereka harus ganti moda transpor dengan bawa anak-anak dan barang bawaan.
Memang, disediakan bus di Stasiun Cilegon dengan gratis ke Merak. Tapi, membawa anak-anak dan barang tidaklah semudah yang dibayangan. Padahal, kalau KA sampai Merak penumpang turun dari KA langsung ke loket karcis feri.
Apapun alasan KAI Commuters menghentikan operasinal sampai Merak, selain bencana alam, tentulah tidak bisa diterima akal sehat, apalagi di saat mudik Lebaran yang jadi program pemerintah sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat luas.
Jika ada perbaikan yang tidak mengganggu teknis perjalanan KA, tentulah perlu rekayasa sosial terkait dengan kepentingan publik jika menghentikan trayek tidak sampai ke Stasiun Merak.
Apakah perbaikan tidak bisa menunggu sampai arus balik Lebaran selesai di akhir April 2023?
Jika memang ada masalah teknis pada perjalanan Stasiun Cilegon ke Merak, mengapa tidak diperbaiki jauh-jauh hari sebelum arus mudik Lebaran?
Kelemahan posisi konsumen di Indonesia selalu dimanfaatkan oleh penyedia fasilitas, jasa dan layanan publik. Padahal, perusahaan-perusahaan di bawah Kementerian BUMN disubsidi pemerintah sebagai kewajiban negara untuk rakyat yang sudah membayar pajak.
Di Stasiun Rangkasbitung ada iklan layanan masyarakat terkait dengan objek-objek wisata di Banten, salah satu di antaranya adalah Banten Lama. Di sini ada masjid dan museum serta bekas istana. Ini objek wisata religi.
Wisatawan bisa memanfaatkan wisata murah dengan naik KRL ke Rangkasbitung dari Tanah Abang dilanjutkan dengan KA Ekonomi Lokal Rangkasbitung-Merak turun di Stasiun Karangantu. Wisatawan bisa pulang hari dengan KA lokal dari Karangantu ke Rangkas dilanjutkan dengan KRL ke Tanah Abang.
Celakanya, jadal KA Ekonomi Lokal Rangkasbitung-Merak sama sekali tidak mendukung pariwisata yang ditawarkan.
KRL pertama dari Stasiun Tanah Abang berangkat pukul 05.35 WIB dan tiba di Stasiun Rangkasbitung pukul 07.27 WIB. Sementara itu KA Ekonomi Lokal Rangkasbitung-Merak berangkat dari Stasiun Rangkasbitung pukul 07.25 WIB.
Penumpang KRL otomatis tidak bisa naik KA Ekonomi Lokal Rangkasbitung-Merak yang berangkat pukul 07.27 WIB. Padahal, kalau naik KA ini tiba di Stasiun Karangantu pukul 08.36 WIB. Itu artinya wisatawan bisa pulang dengan KA Lokal pukul 17.05 WIB tujuan Rangkas. Dengan cara ini wisatawan menikmati Banten Lama selama 8 jam 29 menit. Waktu yang sangat leluasa untuk berbagai kegiatan wisata.
Tapi, karena wisatawan harus naik KA Lokal ke Karangantu yang berangkat dari Rangkas pukul 09.55 WIB, maka mereka baru sampai ke Karangantu pukul 11.06 WIB. Jika mereka wiatawan pulang hari, maka mereka harus naik KA Lokal yang berangkat dari Karangantu pukul 17.05 WIB tujuan Rangkas.
Maka, wisatawan hanya mempunyai waktu selama 5 jam 59 menit. Hanya karena jadwal yang tidak responsif terhadap pariwisata membuat wisatawan rugi waktu hampir tiga jam.
Sudah saatnya KAI Commuters berpijak pada rekayasa sosial dalam operasional KA agar tidak membuat rakyat pada posisi yang terpinggirkan dengan kerugian materi, nonmateri dan waktu. []
* Syaiful W. Harahap adalah Redaktur di Tagar.id