Ini Dampak dan Efek Mencolok Pengguna Narkoba Jenis Sabu

Diutarakan Direktur Utama Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.
Ilustrasi pemakai narkoba. (Foto: Pixabay)

Jakarta, (Tagar 5/3/2019) - Setelah menjerat artis Sandy Tumewu, kini politisi Andi Arief juga mesti berurusan dengan hukum karena diduga menggunakan narkoba golongan I jenis sabu. Wasekjen Partai Demokrat digrebek oleh tim NIC Dittipidnarkoba Bareskrim Polri di Hotel Menara Peninsula, Jakarta pada Minggu, (3/3).

Kasus publik figur yang terjerat narkoba sudah sering kali terjadi dan terus menerus berulang. Menurut Direktur Utama RSJ Dr. Soeharto Heerdjan dr. Laurentius Panggabean, sensasi mencolok yang akan dirasa para pengguna sabu ialah untuk menstimulasi pemakainya agar semangat, kinerja dan daya tahan (stamina) menjadi lebih baik.

"Orang kan selalu menggunakan yang psikostimulant. Psikostimulant itu bisa menstimulasi orang sehingga kinerjanya, semangatnya atau daya tahannya lebih baik. Itu harus diakui bahwa stimulant itu membuat demikian," jelasnya.

"Jadi kalangan tertentu memang membutuhkan, supaya penampilannya selalu siap dan semangat. Jadi, publik figur menggunakan sabu untuk mendapatkan efek itu. Itu didapat dari psikostimulan," ujar dokter yang pernah menangani artis Raffi Ahmad di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) Jakarta.

Baca juga: Budiman Sudjatmiko ke Andi Arief: Apa Sih Nikmatnya Narkoba, Ndi?

Lebih lanjut ia menerangkan, ‘butiran kristal’ ini akan membuat penggunanya nagih. Sebab, bila reaksinya turun maka penggunanya selalu membutuhkan zat amfetamin agar performanya dapat kembali apik. Selain itu, sugestinya bagi pemakai pun cukup kuat, meskipun tidak sekuat narkoba jenis morfin.

"Nagih karena dia ingin performance nya baik, sugesti memberikan dia keinginan untuk menggunakan, juga fisik pun ketagihan juga, meskipun tidak sekuat morfin," kata Laurentius saat dihubungi Tagar News, Senin (4/3).

"Jika dia punya (sabu) dan dirasa tidak nyaman (zat turun) maka dia akan pakai (sabu). Kalau tidak ada  bahan (sabu), diistilahkannya dengan pasang badan karena proses keluar dari tubuh, atau detoksifikasi normal beberapa hari, dia (korban) akan reda dari sakit ketika putus zat. Tapi memang sugesti atau keinginan ketika ia (korban) ingin memakai itu kuat, jadi kemungkinan berat tergantung fisik," sambungnya.

Laurentius menuturkan, pengguna sabu yang sudah ketagihan tidak serta merta dapat dicirikan dari fisik badan saja. Namun, pengguna putus zat justru dapat dicirikan dari ketidakriangan, mudah marah, tidak bersemangat dan cenderung sensitif.

"Itu belum bisa dibedakan sebagai pengguna. Semisal selama ini dia konsumsi rutin atau konsumsi sesuai dengan kebutuhan, dia itu tidak akan kelihatan, tetapi kalau dia tidak diberikan mungkin akan kelihatan seperti tidak riang, mudah marah, tidak semangat, bisa sensitif," tandasnya.

"Kalau untuk fisik tentu ada negatifnya. Dampak yang paling sering adalah paranoid, seperti gangguan jiwa, ia (korban) mendengar suara bisikan itu halusinasinya sudah kuat, curigaannya jadi besar. Dia merasa ada orang yang mengintai yang ingin menjahatinya atau bisa juga curiga pada istri, teman, semisal curiga untuk mencelakakan. Nah itu ada paranoid, Itu gejala yang paling jelek," ujarnya menambahkan.

Narkoba kristal ini, kata Laurentius, tak hanya digunakan oleh masyarakat biasa, namun umum terjadi disalahgunakan oleh kalangan eksekutif seperti artis hingga politikus akrab dengan sabu. Yang pasti, dia menambahkan, seorang pecandu sabu cenderung tidak merawat diri, kurang gizi karena nafsu makannya berkurang, karena itu lah efek kuat dari amfetamin. Sehingga dapat merusak organ tubuh seperti kulit.

"Sabu biasanya orangnya masih bekerja, misalnya eksekutif dikalangan artis, politikus yang punya uang. Jadi pakai sabu makin lama makin miskin, lalu dia tidak merawat diri ya kurang gizi, nafsu makannya berkurang juga karena ampfetamin itu mengurangi orang untuk makan. Sehingga bisa menimbulkan kerusakan-kerusakan organ, sampai kulit, karena tidak terurus tadi," urai Laurentius.

"Tapi banyak saja (pengguna) yang biasa saja, karena seperti doping membuat makin semangat, makin produktif. Tetapi dampak negatif itu lebih jelek, dari dampak positif," pungkasnya.

Baca juga: Dugaan PSI Soal Andi Arief Lagi Nyabu Ketika Sebar Hoaks 7 Kontainer

Berita terkait
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.