Pematangsiantar - Maruap Siahaan, 52 tahun, pernah mengalami kejadian di mana hewan misterius mengisap darah ternak di kampungnya, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara. Peristiwa serupa kembali terjadi dan viral di media sosial.
Maruap merupakan pria kelahiran Siborong-borong, kini berdomisili di Jakarta. Ketua Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) ini mengisahkan, pengalamannya saat itu dia masih remaja, kelas 1 SMA.
Maruap kebetulan suka memelihara binatang di sekitar rumah mereka. Seperti anjing, ayam, entok, babi, dan juga kelinci. Selain anjing, semua ternaknya dibuat kandang. Untuk kandang kelinci, ukuran tinggi dibuat satu meter dan bahan kandang dari bambu sehingga ada celah atau lubang kandang.
Semua kandang-kandang ternak itu menempel di belakang atau di bagian dapur yang ketika itu rumah masih marbara atau sejenis rumah panggung. Rumah terbuat dari papan dan ada lubang angin yang kemudian bisa mengintip lewat lubang tersebut.
"Saya senang memelihara berbagai binatang peliharaan seperti babi, anjing, ayam, bebek, entok, kelinci. Bahkan pada usia SMA kelas 1 saya sudah mengebiri anjing, babi sendiri dan tetangga, juga menyuntik ayam sendiri. Saya menjaga dan merawat ternak saya dengan amat baik. Setiap hari saya memeriksa dan menghitung jumlah mereka, berapa yang ke luar kandang di pagi hari dan berapa yang masuk kandang setiap sore menjelang malam. Saya memotong rumput buat kelinci saya setiap hari. Saya mengenal ternak saya dengan baik," katanya kepada Tagar lewat sambungan telepon seluler, Jumat, 26 Juni 2020.
Lalu di satu pagi, Maruap lupa persis tanggal dan bulannya, menemukan kelincinya mati di kandang. Dia melihat luka kecil tapi anehnya kandangnya tidak rusak. Kejadian berulang hingga dua hari. "Seperti ada yang mengisap darah dari lehernya," kisah Maruap.
Rasa penasaran kemudian mendorongnya untuk tidak tidur alias berjaga. Dia bermaksud akan mengintip lewat celah angin dinding dapur rumah mereka. Dan malam itu, anjingnya yang memang dilepas, tiba-tiba menggonggong. Kejadiannya dini hari, sekitar pukul 02.00 WIB-03.00 WIB. Suasana di luar gelap tanpa penerangan.
Maruap terkesiap, dia dengan jantung berdebar dibarengi rasa takut, berusaha untuk mengintip lewat lubang dinding, manakala gonggongan anjingnya berubah seperti anjing yang ketakutan.
"Pada malam ke tiga saya berjaga di dapur karena kandangnya menempel dengan dinding dapur. Lalu saya mendengar suara anjing saya waktu itu ada tiga ekor yang besar besar pada ribut menggonggong, lalu diam ketakutan," tuturnya.
"Saya mendengar suara berisik seperti binantang lewat lalu mengintip dari lubang dinding dapur bercampur rasa takut. Karena tidak ada lampu di belakang, jadi terlihat samar binatang melompat ke atas kandang dan bergerak sangat cepat. Jadi wujudnya tidak jelas saya tangkap, seperti anjing besar, hitam," tuturnya, menambahkan.
Pagi harinya, Maruap ke kandang dan dia temukan tiga ekor kelincinya mati. Kondisinya sama seperti kematian hewan pertama dan kedua. Leher kelinci luka dan berdarah. Dan, kandangnya sama sekali tidak rusak.
"Besoknya saya temui lagi kelinci saya mati nahas seperti hari sebelumnya. Kadang muncul setelah tiga hari. Seingat saya ada tiga kali kelinci saya mati di kandangnya oleh binatang misterius ini," katanya.
Saya juga ngak yakin pemburu bisa menangkap itu
Maruap tidak pernah cerita soal hal aneh yang dia saksikan itu, karena tidak ada berita serupa yang dia dengar terjadi di lingkungan mereka.
Namun, cerita itu seperti terbuka kembali 36 tahun kemudian, yakni adanya berita di media soal hewan misterius di Siborong-borong memangsa ternak warga tanpa memakan tubuh dan hanya mengisap darah.
"Saya jadi mengingat kejadian di sekitar tahun 1984 itu. Saya masih kelas 1 SMAN di Siborongborong," tuturnya.
Maruap berkeyakinan, ada species binatang tersebut di Tapanuli Utara. "Saya menjadi lebih yakin ada species itu di sana dan ini perlu dicari jejaknya. Waktu itu anjing saya yang besar pun pada takut dan sempat 'marngiang' saya tidak tahu diapain. Paginya saya periksa anjing saya tidak ada yang terluka. Ini sedikit misteri," katanya.
Namun, dia juga pesimis pemburu bisa menemukan hewan misterius itu. Meski tak mau dikaitkan dengan hal mistis, namun keberadaan hewan pengisap darah itu sepertinya bisa berkembang biak, dibuktikan pengalamannya 36 tahun silam, terjadi kembali saat ini.
"Ngak mungkin kan sepanjang itu usia hewan itu kalau cuma satu. Berarti speciesnya ada bisa berketurunan. Saya juga ngak yakin pemburu bisa menangkap itu," katanya.
Sementara itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara terus menelusuri hewan misterius pengisap darah ternak warga di Pargompulon, Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong.
Namun, sampai saat ini belum diketahui hewan jenis yang membunuh ternak masyarakat tersebut.
Menurut Kepala Seksi BBKSDA Sumut Wilayah IV Tarutung Manigor Lumbantoruan, pihaknya mengalami kendala teknis dalam mengidentifikasi hewan misterius tersebut. Pasalnya, sejumlah jejak yang ditinggalkannya sudah mulai kabur.
Warga Pargompulon, Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, terus dihantui rasa waswas akan sosok pengisap darah ternak itu. Polisi pun menurunkan petugas untuk melakukan penjagaan dan menimalisir rasa kecemasan masyarakat.
"Informasinya penyerangan ternak terjadi malam hari. Setidaknya jarak waktu tersebut akan menjadi fokus tim. Polisi akan melakukan penyelidikan terkait peristiwa matinya ratusan ternak oleh sosok makhluk pengisap darah di Siborongborong, " kata Kepala Sub Humas Polres Taput, Aiptu Walpon Baringbing.
Warga juga melakukan pengejaran dan identifikasi jejak hewan misterius yang membunuh ratusan ternak unggas dan babi tersebut.
Mangatur Hutasoit, 49 tahun, seorang relawan yang ahli dalam berburu binatang liar menyebut dalam ronda mereka Selasa, 23 Juni 2020 malam, binatang misterius itu ternyata kembali mendatangi perangkap yang sudah dipasang umpan.
"Buruannya belum masuk perangkap dan masih tahap keliling saja. Bukan rencana berburu, karena berburu di lokasi kami hentikan sementara," tulis Mangatur pada Rabu, 24 Juni 2020 pagi.
Mangatur mengatakan, pagi dini hari saat hewan misterius mendatangi perangkap langsung menghindar karena mencium aroma jejak kaki di sekitaran perangkap.
"Di sekitar perangkap kami temukan jejak hanya berkeling saja. Tapi binatang itu kemungkinan mencium bau aroma bekas kaki sehingga menghindar dari perangkap," katanya.[]