Jokowi Dalam Pandangan Kiai

Seperti apa Presiden Joko Widodo akrab disapa Jokowi dalam pandangan kiai?
Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya akrab disapa Habib Luthfi (paling kiri) menemani Presiden Joko Widodo pada hari pembukaan Muktamar XII Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (Jatman) di Pekalongan, Jawa Tengah, 15 Januari 2018. (Foto: Biro Pers Setpres)

Bandung, (Tagar 7/11/2018) - Ketua Dewan Pembina Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN) KH Asep Saifuddin Chalim melihat kesungguhan Jokowi dalam mencintai bangsa dan negaranya, serta keinginan menyejahterakan rakyat.

"Kalaupun sekarang belum bisa menyejahterakan, Pak Jokowi sudah merintis ke arah itu. Freeport berusaha dikuasai, infrastruktur dibangun, itu semua arahnya ke sana. Ini langkah yang membutuhkan keberanian," tutur Kiai Asep dalam Silaturahim Kiai dan Dai Muda di Bandung, Selasa malam (6/11) dilansir kantor berita Antara.

Oleh karena itu, lanjut Kiai Asep, bisa disimpulkan bahwa Jokowi telah memberikan bukti dan kerja nyata.

"Pak Jokowi telah melakukan kerja konkret menuju kesejahteraan, ini bukti, jangan dikalahkan oleh sesuatu yang baru janji," katanya.

Ia pun secara khusus mengajak masyarakat Jawa Barat yang mayoritas Islam ahlussunnah waljamaah (Aswaja) untuk berani memenangkan Jokowi.

"Tahun 2014 Pak Jokowi kalah di Jawa Barat. Sekarang gubernurnya Aswaja, kita harus berani memenangkan Pak Jokowi, minimal 70 persen, apalagi pendampingnya ulama yang benar-benar ulama," katanya.

Kiai Asep juga menanggapi suara yang mengatakan bahwa umat Islam harus memilih pemimpin yang takut dan bertaqwa kepada Allah SWT.

"Bila umat Islam terutama ulama menginginkan pemimpin yang takut dan bertaqwa kepada Allah maka pilihannya adalah Joko Widodo (Jokowi)," tegas Kiai Asep.

"Indikator takut dan taqwa itu salat. Salat Pak Jokowi baik, sesuai kitab Safinatus Shalat. Saya saksikan sendiri, tanpa hijab," kata Kiai Asep.

Pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur itu memberikan kesaksian atas cara salat Jokowi.

"Waktu sujud jari-jari kakinya menghadap kiblat. Duduk iftirasy betul. Ini pasti karena terbiasa salat," kata Kiai Asep.

Menurut dia, gerakan salat bukan hal main-main. Ia menceritakan seorang kiai sepuh asal Nganjuk, KH Jamal, yang gundah setelah bermakmum pada seorang syekh asal Timur Tengah hanya gara-gara jari-jari kaki syekh itu tidak menghadap kiblat waktu sujud.

"Pak Jokowi juga salat di awal waktu, sering puasa Senin-Kamis. Kalau ulama berdoa minta pemimpin yang takut Allah maka pilih Jokowi," katanya.

Keislaman Jokowi Tidak Perlu Diragukan

Dalam kesempatan berbeda di Jakarta, pakar politik dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia Dr Sri Yunanto menegaskan bahwa Presiden Joko Widodo adalah muslim dan keislamannya tidak perlu diragukan lagi.

"Pak Jokowi sudah beribadah haji pada 2003, jauh sebelum menjadi Presiden. Pak Jokowi juga sudah empat kali beribadah umrah," kata Sri Yunanto pada diskusi dan bedah buku Keislaman Jokowi, di Jakarta, Selasa.

Hadir sebagai pembahas pada diskusi dan bedah buku tersebut adalah mantan Deputi Koordinasi Bidang Politik Dalam Negeri Kementerian Polhukam Mayjen TNI (Purn) Adnrie Tardiwan Utama, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Agus Salim, dan Wakil Ketua LDNU KH Wahid Nuruddin.

Menurut Sri Yunanto, dirinya tergelitik untuk meneliti siapa Joko Widodo dan kemudian mendokumentasikannya dalam bentuk buku, setelah mencermati cukup banyak serangan yang memojokkan Jokowi dengan pernyataan-pernyataan berstigma negatif.

"Karena itu, saya melakukan penelitian terhadap figur Jokowi, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, melalui studi pustaka, maupun mencari testimoni pada orang-orang yang mengenal dekat Jokowi," katanya lagi.

Kesimpulannya, kata dia, Jokowi lahir dalam keluarga muslim, gemar membangun silaturahmi, serta memiliki kepedulian tinggi terhadap masyarakat muslim.

Menurut Yunanto, testimoni dari guru agama Jokowi di sekolah dasar (SD) menyebutkan bahwa Jokowi adalah muslim yang taat dan selalu aktif mengikuti pelajaran di kelas pada saat pelajaran agama Islam.

"Teman SMA dan kuliah Jokowi dalam testimoninya juga menyebut Jokowi adalah muslim yang taat," katanya pula.

Staf Ahli Menko Pulhukam ini menambahkan, Jokowi setelah menjadi Presiden banyak membangun relasi dengan lembaga-lembaga Islam dan komunitas muslim, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. "Karena itu, wajar jika Pak Jokowi kemudian mendapat penghargaan dan masuk dalam 500 tokoh muslim dunia," katanya.

KH Agus Salim menambahkan, bagi kaum nahdliyin, keislaman Jokowi sudah selesai. 

"Maksudnya, keislaman Pak Jokowi sudah tidak perlu diragukan lagi," kata dia pula.

"Pak Jokowi memilih calon wakil presiden dari tokoh Islam menunjukkan dirinya muslim yang sangat peduli terhadap kemajuan Islam dan persatuan umat," kata dia pula.

Agus Salim mencontohkan, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sudah sejak lama mengusulkan agar tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri. "Presiden sebelumnya tidak melakukannya, tapi Presiden Jokowi berani memutuskannya," katanya. []

Berita terkait
0
Pemerintah AS Siap Batalkan Pinjaman Mahasiswa Senilai 6 Miliar Dolar
AS akan batalkan pinjaman mahasiswa senilai 6 miliar dolar bagi 200.000 peminjam yang klaim bahwa mereka ditipu oleh perguruan tinggi mereka