SAAT Presiden Jokowi mengumumkan ada 2 orang WNI di depok, positif mengidap virus corona, Senin, 3 Maret 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung turun sebesar 2,3% dari siang hari di level 5.448 menjadi 5.357 hanya dalam waktu 2,5 jam perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Masyarakat langsung panik dengan pengumuman Jokowi tersebut. Di kota kota besar banyak yang mengantri untuk menyetok sembako dengan asumsi terburuk akan tinggal lama di rumah dalam rentang waktu sekian hari menghindari terpapar covid-19.
Dalam berbagai tayangan, warga antri di kasir sambil membawa troli belanja yang penuh terisi mie instan, tisu, susu, beras, antiseptik, dan makanan ringan lainnya. Gambaran ini seolah menunjukkan bahwa masyarakat terutama di Jakarta takut akan bernasib sama seperti di Cina khususnya kota Wuhan yang terisolasi hingga berminggu-minggu.
Namun, masih di hari yang sama, tepat pukul 14.45 WIB, ternyata IHSG berbalik arah malah naik 0,8% ke level 5.403 hingga ditutup di akhir perdagangan sesi kedua. Artinya IHSG ditutup turun hanya -0,22% dalam sehari perdagangan Senin kemarin.
Nah, bagaimana situasi perdagangan saham hari ini Selasa, 3 Maret 2020?
Ternyata IHSG justru menunjukkan kepercayaan diri yang kuat. Setelah rebound di 1,5 jam sebelum penutupan perdagangan kemarin, level IHSG pada hari ini dengan percaya diri terus menanjak 2,89% mencapai 5.513 di penutupan perdagangan saham hari ini pukul 16.00 WIB.
Lalu bagaimana dampak panik sesaat warga borong sembako terhadap saham perusahaan barang konsumsi?
Berikut hasil perdagangan hari ini:
1.PT Indofood CBP Tbk (ICBP) produsen mie instan Indomie naik signifikan 6,90% dibanding harga penutupan kemarin.
2.PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) produsen sabun Lux, Lifebouy, pasta gigi pepsodent, dan sabun cuci sunlight, naik tajam 3,62% dibanding harga kemarin.
3.PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) produsen rokok Dji Sam Soe dan A Mild, juga ikut naik hingga 5.37% dibanding harga penutupan senin kemarin.
4.PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF) produsen obat dan alat kesehatan bahkan naik hingga 16.82%. Wow!
Kita sebagai pelaku pasar modal tentu melihat kenaikan ini sebagai hal yang positif walaupun sifatnya juga masih sesaat, baik itu panik sesaat maupun percaya diri sesaat. Tentu virus corona akan berdampak pada ekonomi dalam waktu beberapa bulan ini terutama sejak akhir Januari 2020 kemarin, dan itu tidak bisa dihindari.
Namun hal itu tentu baru kita bisa lihat di kinerja perusahaan pada Q1 ini yang kemungkinan baru akan rilis di April atau Mei 2020 nanti. Saran kami kepada pembaca setia Tagar.id, tetap fokus pada kinerja saham perusahaan, jangan terlalu mengikuti perkembangan yang sifatnya dalam jangka pendek dan meresponnya secara berlebihan.
*Yossy Girsang, Pengamat Ekonomi dan Pasar Modal
Tim Ekonomi Tagar.id