Oleh: Syaiful W. Harahap*
Sejak pertengahan Juli 2021 jumlah kematian harian karena Covid-19 di Indonesia mulai menunjukkan tren meningkat. Jika sampai awal Juli 2021 kematian harian hanya ratusan, tapi sejak pertengahan Juli 2021 kematian harian dilaporkan lebih seribu. Akhirnya sampai tanggal 4 Agustus 2021, pukul 12.00 WIB, jumlah kematian karena Covid-19 di Indonesia tembus 100.000 tepatnya sebanyak 100.636. Jumlah kematian tanggal 4 Agustus 2021 sebanyak 1.747.
Bahkan, sejak pertengahan Juli 2021 jumlah kematian karena Covid-19 di Indonesia tertinggi di dunia. Puncak jumlah kematian dilaporkan tanggal 27 Juli 2021 yaitu sebanyak 2.069. Selanjutnya kematian harian berangsur turun tapi masih ada di kisaran 1.500-an.
Perkembangan Covid-19 di Indonesia per 4 Agustus 2021 (Foto: Twitter Kemenkes RI @KemenkesRI)
Jumlah kematian karena Covid-19 secara global per 3 Agustus 2021 sebanyak 4.258.778. Adapun negara-negara dengan jumlah kematian terbanyak yaitu:
Amerika Serikat 630.497
Brasil 558.597
India 425.789
Meksiko 241.585
Peru 196.598
Rusia 160.925
Inggris 129.881
Italia 128.115
Kolombia 121.484
Prancis 111.993
Argentina 106.447
Indonesia 100.636
Sedangkan kasus positif Covid-19 harian di Indonesia juga berada di kisaran 30.000-an sampai 50.000-an. Jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 3.532.567, sedangkan jumlah kasus Covid-19 di seluruh dunia per 3 Agustus 2021 mencapai 200.236.644 yang dipuncaki oleh Amerika Serikat (AS) sebanyak 36.049.015 diikuiti India 31.767.965 dan Brasil 19.986.073.
Selain karena banyak warga yang mengabaikan protokol kesehatan (Prokes) yang dikenal sebagai 3M (selalu memakai masker, selalu menjaga jarak fisik, dan sering mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir) juga dipicu oleh penyebaran varian Delta.
Ada juga warga yang tidak percaya kalau Covid-19 adalah fakta medis. Mereka bersikap demikan karena mengikuti posting, terutama di media sosial dan media abal-abal, yang membalut informasi Covid-19 dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medisnya hilang yang muncul hanya mitos (anggapan yang salah).
Penyebaran Covid-19 juga terjadi karena tingkat vaksinasi Covid-19 yang rendah, antara lain karena ada warga yang tidak mau divaksin dengan 1001 macam alasan di luar medis karena termakan hoaks.
Dr Irman Pahlepi (kiri) memeriksa layar pemantauan pasien Covid-19 di RSU Dr Suyoto di Jakarta pada 29 Juli 2021. Pahlepi kembali bekerja di rumah sakit, melanjutkan tugasnya merawat pasien Covid-19 setelah sembuh dari infeksi Covid-19 untuk kedua kalinya (Foto: apnews.com - AP Photo/Tatan Syuflana)
Tentu saja Covid-19 varian Delta yang terdeteksi pertama kali di India menyebar di Indonesia karena ada yang membawa, bisa saja warga Indonesia yang pulang dari luar negeri atau WN asing yang masuk ke Indonesia.
Polisi menangkap jaringan yang membatalkan karantina bagi pendatang dari luar negeri dengan imbalan antara Rp 4 – Rp 6 juta. Ini yang jadi boomerang bagi Indonesia. Selain itu patut juga dipertanyakan petinggi-petinggi dan diplomat yang keluar masuk Indonesia apakah mereka taat menjalankan karantina.
Ketika Covid-19 varian Delta tersebar di Indonesia dikhawatirkan akan mutasi dan menghasilkan varian baru.
PB IDI pernah mengingatkan bahwa Indonesia bisa jadi episentrum Covid-19 dunia, dan hal itu sudah terjadi dengan kasus harian yang tertinggi di dunia dan kematian terbanyak di dunia. []
*Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id