Beijing - Investasi langsung China di Amerika Serikat turun ke level terendah sejak 2009 di tengah pandemi Covid-19 dan ketegangan bilateral akan terus membebani aliran investasi antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia, menurut sebuah laporan.
Menurut laporan dari perusahaan riset Rhodium Group dan Komite Nasional Hubungan AS - China, pandemi Covid-19 tidak hanya memukul pertumbuhan ekonomi, tapi juga mengganggu perjanjian perdagangan fase I yang ditandatangani pada Januari lalu.
Dari data awal menunjukkan penurunan signifikan investasi China ke AS pada bulan-bulan pertama 2020
Baca Juga: Covid-19 Menular Lewat Seks, Penelitian Ilmuwan China
Seperti diberitakan dari Channel News Asia, Senin, 11 Mei 2020, laporan itu menyebutkan bahwa dari data awal menunjukkan penurunan signifikan investasi China ke AS pada bulan-bulan pertama 2020. Investasi langsung turun US$ 200 juta dibandingkan dengan US$ 2 miliar rata-rata per triwulan tahun lalu.
Tetapi perusahaan-perusahaan AS mengumumkan proyek investasi langsung di China pada triwulan I 2020 mencapai US$ 2,3 miliar, turun tipis dari rata-rata triwulan tahun lalu. Menurut laporan itu, perusahaan-perusahaan AS tampaknya tidak mempertimbangkan untuk secara signifikan mengurangi investasi di Tiongkok.
Laporan itu menyebutkan bahwa dengan memaparkan rantai pasokan global yang rapuh, pandemi Covid-19 dapat mendorong perusahaan-perusahaan AS untuk mengeluarkan manufaktur dari China. Namun,mungkin juga memacu lebih banyak investasi ketika perusahaan-perusahaan mencoba melokalisasi operasi mereka.
Investasi AS ke Tiongkok tumbuh sedikit pada 2019 menjadi US$ 14 miliar, dengan arus dua arah mendatar setelah penurunan besar dalam dua tahun sebelumnya. Sebaliknya investasi Tiongkok di AS turun menjadi US$ 5 miliar pada tahun itu dari US$ 5,4 miliar pada tahun sebelumnya.
Simak Pula: Covid-19 Melonjak Presiden Donald Trump Serang China
Arus modal ventura melihat penurunan yang lebih curam di kedua arah di tengah pengawasan regulasi yang lebih besar dari AS dan kekhawatiran investor bahwa pasar teknologi China terlalu panas, kata laporan itu. Menurut laporan itu, pandemi bisa menjadi peluang bagi kedua negara untuk bekerja bersama. Namun, persaingan ekonomi yang intensif dan dan pertempuran sistem politik kedua negara yang sistemik terus membebani hubungan bilateral ketika pemerintah terlibat dalam permainan menyalahkan. []