Ini Penyebab Mengapa Bank Sentral China Kalap Borong Emas Sepanjang Tahun

Emas sering dipandang sebagai tempat berlindung yang aman oleh para investor di saat terjadi gejolak dan krisis
Iustrasi - China borong emas (Foto: dw.com/id - Chris Clor/Blend Images/picture alliance)

TAGAR.id - Selama lebih dari setahun, bank sentral China telah membeli emas secara besar-besaran. Langkah ini, bersamaan dengan perang di Ukraina dan Gaza, telah menaikkan harga emas ke level tertinggi. Nik Martin melaporkannya untuk DW.

Harga emas di pasar bursa menembus angka 2.300 dolar AS (setara dengan Rp 36.818.400) per troy ounce (setara 31,1 gram) untuk pertama kalinya awal April 2024 dan sejak itu terus menanjak. Minggu ini sudah menyentuh angka 2.600 dolar AS (setara dengan Rp 41.620.800). Aksi China terus memborong emas, diikuti oleh para spekulan yang berharap harga logam mulia ini akan terus naik.

Emas sering dipandang sebagai tempat berlindung yang aman oleh para investor di saat terjadi gejolak dan krisis. Pandemi Covid-19 dan perang di Ukraina sebelumnya sudah mengakibatkan inflasi global, ditambah lagi dengan perang di Gaza.

Langkah bank sentral China, People's Bank of China (PBC), sekarang juga diikuti oleh sebagian besar bank sentral negara-negara berkembang, yang ingin meningkatkan kepemilikan cadangan emas mereka. Menurut World Gold Council, selama 16 bulan terakhir PBC terus membeli emas dan menambah cadangan emasnya. Pada tahun 2023, PBC yang paling banyak membeli emas dibandingkan semua bank sentral lainnya.

World Gold Council menyebutkan, China tahun lalu membeli emas sebanyak 225 metrik ton, kira-kira seperempat dari seluruhnya 1.037 ton yang dibeli oleh seluruh bank sentral dunia.

Pada bulan Januari dan Februari tahun ini saja, PBC meningkatkan cadangan emasnya sebesar 22 ton, tulis Krishan Gopaul, analis senior World Gold Council di platform X.

pembangunan gedung di beijingSeorang pria berkendara melewati gedung-gedung yang sedang dibangun di Beijing, 5 Juni 2023. Dana Moneter Internasional mengatakan perlambatan ekonomi China kemungkinan akan terus berlanjut selama empat tahun ke depan. (Foto: voaindoneia.com/Andy Wong/AP Photo)

Mengapa China membeli begitu banyak emas?

China sangat bergantung pada dolar AS untuk berdagang dengan negara-negara lain di dunia. Sebagai mata uang cadangan dunia, sebagian besar komoditas memang dihargai dalam dolar. Lebih dari separuh perdagangan dunia dilakukan dalam mata uang dolar.

Selama 30 tahun terakhir, China telah membangun cadangan devisa dalam jumlah besar, sebagian besar dalam bentuk dolar AS. Namun sekarang Beijing khawatir negaranya menjadi terlalu bergantung pada dolar AS dan ingin mendiversifikasi cadangannya.

Tujuan diversifikasi ini sejalan dengan tujuan negara-negara lain dalam kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), yang juga mempertimbangkan penggunaan mata uang alternatif dalam perekonomiannya dan dalam komposisi cadangan devisa bank sentralnya.

Negara-negara BRICS, terutama China, khawatir mengenai cara Washington menggunakan dolar untuk mempertahankan posisi ekonomi dan geopolitik globalnya. Posisi dolar semgai mata uang dunia memungkinkan AS meminjam uang dengan biaya yang jauh lebih rendah di pasar internasional. Washington juga dapat menggunakan mata uang tersebut sebagai alat penekan, misalnya hal itu dilakukan AS ketika menjatuhkan sanksi terhadap Rusia, Iran, dan Korea Utara.

wisatawan saat Imlek di ChinaDalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua ini, wisatawan menikmati wahana bambu terapung di danau saat perayaan Tahun Baru Imlek di Kabupaten Xuan\'en di Provinsi Hubei, China tengah, 11 Februari 2024. (Foto: voaindonesia.com/Song Wen/Xinhua via AP)

Keluar dari ketergantungan terhadap dolar AS

Menyusul invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, Amerika Serikat dan Uni Eropa menjatuhkan beberapa sanksi terhadap Moskow, termasuk membekukan cadangan devisa bank sentral Rusia. Di bawah tekanan AS, sebagian besar bank Rusia juga dikeluarkan dari sistem pembayaran SWIFT, yang memfasilitasi transfer uang internasional.

"Saya pikir sanksi tersebut telah membuat banyak bank sentral berpikir hati-hati tentang jumlah cadangan devisa mereka,” kata John Reade, kepala analis pasar di World Gold Council.

Para pemimpin China khawatir bahwa negaranya akan menghadapi sanksi serupa dari AS, jika negara tersebut memutuskan untuk mengerahkan kekuatan militernya ke Taiwan. Tetapi presiden China Xi Jinping sudah berulangkali menegaskan, bahwa Taiwan adalah bagian dari China dan jika perlu negaranya bisa merebut kembali pulau Taiwan dengan cara kekerasan.

Para analis World Gold Council memperkirakan, pembelian emas oleh PBC akan terus berlanjut selama beberapa tahun ke depan, karena diversifikasi yang ditargetkan China masih jauh dari tuntas. Setelah hampir 18 bulan terus menerus membeli emas di pasar dunia, cadangan emas PBC baru sekitar 4% dari total cadangan devisanya. Angka itu masih jauh di bawah jumlah cadangan emas bank sentral negara-negara industri maju. (hp/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Krisis Sektor Shadow Banking China Mengarah pada Kegagalan
Zhongrong adalah pemain besar dalam industri jasa trust di China, yang nilainya mencapai 2,9 triliun dolar AS