Ini Rahasia Bayer Leverkusen Bisa Jadi Juara Bundesliga

Perjuangan Bayer Leverkusen untuk meraih gelar Bundesliga pertamanya dimulai dari awal yang buruk pada musim sebelumnya
Kegembiraan Leverkusen di depan para penggemarnya (Foto: dw.com/id - Anke Waelischmiller/Sven Simon/picture alliance)

TAGAR.id - Setelah lima kali finis di urutan kedua, akhirnya Leverkusen mampu menjuarai Bundesliga. Anak asuh Xabi Alonso ini juga mengakhiri rekor 11 gelar juara beruntun Bayern München. Matt Pearson* melaporkannya untuk DW.

Penunjukan Xabi Alonso

Meski tampil menakjubkan dan tak terkalahkan sampai menarik perhatian dunia di musim 2023-24, perjuangan Bayer Leverkusen untuk meraih gelar Bundesliga pertamanya dimulai dari awal yang buruk pada musim sebelumnya.

Saat itu, pelatih Gerardo Seoane, yang hanya berhasil finis di peringkat ketiga pada musim sebelumnya, hengkang di bulan Oktober 2022. Gerardo Seoane waktu itu hanya mampu memperoleh lima poin dari delapan pertandingan awal.

Penunjukan Xabi Alonso saat itu, yang belum pernah melatih tim senior, merupakan suatu risiko, lantaran Leverkusen berada dalam ancaman besar turun kle divisi dua, mengikuti klub besar lain seperti Hamburg, Schalke dan Hertha Berlin.

"Ini seharusnya tidak dilihat sebagai sebuah percobaan untuk Leverkusen. Ini bukan tentang pengalaman, melainkan kualitas,” kata Direktur Olahraga Leverkusen Simon Rolfes soal penunjukan Xabi Alonso saat itu. "Akan selalu ada elemen risiko yang terlibat, tetapi Anda harus selalu berkembang. Saya sangat yakin ini akan berhasil."

Dapat dikatakan bahwa hal tersebut terbukti. Setelah hasil yang cukup beragam pada bulan pertamanya, gaya pelatihan Alonso mulai terlihat. Sebuah sistem yang didasarkan pada penguasaan bola, lebar jarak para pemain sayap dan kendali ruang yang tinggi membuat Leverkusen meraih 46 poin dari 24 pertandingan terakhir mereka. Pencapaian tersebut mengantarkan Leverkusen lolos ke Liga Eropa dan mengukuhkan Xabi Alonso, mantan gelandang Real Madrid, Liverpool, dan Bayern München, sebagai pelatih yang patut diperhitungkan.

Proses rekrut pemain

Penjualan Moussa Diaby ke tim Premier League, Aston Villa, seharga 55 juta Euro (sekitar Rp993 miliar), membuat direktur Simon Rolfes memiliki kesempatan untuk membantu Alonso membangun tim yang sesuai dengan gayanya di musim ini. Penyerang asal Nigeria, Victor Boniface (sekitar Rp695 miliar), gelandang berpengalaman, Jonas Hoffman (Sekitar Rp171 miliar), hingga Granit Xhaka (sekitar Rp257 miliar) telah menjadi pemain andalan dalam perjalanan Leverkusen.

Boniface membantu Leverkusen memulai musim dengan baik, membantu menorehkan enam gol dalam lima pertandingan pertamanya sebelum cedera. Sedangkan Xhaka, berhasil menambahkan kekuatan dan eksistensi di lini tengah yang masih lemah, dan konsisten tampil di setiap pertandingan. Hoffman, yang tampil cemerlang menjadi operator, telah bermain sebanyak 26 pertandingan dan menghubungkan antara lini tengah dan lini serang Leverkusen.

Namun pada awalnya ada sedikit keraguan soal kedatangan Alex Grimaldo dari Benfica. Ternyata Grimaldo, yang juga pernah bermain di Bundesliga, adalah pilihan tepat telah mencetak sembilan gol dan memberikan assist untuk 11 gol. Didikan akademi sepak bola Barcelona ini, bersama dengan pemain Belanda Jeremie Frimpong, telah menawarkan keleluasaa dan daya penetrasi yang sulit ditandingi oleh tim-tim lain di liga.

