Ini 'The Untold Stories' Seorang Joki Ujian Masuk PTN

Ini 'the untold stories' seorang joki ujian masuk perguruan tinggi negeri, srateginya rapi, permainannya halus, tak terlacak, tak tersentuh.
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

Jakarta, (Tagar 9/5/2018) - Di sebuah kantor di bilangan Jakarta, sekelompok orang sedang membicarakan tentang ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2018 yang dilaksanakan Selasa 8 Mei 2018. Perbincangan sampai pada bahasan tentang joki.

Seseorang berkata, "Benarkah joki itu ada?"

Seseorang yang lain di ruangan itu, dia laki-laki, panggil dia Dilan. Dia berkata, "Ada. Saya pernah jadi joki."

Detik berikutnya mengalir cerita Dilan ketika ia masih mahasiswa tingkat dua pada tahun 2001, tentang kenakalannya menjadi seorang joki, mengerjakan soal ujian masuk perguruan tinggi negeri untuk peserta, waktu itu namanya UMPTN (ujian masuk perguruan tinggi negeri).

Dilan menceritakan secara detail dari A sampai Z, mengenai strateginya sebagai seorang joki yang tak pernah tersentuh siapa pun. 

Berikut penuturan Dilan selengkapnya.

Waktu itu tahun 2001, aku mahasiswa tingkat dua di sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Tengah. Suatu hari seorang kawan datang padaku, menawarkanku untuk menjadi joki di sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. 

Aku iyakan saja ajakannya itu tanpa berpikir macam-macam, pragmatis saja, orientasi dapat uang. Ya sudah, kemudian ia mengajakku bertemu dengan seorang calo, kalau dalam bahasaku, ia itu kusebut mucikari. 

Dalam pertemuan dengan mucikari itu kemudian ada 8 joki, semuanya mahasiswa pintar. Juga ada sekitar 15 calon peserta UMPTN, aku menyebutnya pasien. Mereka anak-anak bodoh dan malas dari keluarga kaya. Ada pasien laki-laki, ada pula pasien perempuan. 

Kami tahu kenapa berkumpul di situ, kami para joki ingin mendapatkan uang, mereka para pasien ingin lulus UMPTN. Kami merencanakan segalanya dengan sangat rapi dan halus. Tidak boleh ada celah kesalahan sedikit pun. 

Kami bukan model joki yang mengganti identitas peserta ujian atau memanipulasi foto dan sebagainya yang mudah dilacak. Kami para joki benar-benar mendaftar dan ikut ujian, karena kami masih tingkat dua, secara aturan masih boleh ikut UMPTN. 

Sampai pada hari pendaftaran sebagai peserta UMPTN, kami 8 joki dan 15 pasien mendaftar di loket yang sama di sebuah perguruan tinggi negeri di Jawa Timur. 

Pada saat antre di depan loket, kami membentuk barisan teratur yang sudah diskenariokan. Yaitu urutan pertama seorang joki, di belakangnya empat pasien, selanjutnya seorang joki disusul empat pasien, dan seterusnya. 

Strategi pendaftaran dengan pola itu dimaksudkan agar nantinya kami terbagi dalam dua kelompok dalam dua ruang ujian. Skenarionya, dalam satu ruang ujian ada 4 joki dan 7 sampai 8 pasien. 

Waktu itu setelah mendaftar dan mendapat nomor ujian, kami memeriksa komposisi ruangan. Benar bahwa kami terbagi dalam dua ruang ujian, namun meleset sedikit. Ruang ujian pertama hanya ada 3 joki, sedangkan ruang ujian kedua ada 5 joki. 

Setelah mengetahui komposisi ruangan, kami para joki berbagi tugas menyesuaikan skenario yang meleset sedikit tadi. Intinya kami masing-masing fokus pada keahlian mata pelajaran yang paling dikuasai yang diujikan. Ada joki yang pegang mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada yang pegang Bahasa Inggris, aku pegang matematika. Waktu itu UMPTN berlangsung dua hari.

Langkah berikutnya kami masuk masa karantina selama dua hari di vila. Kami belajar keras, belajar mata pelajaran yang menjadi tanggung jawab kami masing-masing. 

Anak-anak mami yang malas dan bodoh, pasien kami itu sangat memanjakan kami. Mereka menyediakan makanan apa saja yang lezat, minuman yang enak, buah-buahan. Mereka berusaha keras membuat kami nyaman. 

