Jokowi dan Calon Penantangnya Masih 'Wait and See'

Jokowi dan calon penantangnya masih 'wait and see'. Prabowo-Anies, Prabowo-AHY atau akan ada kejutan lain.
Jokowi dan Calon Penantangnya Masih 'Wait and See' | Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. (Foto: Instagram/Anies Baswedan)

Jakarta, (Tagar 8/7/2018) - Tinggal menghitung hari sampai pada waktu harus mendaftarkan diri sebagai pasangan capres-cawapres di KPU untuk bertarung dalam Pilpres 2019. Tapi, Jokowi dan calon penantangnya seperti sama-sama wait and see. Seperti saling menunggu siapa berpasangan dengan siapa, setelah mengetahui kekuatan lawan, kemudian akan melakukan apa.

Jokowi belum mengumumkan siapa cawapres pilihannya. Prabowo satu-satunya calon penantang yang sudah mendeklarasikan diri sebagai capres 2019, tapi masih sibuk mencari teman koalisi. Sehingga posisi Prabowo sebagai calon penantang juga belum pasti, apalagi cawapresnya. Masih ada kemungkinan muncul calon penantang lain, bisa jadi Anies Baswedan sebagai capres, atau cawapres Prabowo. Atau bisa jadi akan muncul kejutan lain.

Sabtu malam (7/7) usai menutup Rembuk Nasional Aktivis 98 di JI-Expo Kemayoran Jakarta, Presiden Joko Widodo menanggapi isu pancapresan Anies Baswedan. Ia mengatakan semakin banyak pilihan akan semakin baik.

"Saya kira semakin banyak pilihan yang disodorkan, saya kira sangat bagus. Siapa pun, sangat bagus," katanya, mengutip Antara.

Dalam kesempatan itu ia mengaku sudah mengantongi nama calon wakil presiden yang akan mendampinginya maju dalam pemilihan presiden 2019.

"Sudah ada tinggal diumumin," kata Presiden Jokowi.

Jokowi menyebutkan pada saat yang tepat nanti akan diumumkan nama cawapres yang akan mendampinginya

"Tunggu. Ini kan tinggal nunggu berapa hari, masak gak sabar," katanya.

Komisi Pemilihan Umum akan membuka pendaftaran pasangan capres dan cawapres Pilpres 2019 pada 4 hingga 10 Agustus 2018. Penetapan capres dan cawapres Pilpres 2019 akan dilakukan pada 20 September 2018. Tiga hari kemudian atau mulai 23 September 2018 akan digelar kampanye Pileg dan Pilpres 2019.

Koalisi Tidak Berubah

Pada Februari 2018, secara resmi PDIP mengusung Joko Widodo sebagai calon Presiden RI Periode 2019-2024 meskipun sejumlah partai politik sebelumnya telah secara jelas menyatakan dukungannya kepada Jokowi untuk Pilpres 2019.

Deklarasi pengusungan Jokowi sebagai Capres Pilpres 2019 berlangsung dalam Rapat Kerja Nasional PDIP di Hotel Grand Inna Beach Sanur Bali pada 23 Februari 2018.

Pada Pilpres 2019, nama Jokowi sampai saat ini telah diusung delapan partai politik, yaitu Partai Nasional Demokrat (NasDem), Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Berikutnya berturut-turut diikuti Partai Persatuan Indonesia (Perindo) dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) serta Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada Kamis malam (5/7) menggelar pertemuan tertutup dengan Khofifah Indar Parawansa di kediaman calon Gubernur Jawa Timur itu di Jemursari, Surabaya. Ia didampingi beberapa petinggi Partai Golkar.

Usai pertemuan itu Airlangga memastikan semua parpol yang sebelumnya telah menyatakan komitmen untuk mengusung Jokowi pada Pilpres 2019 sampai sekarang masih solid.

Dia menampik anggapan yang belakangan berkembang menyebut komposisi koalisi parpol pengusung Jokowi akan berubah menyusul hasil pemilihan kepala daerah (Pilkada) di beberapa wilayah provinsi maupun kabupaten/ kota dinyatakan tidak solid, khususnya terhadap calon pilkada yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sebagai pengusung utama Jokowi di Pilpres 2019.