"Saya pikir itu adalah salah satu kekuatan saya dalam mengetahui di mana saya bisa membuat kerusakan, mengetahui di mana ruang-ruang yang ada," kata Alex Grimaldo bulan Desember lalu. "Dengan kebebasan yang diberikan Xabi kepada saya, dengan blok yang kami miliki, itu berarti saya tahu bagaimana cara menyerang ruang kosong dan memiliki peluang untuk mencetak gol."

Meningkatnya performa para pemain kunci

Namun, semua ini bukan hanya soal para pemain baru. Jeremie Frimpong, pemain internasional Jerman Jonathan Tah dan Robert Andrich, gelandang tengah Argentina Exequiel Palacios dan beberapa pemain lainnya telah menemukan konsistensi permainan yang tidak mereka miliki di masa para pelatih sebelumnya.

Florian Wirtz adalah contoh kasus lainnya. Dia sejak lama dianggap sebagai salah satu harapan terbaik Jerman. Wirtz masih dalam masa pemulihan dari cedera ligamen lutut yang memupuskan harapannya untuk tampil di Piala Dunia 2022, saat Alonso tiba. Meskipun penampilannya di bawah Seoane cukup baik, pemain berusia 20 tahun itu telah meningkat setelah sepenuhnya fit dan tampil tajam di bawah asuhan Alonso. Wirtz mencetak treble saat Leverkusen mengalahkan Werder Bremen dengan kemenangan telak 5-0 untuk mengunci gelar juara Bundesliga pada hari Minggu (14/04).

"Kontrol, permainan antar lini, di ruang-ruang kecil, ini adalah sesuatu yang alami, dan sesuatu yang tidak bisa saya ajarkan kepadanya," kata Xabi Alonso.

Florian Wirtz adalah salah satu contoh pemain Leverkusen yang selalu tampil di setiap pertandingan liga. Delapan gol dan 11 asisst yang ditorehkan merupakan rekor tertinggi dalam kariernya, dan dia menjadi pencetak gol tercepat timnas Jerman di ajang internasional. Dengan keberhasilannya, klub-klub besar mengerubungi Xabi Alonso, tapi pelatih asal Spanyol itu memutuskan untuk tetap bertahan di Leverkusen.

Mengalahkan Bayern München

Salah satu klub yang berambisi menarik Xabi Alonso adalah Bayern München, namun mereka gagal. Ini bukanlah pertama kalinya Alonso menggagalkan ambisi Bayern pada musim ini.

Sebuah tendangan penalti di masa injury time dari Palacios telah menyelamatkan satu poin di München pada September 2023. Namun pada Februari 2024, kemenangan 3-0 di kandang sendiri atas Bayern München mengukuhkan Leverkusen sebagai tim yang akan menjungkalkan Bayern setelah meraih 11 gelar juara secara beruntun.

Pada hari itu, Bayern tampil buruk, dengan hanya melakukan satu tendangan ke arah gawang, dan Leverkusen berhasil membobol gawang mereka dengan mudah. Hal tersebut terasa seperti pergantian pemain dan dipuji sebagai master taktik dari Alonso.

Berulangkali, penentuan di menit-menit akhir

Pada akhirnya, penampilan Leverkusen yang tidak kenal lelah dan Bayern yang tidak seperti biasanya, membuat gelar juara diraih dengan sedikit drama. Hal tersebut jarang terjadi pada Leverkusen di masa lalu, dengan julukan "Neverkusen" (atau "Vizekusen" dalam bahasa Jerman) karena seringnya mereka gagal di final dan hanya bisa mencapai posisi runner up.

Musim ini, hal tersebut telah dibalikkan dengan sejumlah gol di masa injury time. Leverkusen, yang dijuluki "Tim Werkself" karena dimiliki oleh pabrik farmasi Bayer yang antara lain memproduksi pil Aspirin, telah mencetak 24 gol dalam 29 pertandingan Bundesliga setelah menit ke-81. Mereka berulang kali mengubah kekalahan menjadi hasil imbang, dan hasil imbang menjadi kemenangan pada menit-menit terakhir di masa tambahan waktu. Kegigihan inilah yang juga mengantar mereka ke peringkat teratas liga utama Jerman Bundesliga, dan menjadi juara Bundesliga bahkan lima pertandingan sebelum liga berakhir. (mh/hp)/dw.com/id. []

*Matt Pearson Reporter dan editor DW Sports

Berita terkait
Roma Lolos ke Final Liga Europa Singkirkan Bayer Leverkusen
Sampai turun minum kedudukan masih saja kacamata alias 0-0. Dengan demikian aggregate tetap 1-0 untuk Roma