India Batasi Impor CPO, Malaysia Takut Indonesia

Pemerintah India mengeluarkan kebijakan pembatasan impor minyak sawit olahan.
Minyak sawit mentah (Foto: Ant)

Jakarta - Kebijakan pemerintah India terkait pembatasan impor minyak sawit olahan akan berdampak signfikan terhadap dua produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil - CPO terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia. Asosiasi Penyulingan Kelapa Sawit Malaysia (PORAM) menyebutkan, keputusan India yang merupakan importir terhadap CPO akan memicu perang harga antara Indonesia dan Malaysia.

Jamil Haron ketua PORAM mengatakan dengan adanya kebijakan India itu maka Malaysia harus bersaing dengan Indonesia dalam penjualan CPO ke India. Sementara Indonesia secara tradisional lebih kompetitif dari segi biaya dibandingkan Malaysia. "Akan ada perang harga antara Indonesia dengan Malaysia dan kami akan kalah," katanya kepada Reuters, Kamis, 9 Januari 2020, yang dikutip New Straits Times.

Tahun lalu Malaysia menyalip Indonesia

Selama ini pemerintah India belum mengungkapkan detail kebijakan pembatasan impor CPO. Menurut Haron, kebijakan pembatasan impor minyak sawit olahan bisa saja dalam bentuk kouta dan peraturan lain.

Tahun lalu, Malaysia menyalip Indonesia sebagai pemasok CPO terbesar ke India. Minyak sawit menjadi komoditas ekspor terbesar di Malaysia, menyumbang 2,8 persen terhadap produk domestik bruto dan 4,5 persen dari total ekspor. Sementara Indonesia menjadi penyumbang 85 persen produksi CPO dunia.

Seorang pengusaha CPO di Kuala Lumpur yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan ekspor CPO Malaysia diperkirakan akan turun setelah adanya kebijakan pembatasan impor dari India. "Akhir Januari, data penurunan penjualan itu akan mulai terlihat," ucapnya.

Malaysia mengekspor sekitar 3,9 juta ton CPO ke India pada 2019. Dari jumlah itu, sekitar 2,04 juta ton dalam bentuk palmolein yang dipakai untuk memasak, menurut data Refinitiv. Anggota PORAM termasuk pemain terkemuka seperti Sime Darby Plantation, Cargil Palm Products, FGV Refineries, IOI Edible Oils dan Wilmar Edible Oils.

Ancaman boikot dari importir India

Kepala Eksekutif Asosiasi Minyak Kelapa Sawit Malaysia, Datuk Nageeb Wahab mengatakan, pembatasan ekspor minyak sawit olahan akan menguntungkan kilang penyulingan India.

Sebelumnya Industri sawit Malaysia menghadapi tekanan baru menyusul rencana importir India untuk menghentikan impor dari negara itu. Pemerintah India mengancam Malaysia tak akan impor sawit dari negara itu karena ikut campur tangan soal Khasmir. Rencana boikot ini bisa memukul industri sawit Malaysia.

Sebelumnya Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyinggung bahwa India menginvasi dan menduduki Khasmir. Ini membuat India tersinggung dan mengancam akan menghentikan impor, yang dapat memukul industri sawit di Malaysia.

Rakyat India marah, dan media sosial trending dengan adanya tagar #BoycottMalaysia. Sementara desas desus yang beredar di New Delhi dapat menaikkan tarif minyak sawit Malaysia. Awal pekan ini, Badan Perdagangan Minyak Nabati utama India meminta 875 anggotanya untuk tidak membeli dari Malaysia. "Demi kepentingan Anda sendiri dan sebagai bentuk solidaritas, kami harus menghindari pembelian sawit dari Malaysia," kata Atul Chaturvedi, Presiden Asosiasi Ekstrak Sawit India (SEAI). []

Baca Juga: 

Berita terkait
Diskriminasi Kelapa Sawit, Indonesia Resmi Gugat UE
Pemerintah Indonesia resmi mengajukan gugatan terhadap Uni Eropa di WTO atas diskriminasi minyak kelapa sawit Indonesia.
Sah, Sawit Indonesia Dilarang di Eropa
Sawit Indonesia telah dilarang dari Uni Eropa.
Boikot UE Ancam Petani Sawit Jadi Pengangguran
Peneliti dari INDEF Bhima Yudhistira memastikan rencana Uni Eropa (UE) boikot minyak kelapa sawit (CPO) berdampak negatif.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.