Joker dan Gejala Pseudobulbar Affect

Joker digambarkan tidak bisa mengontrol tawa meski perasaannya sedang emosi dan sedih. Pseudobulbar Affect memiliki gejala seperti itu?
Joker (Foto: Wikipedia).

Jakarta - Karakter Arthur Fleck dalam film Joker digambarkan tidak bisa mengontrol tawa. Dia bisa terbahak-bahak meski perasaannya sedang emosi, sedih atau gundah. Apa benar Pseudobulbar Affect memiliki gejala khas seperti yang dialami Joker? 

Meneruskan catatan Antara, Dokter Merry Dame Cristy Pane dari Alodokter menerangkan, pseudobulbar affect (PBA) adalah gangguan pada sistem saraf yang membuat seseorang tiba-tiba tertawa atau menangis tanpa dipicu sebab apapun. 

"Perubahan emosi yang tiba-tiba ini sering membuat penderitanya merasa malu, cemas, mengalami depresi, hingga mengisolasi diri dari lingkungan," kata Merry dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 11 Oktober 2019.

Gejala yang sering dialami penderita PBA di antaranya bisa tiba-tiba menangis atau tertawa. Menurut Merry, penderitanya bisa mengeluarkan reaksi yang berkebalikan dengan perasaannya, entah tertawa saat merasa sedih atau menangis ketika gembira. Penderita BPA juga biasanya menangis atau tertawa dalam durasi yang lebih lama dari orang normal. 

Tak hanya itu, ekspresi wajah, lanjutnya, tidak sesuai dengan emosi dan dia bisa mendadak berubah marah-marah atau frustrasi. Merry mengatakan gejala tersebut umumnya muncul secara tiba-tiba tanpa disadari. Gejala ini Merry nilai, kerap disalahartikan dengan gangguan mental seperti depresi dan bipolar.

Belum Diketahui Penyebabnya 

Apa penyebab pseudobulbar affect? Merry melanjutkan, hingga kini, penyebab PBA belum diketahui secara jelas. Namun para ahli meyakini PBA terjadi akibat adanya kerusakan pada korteks prefrontal, yakni area otak yang mengendalikan emosi. 

Merry menjelaskan, gangguan saraf PBA bisa menimpa seseorang yang memiliki penyakit serta gangguan pada otak dan saraf, seperti orang yang punya penyakit Alzheimer, Parinson, Wilson, Multiple sclerosis, Amytrophic lateral sclerosis (ALS) Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). 

Serta orang yang punya penyakit epilepsi, demensia, tumor otak, cedera otak dan tumor otak juga bisa mengalami gangguan seperti yang dialami Joker. 

"Selain itu, perubahan zat kimia di otak yang berkaitan dengan depresi dan suasana hati juga berperan dalam munculnya pseudobulbar affect. Perubahan zat kimia ini dapat menggangu sinyal dan pengolahan informasi di otak, sehingga memicu munculnya gejala dan keluhan PBA." tuturnya.

Pengobatan

Hingga kini belum ada obat khusus yang efektif mengatasi pseudobulbar affect. Tapi obat antidepresan dan obat quinidine sulfate, seperti dextromethorphan, mampu mengendalikan frekuensi serta ledakan emosi yang dialami oleh penderita PBA. 

Bukan cuma obat, ada beberapa langkah yang bisa diterapkan untuk mengendalikan gejala pseudobulbar affect. 

Pertama, cobalah mengubah posisi duduk dan berdiri. Coba perlahan ubah posisi, kemudian bernafas dalam demi meredakan ledakan emosi yang muncul mendadak. 

Selain itu, buatlah tubuh merasa santai. Tertawa keras atau menangis mendadak bisa membuat penderita PBA mengalami ketegangan pada otot-otot wajah dan tubuh. Oleh karena itu, penderita perlu melakukan teknik relaksasi, khususnya pada otot bahu dan dahi, setelah gejala PBA berakhir. 

Jangan lupa bicarakan dengan orang terdekat agar mereka tidak terkejut ketika gejala pseudobulbar affect, penyakit Joker mendadak muncul. []

Berita terkait
Psikiater Sebut Nonton Film Joker Harus Siap Mental
Psikiater dr Heriani Sp.KJ(K) mengatakan film Joker hanya untuk orang dewasa yang kuat secara mental dan sudah mampu menghadapi masalah.
Film Joker Miliki Tujuh Fakta Tersembunyi
Joker merupakan musuh dari Batman yang kerap kali bertempur. Ini adalah fakta-fakta film Joker yang belum diketahui banyak orang.
Tujuh Kekejaman Joker, Membunuh Anak Satu di Antaranya
Joker dikenal sangat kejam, bahkan ia tak segan-segan membunuh puluhan anak-anak dengan meracuninya.