Iklim Buruk, Ribuan Warga Afghanistan Eksodus dan Nikahkan Anaknya Demi Uang

11 juta orang di Afghanistan akan menghadapi krisis pangan akut hingga Februari 2019.
Ilustrasi anak-anak di Timur Tengah. (Foto: Pixabay)

Phnon Penh, (Tagar 28/11/2018) - Afghanistan sedang dilanda musim kemarau parah. Akibatnya puluhan ribu orang eksodus ke wilayah yang tidak terpapar kekeringan.

Iklim yang berdampak pada perekonomian Afghanistan itu juga menyebabkan para orangtua menikahkan anak-anaknya untuk memperoleh uang agar bisa bertahan hidup.

Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui UNICEF selaku pengurus kesejahteraan anak-anak menuturkan sedikitnya 223.000 orang pergi dari rumah-rumah mereka di sejumlah provinsi di Afghanistan bagian barat, seperti Herat, Badghis dan Ghor.

Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) mengatakan keluarga-keluarga Afghanistan telah melewatkan makan, menjuali ternak dan pindah ke kota-kota tempat yang mudah bagi mereka memperoleh akses bantuan dan layanan.

Beberapa keluarga bahkan mengambil langkah-langkah drastis, menurut UNICEF, yang mendokumentasikan 161 pertunangan atau pernikahan anak di Herat dan Badghis antara Juli dan Oktober. Di antara jumlah tersebut, 155 adalah anak-anak perempuan dan enam anak-anak lelaki.

"Musim kemarau saat ini yang terburuk dalam beberapa dekade," kata juru bicara UNICEF, Alison Parker, kepada Thomson Reuters Foundation, disitat Antara.

Anak-anak dijadikan jaminan

Parker menambahkan keluarga-keluarga Afghanistan menerima uang yang dapat meredakan kesulitan perekonomian setelah kehilangan mata pencaharian dan aset. PBB menambahkan banyak keluarga yang mengalami dampak kemarau terpaksa meminjam uang untuk membayar transportasi, makanan dan layanan kesehatan. 

Ilustrasi anak-anak di Timur TengahIlustrasi anak-anak di Timur Tengah. (Foto: Pixabay)

Badan amal World Vision dalam surveinya mengungkapkan alasan setengah rumah tangga di wilayah Badghis menikahkan anak-anak sebagai langkah agar bisa makan di saat musim kemarau.

Sejumlah badan amal yang mengukur tingkat kelaparan melalui organisasi gabungan Integrated Food Security Phase Classification (IPC), mengatakan sekitar 11 juta orang -hampir setengah penduduk Afghanistan di kawasan pedesaan- akan menghadapi krisis pangan akut hingga Februari 2019.

"Perang saudara yang berlangsung bertahun-tahun dan kondisi banyak lahan yang sangat menurun menimbulkan akibat musim kekeringan," menurut laporan IPC, sejak Agustus 2018.

PBB menambahkan, selain orang-orang yang pergi meninggalkan rumah mereka, konflik antara pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata, termasuk Taliban, sejauh ini telah membuat sedikitnya 282.000 orang terlantar tahun ini.

Lebih lanjut, aliansi lembaga-lembaga bantuan yang mencakup UNICEF dan Save the Children dalam laporannya Global Coalition to Protect Education from Attack, mengakui jika perang selama 17 tahun juga telah menghancurkan sistem pendidikan di Afghanistan.

Dengan kenaikan jumlah serangan atas sekolah, guru dan siswa, jumlah anak-anak yang tak mengenyam pendidikan meningkat untuk pertama kali sejak tahun 2002, kata lembaga-lembaga tersebut. []

Berita terkait