Di Pilkada Jawa Timur, contohnya, pasangan Saifullah Yusuf-Puti Guntur Soekarno, yang diusung PDIP bersama sejumlah parpol koalisi lainnya, mengalami kekalahan di berbagai daerah kabupaten/ kota di wilayah provinsi setempat.

Namun, ternyata pada Pilkada di beberapa kabupaten/ kota masih di wilayah provinsi setempat, pasangan yang diusung PDIP justru mengalami kemenangan. Sehingga berkembang rumor PDIP, serta sejumlah parpol lainnya yang mengalami kekalahan serupa, akan mencabut dukungan terhadap Jokowi di Pilpres 2019.

Menanggapi itu, Airlangga menyatakan pasangan Khofifah-Emil, meski di Pilkada Jatim tidak diusung oleh PDIP, merupakan pendukung Presiden Jokowi untuk periode yang kedua.

"Partai Golkar pun, yang di Pilkada Jatim mengusung Khofifah-Emil, masih mendukung Presiden Jokowi untuk periode yang kedua pada Pilpres 2019," ujarnya.

Sejauh ini, lanjut Airlangga, yang saat ini juga menjabat sebagai Menteri Perindustrian, komunikasi dirinya dan juga Partai Golkar dengan Presiden Jokowi masih berjalan lancar.

"Selain Golkar, parpol lainnya yang telah menyatakan komitmen mengusung Pak Jokowi di Pilpres 2019 adalah PDIP, PPP, Nasdem, Hanura dan PKB. Itu sudah pasti," ujarnya, menegaskan.

Mengenai pertemuan tertutup dengan Khofifah yang berlangsung sekitar 30 menit itu, Airlangga mengatakan bahwa turut dibahas mengenai Pilpres 2019, salah satunya kesiapan Khofifah mendukung Joko Widodo.

"Bu Khofifah akan mendukung Pak Presiden untuk periode kedua," katanya.

Namun demikian, Airlangga menekankan dalam pertemuan tersebut dirinya beserta Khofifah sama sekali tidak menyinggung posisi cawapres yang akan mendampingi Jokowi. Airlangga menegaskan penentuan cawapres ada ditangan Presiden Jokowi sendiri.

Siapa calon wakil presiden Jokowi dalam Pilpres 2019, publik menduga-duga. Ada yang menebak Mahfud MD, bahkan ada pula yang menebak Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, dan masih banyak lagi yang masuk bursa cawapres Jokowi, termasuk Airlangga.

"Kami menyerahkan kepada Bapak Presiden," ucap Airlangga.

Kubu Calon Penantang

Wacana capres-cawapres 2019 dalam kubu calon penantang petahana terus berkembang. 

Melalui keterangan tertulis, Sabtu malam (7/7) Wakil Ketua Umum DPD Partai Gerindra Jawa Barat Anggawira mengatakan PKS dan PAN menyetujui Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019.

"Insyaallah partai koalisi Gerindra, PKS, PAN sudah menerima Mas Anies untuk maju sebagai cawapres Pak Prabowo. Partai koalisi mempertimbangkan apa yang berkembang di masyarakat akhir-akhir ini," kata Anggawira.

Anggawira yang merupakan mantan juru bicara Anies Baswedan-Sandiaga Uno mengungkapkan Anies juga telah menemui Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto untuk mencari kemungkinan terbaik dalam menghadapi Pilpres 2019.

Menurut dia, sosok Anies merupakan figur yang dikehendaki masyarakat untuk mendampingi Prabowo pada Pilpres 2019. Anies dipandang sebagai tokoh muda cerdas yang mewakili kalangan Islam maupun nasionalis.

"Kemungkinan terbaik itu ya Prabowo-Anies. Mas Anies adalah simbol Islam kebangsaan yang cemerlang saat ini, dan tentu Pak Prabowo memahami itu dan merestuinya," kata Anggawira.

Namun demikian, Anggawira mengatakan formasi terbaik Pilpres akan dibicarakan lebih matang pada pertemuan selanjutnya antara Prabowo dengan partai koalisi. Sementara Anies, kata dia, siap menerima apa pun keputusan yang akan dihasilkan.