Strategi berikutnya ini sangat penting dan menentukan, yaitu mencocokkan jam tangan. Kami semua para joki dan para pasien mengumpulkan semua jam tangan, mencocokkan detik, menit. Pencocokan jam tangan ini berlangsung dua hari. Ketika ada jam tangan yang tak layak, mucikari menggantinya dengan jam tangan baru. Jam tangan ini nantinya berkaitan dengan kode-kode yang sangat menentukan di hari H pelaksanaan ujian. 

Kami mempelajari pola UMPTN, berapa mata pelajaran yang diujikan, mata pelajaran apa saja yang diujikan, berapa jam ujian berlangsung dalam satu hari.

Kami para joki dan pasien membicarakan apa yang akan kami lakukan pada hari H. 

Ujian hari pertama berlangsung satu jam, kami tiga joki dalam satu ruangan harus mengerjakan soal pelajaran pegangan masing-masing pada 15 menit pertama. Ketepatan waktu ini sangat penting. Joki dan pasien harus sama-sama mengerti. Kalau meleset sedetik saja bisa fatal akibatnya. 

Sesuai skenario, pada hari pertama ujian aku selesaikan soal matematika dalam waktu lima belas menit di awal.

Sesuai kesepakatan transfer jawaban dari joki ke pasien dimulai dari pelajaran paling mudah, berturut-turut Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, matematika. 

Katakanlah masing-masing pelajaran ada 10 soal, kami para joki punya waktu 10 menit mentransfer jawaban pada pasien, 1 menit 1 jawaban. 

Kode transfer jawaban adalah dengan batuk kecil atau berdehem pelan. Posisi duduk kami relatif berdekatan, ruangan tidak terlalu luas, suasana sangat hening. Berdehem pelan saja akan didengar oleh semua. 

Strategi transfer jawaban sangat berkaitan dengan ketepatan waktu. Dimulai dengan joki pertama yang sudah mengerjakan soal Bahasa Indonesia selama 15 menit.

Pada menit ke-16 ia harus mentransfer jawaban. Batuk pada detik satu sampai detik 15 artinya jawaban A. Batuk pada detik 16 sampai detik 30 artinya jawaban B. Batuk pada detik 31 sampai detik 45 artinya jawaban C. Batuk pada detik 46 sampai detik 60 artinya jawaban D.

Waktu itu semua soal adalah pilihan ganda, ujian masih menggunakan pensil 2B untuk semua peserta.

Selesai transfer jawaban soal Bahasa Indonesia, dilanjut dengan transfer jawaban soal Bahasa Inggris, dan berikutnya matematika. 

Untuk menghindari kecurigaan para joki usai mentransfer jawaban, minta izin ke toilet. Kan memang diperbolehkan izin ke toilet.

Ujian hari kedua pun berlanjut demikian. 

Dan kami para joki dan pasien sepakat mencatat jawaban untuk dicocokkan usai ujian. Dan ternyata ada pasien yang meleset dalam soal pengamatan detik, sehingga kesalahan jawaban berlanjut ke kesalahan-kesalahan berikutnya. 

Waktu itu lebih banyak yang akhirnya lulus dan mendapatkan perguruan tinggi negeri impian. Yang tidak lulus, karena salah dalam memperhatikan ketepatan waktu tadi. 

Aku tidak tahu berapa para pasien itu membayar pada mucikari. Aku joki tahunya berhubungan dengan mucikari. Dari setiap peserta ujian yang lulus, aku dapat Rp 600 ribu dari mucikari. 

Senang saja rasanya dapat uang waktu itu, tidak memikirkan hal-hal lain. Rp 600 ribu pada tahun itu lumayan besar. Rp 600 ribu kalikan saja dengan berapa pasien yang lulus.

Sisi lain dari masa itu, seorang temanku yang jadi joki kemudian berpacaran dengan seorang pasien yang cantik. Ketika temanku itu lulus kuliah dan pasiennya masih kuliah, mereka menikah. Aku tak tahu lagi bagaiman kabar mereka sekarang, sudah tidak tahu lagi di mana mereka. 

Itu kenakanlanku pada masa itu, tidak layak dicontoh, dan aku juga tidak bangga. 

Satu hal yang aku ingin sampaikan pada penyelenggara ujian masuk perguruan tinggi negeri, acaklah tempat duduk para pendaftar yang pada awalnya mendaftar dan duduk dalam posisi berdekatan. 

Kalau itu diacak, bubar sudah skenario yang dibangun sejak awal. Bisa saja dalam satu ruangan joki semua, dan ruangan lain pasien semua. Berantakan sudah. (af)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.