Imbas Gempa Lombok, Muhadjir: Harus Ada Kegiatan Belajar di Luar Kelas

Imbas gempa Lombok, Muhadjir: harus ada kegiatan belajar di luar kelas. “Tidak boleh tertinggal terus," ujarnya.
Mendikbud Muhadjir Effendy saat berkunjung ke kamp pengungsi di SDN 2 Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat, Minggu (9/9/2018). (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Lombok, (Tagar 9/9/2018) – Bencana gempa bumi yang membuat Desa Kekait, Kecamatan Gunungsari, Kabupaten Lombok Barat luluh lantak, berimbas kepada sektor pendidikan.

Di SDN 2 Kekait, hampir seluruh ruang kelasnya terlihat rata dengan tanah. Kalaupun ada tiga bangunan bersisa, kondisi strukturnya telah rusak, membuatnya tidak aman untuk dijadikan tempat belajar lagi. Kondisi ini membuat proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) praktis terhambat.

Salah seorang guru, Siti Nasroh memastikan akibat dari terganggunya KBM, 111 siswa di SDN itu mengalami keterlambatan dalam menerima materi belajar.

"September ini mestinya kami sudah mid semester," tutur guru tidak tetap yang telah mengabdi selama 14 tahun itu.

Siti Nasroh menambahkan, kebijakan kepala sekolahnya saat ini adalah hanya memberikan materi inti dan pokok untuk diajarkan ke para siswa.

Saat mengunjungi sekolah ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Efendy memastikan agar KBM tetap berjalan semaksimal mungkin.

"Tidak boleh lagi ada keterlambatan. Kita akan percepat. Kita akan afirmasi bantuan-bantuan khusus agar mereka bisa mengejar ketertinggalannya. Tidak boleh tertinggal terus. Harus ada kegiatan belajar di luar kelas," ujar Muhadjir.

Di SDN yang dahulunya juga berperan sebagai SDN-SMP Satu Atap (SATAP), kegiatan belajar terhenti lebih dari dua minggu akibat gempa tanggal 5 Agustus lalu.

"Sekarang kita masih belajar di kelas darurat dengan bergiliran di bawah terpal," tutur Nasroh.

Saat ini, sebuah Lembaga Swadaya Non Pemerintah sedang membangunkan mereka sebuah sekolah darurat.

Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) membantu mereka dengan menyediakan empat ruang kelas berdinding asbes dan dengan rangka baja untuk menampung enam rombongan belajar.

Walau kurang, setidaknya bagi para siswa, menurut Nasroh, cukup aman dan lebih nyaman buat belajar walau lebih sempit dari kelas yang semula.

Menurut Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid di tempat yang sama, kehadiran NGO dan donatur lain yang menyediakan sekolah darurat sangat membantu pihaknya.

"Saat ini kita masih butuh banyak. Kalau sesuai dengan standar, baru ada lima. Kita butuh 50," ujar Fauzan.

Standar untuk sekolah darurat menurut Kemendikbud, seperti dikutip Fauzan, adalah di mana anak-anak masih bisa bermain di ruang kelasnya. Tingginya pun harus disesuaikan sehingga guru bisa berdiri.

Fauzan menambahkan bahwa untuk sekolah darurat tersebut, pihak Kemendikbud sudah menjanjikan tenda. Pihaknya sampai saat ini masih menunggu karena adanya kesulitan transportasi.

Kehadiran Mendikbud,  Muhadjir Efendy di SDN 2 Kekait Gunung Sari Lombok Barat, Minggu (9/9), disertai oleh Sekjen Mendikbud Didik Suhardi, Dirjen GTK Supriano, Direktur SD Khamim, ADC Mendikbud Afrizal, Direktur PKLK Poppy, Direktur SMP Sutanto, dan Direktur Pengungsian di BNPB Taviv Joko, beserta anggota rombongan lainnya.

Muhadjir menyempatkan diri tidak sekadar mampir, namun juga bermain, bercanda, dan membawa tiga truk bantuan untuk Lombok Barat berupa alat-alat sekolah. Selanjutnya mereka pun bertolak ke Kabupaten Lombok Utara (KLU). []

Berita terkait