Berdasarkan sejumlah hasil survei, nama Anies belakangan disebut-sebut berpeluang menjadi cawapres pada Pilpres 2019.

Dalam survei yang dilakukan Pusat Kajian Pembangunan dan Pengelolaan Konflik (PUSPEK) FISIP Universitas Airlangga Juni 2018 dan Saeful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Mei 2018, misalnya, nama Anies berada pada posisi lima besar dalam aspek diterima masyarakat sebagai cawapres 2019.

Prabowo-AHY

Partai Demokrat masih mencoba segala kemungkinan untuk mencari jalan bagi Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) melaju ke gelanggang Pilpres 2019.

Melalui keterangan tertulis, Kamis malam (5/7) Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief menyatakan pertemuan antara Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif Hasan dan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jakarta, Kamis, menyangkut peluang pencapresan Prabowo berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono.

"Materi pembicaraan soal skema koalisi Pilpres yang dikemukakan Pak Prabowo Subianto cukup penting dan menyangkut kemungkinan Pak Prabowo berpasangan dengan AHY, maka akan dibicarakan di internal Partai Demokrat sesegera mungkin," ujar Andi Arief.

Andi menjelaskan pertemuan Syarif Hasan dengan Prabowo berlangsung Kamis sore di kediaman Prabowo di Kertanegara, Jakarta.

Sejatinya kunjungan Syarif Hasan adalah kunjungan balasan menindaklanjuti pertemuan antara utusan resmi Prabowo Subianto yang sehari sebelumnya bertemu dengan Syarif Hasan.

Menurut Andi Arief, kunjungan Syarif Hasan ke Kertanegara untuk mendengar langsung penjelasan Prabowo Subianto seperti yang sudah dikemukakan oleh utusan Prabowo sebelumnya, karena menyangkut persoalan-persoalan penting situasi politik dan terutama menyangkut Pilpres.

Pembicaraan itu mengenai peluang pencalonan Prabowo berpasangan dengan AHY dalam Pilpres 2019.

Menurut Andi, secara prinsip komunikasi antara dua partai sangat positif sebagai pintu komunikasi mencari kesamaan-kesamaan baik sekarang maupun nantinya. Meskipun saat ini belum ada kesepakatan bersama namun menurutnya sudah ada gambaran bersama.

Dia mengungkapkan, pertemuan lanjutan akan kembali dilakukan untuk mematangkan dua pertemuan pembuka antara kedua partai dan akan melewati tahap mekanisme organisasi yang ada.

"Diharapkan akan ada pertemuan puncak antara kedua ketum partai yakni Pak SBY dan Pak Prabowo nantinya, jika sudah ada kesepakatan bersama bentuk dan arah koalisi termasuk apakah AHY akan menjadi cawapres seperti yang dikemukakan Prabowo," beber Andi.

Prabowo-SBY Akan Bertemu

Wakil Ketua DPP Gerindra Ferry Julianto mengatakan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan melakukan pertemuan dalam minggu ini.

Hal tersebut disampaikannya, dimana sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan sempat bertemu Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, pada Kamis (5/7).

"Buat kami Partai Gerindra tentu berterima kasih, karena kedatangan Pak Syarief Hasan, walaupun rumah Kertanegara, tempat Pak Prabowo Subianto menemui semua tokoh dan lainnya," kata Ferry pada acara diskusi di dengan tema Meraba Pasangan Capres-Cawapres di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu.

Rencana pertemuan antara Prabowo dan SBY di antaranya membahas tentang koalisi. Hal tersebut juga disampaikan perkembangan yang terjadi kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN), katanya.

"Selain membicarakan soal Pilpres dan pemilihan legislatif ditengah-tengah masyarakat kita menghadapi situasi yang kurang menguntungkan, indikasi krisis ekonomi," kata Ferry.

Ferry menjelaskan, Prabowo rutin menggelar pertemuan dengan sejumlah elit partai dan tokoh nasional. Hal ini dilakukan untuk menjaring sosok yang tepat sebagai cawapres Prabowo.

"Kita bisa bayangkan kalau waktunya pas dan kalau punya popularitas yang tinggi, didorong effort mesin partai dan semangat ganti presiden yang besar itu, 2019 akan terbayar," katanya. (af)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.