Indonesia Contoh Restorasi Lahan Gambut Dunia

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Indonesia merupakan negara contoh bagi dunia dalam upaya merestorasi gambut.
Sejumlah peneliti dari Pusat Penelitian Kehutanan Internasional atau CIFOR meneliti kondisi lahan gambut di Desa Tanjung Leban Kabupaten Bengkalis, Riau, Senin (16/5). CIFOR meneliti plot permanen di tiga tutupan lahan yang berbeda untuk pemantauan jangka panjang pada dinamika sirkulasi karbon lahan gambut yang direstorasi melalui penanaman dan pembasahan kembali, pada kawasan gambut yang sebelumnya terbakar. Parameter yang diamati meliputi cadangan karbon, kedalaman gambut, fluktuasi muka air, produk primer neto, dan perubahan elevasi permukaan. (Foto: Ant/FB Anggoro/foc)

Jakarta, (Tagar 17/5/2017) - Melihat pentingnya perlindungan dan pemulihan gambut tropis untuk kepentingan global, United Nations Environment Programme (UNEP) menginisiasi pembentukan Global Peatland Initiatives (GPI) dengan beranggotakan negara-negara pemilik hutan dan lahan gambut, seperti Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, Peru dan Indonesia. Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Indonesia merupakan negara contoh bagi dunia dalam upaya merestorasi gambut.

“Global Peatlands Initiative diluncurkan pada Konferensi Perubahan Iklim di Maroko (UNFCCC COP22) tahun lalu. GPl menjadi landasan yang memungkinkan Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam upaya restorasi gambut serta lansekap dataran rendah di mana kubah-lubah gambut berada," kata Senior Pelaksana Program Hutan dan Perubahan Iklim UN Environment, Tim Christophersen, di Jakarta, Senin (15/5).

Tim mengatakan Indonesia merupakan negara pertama yang menjalankan restorasi gambut secara masif dan berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca hingga mencapai satu giga ton. Oleh karenanya, Indonesia dianggap yang paling memenuhi Perjanjian Paris COP21 dalam menurunkan emisi gas dibandingkan negara-negara lain.

Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) Nazir Foead menilai GPI dapat membuka peluang besar bagi BRG untuk berbagi pengalaman dan belajar dari negara lain tentang perlindungan dan pemulihan ekosistem gambut secara tepat, efektif dan efisien. “Negara tropis gambut ini kan banyak, dari GPI ini kita kerja sama, saling belajar karena terkait kebijakan mengelola gambut ini, kita yang paling progresif. Negara-negara itu melihat bahwa Indonesia bagaimana menjalankan kebijakan konserbasi, titik penataan, semua itu dipayungi oleh UNEP,” kata Nazir.

Persoalan gambut dunia berawal dari keterbatasan dan belum meluasnya pengetahuan tentang pentingnya ekosistem gambut bagi perlindungan iklim dunia. Akibatnya, gambut yang merupakan ekosistem rentan dan kaya keanekaragaman hayati cenderung dikonversi dan dialihgunakan menjadi areal konsesi budidaya yang disertai dengan pengeringan gambut secara masif. (Rif/Ant)

Berita terkait
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.