Jerman Sukses Gelar Operasi Evakuasi 68 Anak dari Rafah

Kemenlu Jerman telah membantu mengorganisir evakuasi puluhan anak dan staf dari sebuah pusat bantuan di Gaza ke Tepi Barat
Sejak tahun 2000, SOS Children\'s Village telah menampung anak-anak di Rafah. Gambar ini diambil tahun 2009. (Foto: dw.com/id - stock&people/imago)

TAGAR.id - Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Jerman telah membantu mengorganisir evakuasi puluhan anak dan staf dari sebuah pusat bantuan di Gaza ke Tepi Barat. Tindakan ini mendapat kritik dari kelompok sayap kanan di Israel. Annika Sost melaporkannya untuk DW.

Kemenlu Jerman menyebut sebanyak 68 anak dan 11 orang staf beserta anggota keluarganya "dievakuasi sementara” dari kantor SOS Children's Village yang berada di Rafah ke Betlehem. SOS Children's Village merupakan sebuah lembaga non-pemerintah atau non-governmental organization (NGO).

Juru Bicara (Jubir) Kemenlu Jerman menyebut bahwa SOS Children's Village telah menghubungi pihaknya sejak pertengahan bulan November 2023. NGO tersebut, kata Jubir Kemenlu, meminta bantuan untuk desanya di Rafah.

"Kami merasa lega mengetahui usaha intensif kami akhirnya sukses kemarin, kami ingin berterima kasih kepada semua pihak yang terlibat,” kata Juru Bicara Kemenlu kepada DW.

Lebih dari 1 juta pengungsi saat ini berlindung di Rafah, Gaza Selatan. Kebanyakan dari mereka tinggal di tempat penampungan yang penuh sesak dan tenda-tenda darurat. Saat ini, pengiriman bantuan ke Gaza terhambat oleh pos-pos pemeriksaan serta operasi militer Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Organisasi bantuan melaporkan, persediaan bahan pangan akan habis dalam waktu yang singkat.

Israel sebelumnya telah menegaskan akan melancarkan serangan di Rafah guna membasmi sisa kelompok militan Hamas yang berada di sana. Negara-negara seperti Amerika Serikat (AS) dan Jerman telah memperingatkan kemungkinan dampak kemanusiaan yang serius jika serangan tersebut dilancarkan sepenuhnya. Namun, Israel juga menyatakan pihaknya sedang menyusun rencana untuk mengevakuasi sebagian kota Rafah sebelum melakukan operasi militer.

seorang anak palestina terlukaSeorang anak Palestina yang terluka diangkut dengan brankar ke dalam ambulans Bulan Sabit Merah Mesir setelah dievakuasi dari Jalur Gaza melalui perbatasan Rafah yang menyeberang ke Mesir, 1 Februari 2024. (Foto: voaindonesia.com/AFP)

Kelompok sayap kanan Israel kritik evakuasi Jerman

Menurut laporan kantor berita The Times of Israel, operasi evakuasi tersebut merupakan permintaan dari pihak Jerman yang dikoordinasikan oleh Kementerian Pertahanan Israel dan Dewan Keamanan Nasional, tanpa persetujuan secara eksplisit dari kabinet keamanan pemerintah.

Tindakan Jerman itu menuai kritik dari Bezalel Smotrich, Menteri Keuangan Israel, yang berhaluan kanan, kata laporan tersebut. Smotrich menyebut evakuasi itu sebagai "kegagalan etika", dan meminta penjelasan dari Perdana Menteri (PM) Israel Benyamin Netanyahu terkait evakuasi tersebut.

Kepada Chanel 12 Israel, seorang sumber anonim yang merupakan anggota kabinet keamanan, menyebut bahwa evakuasi tersebut merupakan "perilaku konyol dan tidak bermoral terhadap para sandera di Gaza dan keluarganya".

Hamas menyandera setidaknya 250 orang saat melancarkan serangan pada 7 Oktober 2023 silam. Israel meyakini 130 sandera saat ini masih berada di Gaza, sementara 32 orang diperkirakan telah meinggal dunia.

Hamas dikategorikan sebagai organisasi teroris oleh AS, Uni Eropa, Jerman dan beberapa negara lain.

Sementara itu, Shlomo Ne'eman yang menjabat sebagai Ketua Dewan Regional Gush Etzion di Tepi Barat, yang menyediakan layanan administrsi perkotaan untuk pemukim Israel, telah meminta agar warga mengggelar aksi protes di jalanan yang digunakan untuk operasi evakuasi itu. (mh/gtp/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
PBB Mengingatkan Ada Ledakan Kematian Anak di Gaza
Sejumlah badan PBB memperingatkan bahwa makanan dan air bersih telah menjadi “sangat langka” di wilayah Palestina