Inflasi Benamkan 68 Juta Penduduk Asia ke Jurang Kemiskinan

Kaum perempuan di negara berkembang Asia termasuk yang paling terdampak oleh krisis kesehatan dan lonjakan biaya hidup
Antrean pembagian roti gratis di Kabul, Afghanistan (Foto: dw.com/id - Ali Khara/REUTERS)

TAGAR.id - Kaum perempuan di negara berkembang Asia termasuk yang paling terdampak oleh krisis kesehatan dan lonjakan biaya hidup. Tanpa intervensi yang memadai, kemunduran pascapandemi akan melukai perkembangan jangka panjang. Mahima Kapoor melaporkannya untuk DW.

Pandemi Covid-19 yang disusul lonjakan inflasi tahun lalu mendorong hampir 68 juta penduduk Asia ke jurang kemiskinan, menurut laporan Bank Pembangunan Asia (ADB).

Diperkirakan, sekitar 152,2 juta penduduk Asia hidup di bawah kemiskinan ekstrem. Jumlah tersebut meningkat 67,8 juta dibandingkan masa sebelum pandemi dan inflasi tinggi, tulis ADB.

Kemiskinan ekstrem menandai kelompok berpenghasilan sebesar 2,15 dolar AS (setara Rp 32 ribu) per hari, atau berkisar di bawah Rp 1 juta per bulan. Angka tersebut belum disesuaikan dengan kenaikan inflasi akibat perang di Ukraina yang melumpuhkan rantai suplai makanan global.

Kendati secara umum pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik berjalan lancar, "krisis ganda ini mengancam upaya pengentasan kemiskinan,” kata ekonom ADB, Albert Park.

"Dengan memperkuat jejaring pengaman sosial bagi warga miskin dan membibit investasi dan inovasi yang menciptakan peluang pertumbuhan dan lapangan kerja, negara-negara di kawasan bisa kembali bangkit.”

Pada 2021, ADB memperkirakan jumlah manusia yang jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem bertambah 80 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya.

kelaprran di pakistanIlustrasi. Kemiskinan dan kelaparan merajalela di Kabul, Afganistan. (Foto: dw.com/id/DW)

Korban dari kaum miskin dan perempuan

Kaum miskin menjadi kelompok yang paling terdampak oleh kenaikan harga bahan pangan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lain. Tingginya biaya hidup diyakini ikut menyusutkan tabungan jaminan kesehatan, pendidikan, atau jaminan jangka panjang lain.

Perempuan juga tergolong korban terbesar karena berpenghasilan lebih rendah ketimbang laki-laki dan rentan bekerja tanpa upah.

Menurut ADB, kaum miskin biasanya harus membayar lebih mahal untuk membeli kebutuhan pokok atau mengakses jasa.

"Rumah tangga berpenghasilan rendah biasanya harus membeli produk dalam kemasan kecil, yang pastinya lebih mahal ketimbang membeli kemasan besar. Mereka juga cendrung berada di pemukiman informal dengan tingginya risiko kesehatan yang berdampak pada ongkos pengobatan.”

Pada 2030, diperkirakan 1,26 miliar penduduk di Asia akan rentan secara ekonomi. Kerentanan ditafsirkan melalui pendapatan antara 3,65 dolar AS hingga 6,85 dolar AS atau sekitar Rp 100 ribu per hari, setara Rp 3,1 juta per bulan.

Laporan tersebut mengimbau pemerintahan di Asia mencegah krisis bereskalasi dengan memperkuat jejaring pengaman sosial. Bantuan juga diperlukan untuk sektor pertanian, antara lain dengan mempermudah akses kredit keuangan, pembangunan infrastruktur, dan inovasi teknologi. (rzn/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Kesenjangan Negara Kaya dan Miskin Perketat Cengkeraman Kemiskinan
Meningkatnya kesenjangan antara negara kaya dan miskin berisiko memperdalam kemiskinan di negara-negara berkembang