Ini Kunci Sukses Menghadapi Bonus Demografi

Bonus demografi karena 70 persen penduduk berada di usia produktif. Untuk bisa menikmati bonus demografi, ini kuncinya.
Kepala BKKBN Perwakilan Jawa Barat, Sukaryo Teguh Santoso (tengah). (Foto: Dok Pribadi/Fitri Rachmawati)

Bandung, (Tagar 7/1/2019) - Penanganan secara serius masalah-masalah kependudukan merupakan kunci sukses Jawa Barat dalam menghadapi bonus demografi yang berjalan lebih cepat dibandingkan skala nasional. 

Hal itu disampaikan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Barat, Sukaryo Teguh Santoso kepada Tagar News, Minggu (6/1).

"Kependudukan merupakan program strategis kami. Dan ini merupakan kunci dalam membangun Jawa Barat," ujar Teguh.

Seperti diketahui, sebentar lagi Indonesia memasuki tahun-tahun penting datangnya puncak bonus demografi, yakni antara tahun 2020 hingga 2030. 

Disebut sebagai "bonus" karena 70 persen penduduk berada di usia produktif. 

Bonus demografi merupakan suatu fenomena, dimana struktur penduduk sangat menguntungkan dari sisi pembangunan. Sebab jumlah penduduk usia produktif sangat besar, sementara proporsi usia muda semakin kecil dan proporsi usia lanjut belum banyak.

Penduduk yang produktif itu berusia 15 tahun hingga 64 tahun. Sementara penduduk tak produktif berusia di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas. 

Bonus demografi hanya terjadi sekali dalam sejarah suatu bangsa. Nantinya di Indonesia, begitu melewati tahun 2030, mereka yang usia produktif bakal masuk ke usia non produktif. Sehingga tidak akan terjadi lagi bonus demografi.

Bonus demografi berpotensi menaikkan produk domestik bruto (PDB). Memiliki jumlah penduduk usia produktif lebih banyak, lalu mereka mempunyai kesempatan kerja dan produktif, tentu bisa memicu pertumbuhan ekonomi.

Teguh menjelaskan di antara masalah-masalah kependudukan, yang paling mendesak untuk diatasi saat ini adalah stunting, kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.

"Yang paling mendesak saat ini stunting di Jabar. Penduduk usia balita di Jabar 32 persen terkena stunting," ujar Teguh.

Ia menambahkan, permasalahan lain yang juga perlu penanganan serius dan segera yaitu fenomena menikah muda, penyebaran HIV dan AIDS yang terus meningkat di Jawa Barat, banyaknya penduduk usia remaja terpapar narkoba, juga persoalan penduduk kelompok lanjut usia.

"Jangan sampai penduduk kelompok lansia ini justru sakit-sakitan, karena ini akan mempengaruhi angka ketergantungan dan pertumbuhan ekonomi domestik itu sendiri," terangnya.

Kampung KB 

Dalam kesempatan ini Teguh mengharapkan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat mendukung keberlanjutan Kampung KB yang merupakan miniatur program kependudukan.

"Kampung KB ini merupakan program pembangun dimulai dari satuan kelompok terkecil yaitu keluarga. Program ini bersinergi dengan sektor atau bidang-bidang lain dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia," terang Teguh.

Kampung KB bergerak terutama di tengah masyarakat yang tinggal di wilayah padat penduduk, pinggiran, miskin, pesisir atau pedesaaan hingga pelosok. Masyarakat yang memang perlu perhatian lebih dalam pembangunan.

Teguh mengatakan saat ini Kampung KB berjumlah 1.326 tersebar di berbagai kabupaten. Ia berharap dukungan pemerintah setempat untuk meningkatkan jumlah tersebut sesuai target.

Sejauh ini pendanaan 625 Kampung KB bersumber dari APBN, selebihnya pendanaan berasal dari APBD kabupaten dan kota. []

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.