TAGAR.id, Washington DC, AS - Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva, pada Senin (12/2/2024) mengatakan bahwa peekonomian Rusia memasuki masa sulit selama perang dengan Ukraina akibat berkurangnya SDM dan akses teknologi, meskipun tingginya anggaran militer mendorong pertumbuhan ekonomi negara itu.
Data tahunan yang dirilis pekan lalu menunjukkan perekonomian Rusia bangkit dari keterpurukannya sejak tahun 2022, namun pertumbuhannya sangat bergantung pada produksi senjata dan amunisi yang didanai pemerintah. Pertumbuhan ini juga membayangi masalah-masalah lain yang menghambat peningkatan standar hidup rakyat Rusia.
Berbicara kepada Kantor Berita CNBC, Georgieva mengatakan IMF memperkirakan jumlah produk domestik bruto (PDB) Rusia pada tahun ini mencapai 2,6%. Angka itu mengindikasikan bahwa Rusia, yang membangun modal cukup besar selama bertahun-tahun dengan memberlakukan disiplin fiskal (kehati-hatian dalam mengelola keuangan), berinvestasi dalam ekonomi perang.
“Jadi, meskipun angka 2,6% ini tampak bagus, ada implikasi yang lebih besar di baliknya, dan ini bukan kabar baik,” ungkap Gergieva.
Saat ini tingkat produksi militer di Rusia meningkat, sedangkan konsumsinya menurun, tambahnya. “Ini hampir sama dengan apa yang terjadi di Uni Soviet—tingkat produksi tinggi, sedangkan tingkat konsumsinya rendah.”
Ekonomi Rusia tumbuh 3,6% pada 2023, setelah adanya revisi penyusutan sebesar 1,2% pada 2022.
Para ekonom di Rusia telah menyoroti buruknya kualitas pertumbuhan ekonomi negara itu dan menekankan bahwa meskipun rudal dan peluru kendali dapat meningkatkan kontribusi terhadap PDB, manfaatnya tidak signifikan bagi penduduk. (br/jm)/voaindonesia.com. []