Generasi Emas Anak Asli Papua

Generasi emas anak asli Papua. Proteksi khusus untuk anak Paniai, Lanny Jaya, dan Asmat yang IPM-nya sangat rendah.
Generasi Emas Anak Asli Papua | Anak-anak Asmat, Papua, dalam pelukan Presiden Joko Widodo, Kamis (12/4/2018). (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Biak, (Tagar 22/7/2018) - Program Bangun Generasi dan Keluarga Sejahtera (Bangga Papua) merupakan salah satu terobosan kebijakan strategis daerah yang digagas Gubernur Papua periode 2014-2019 Lukas Enembe untuk mewujudkan generasi emas anak-anak asli yang sehat, cerdas dan berkarakter.

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Papua Muhammad Musa'ad seperti dilansir Antara mengatakan tiga kabupaten di tanah Papua menjadi daerah percontohan untuk pelaksanaan program "Bangga Papua" bagi anak balita di antaranya Kabupaten Paniai, Kabupaten Lanny Jaya dan Kabupaten Asmat.

Program "Bangga Papua" ini akan memberikan proteksi khusus untuk anak dari warga atau orang asli Papua di tiga kabupaten percontohan yang tingkat kemiskinannya tinggi serta Indeks Pembangunan Manusia (IPM)-nya tergolong sangat rendah.

Program "Bangga Papua" digulirkan pada 2018 dengan memberikan uang Rp 200 ribu/bulan per anak asli Papua di bawah empat tahun.

Dana bantuan akan ditransfer melalui rekening pribadi ibu rumah tangga di Bank Papua dan didanai langsung anggaran Otonomi Khusus Papua.

Program Bangga Papua, menurut Muhammad Musa'ad, merupakan turunan dari Gerbangmas Hasrat Papua ini, dengan titik sasaran menekankan pada pemberian bantuan sosial jaminan tunai langsung bagi anak-anak asli Papua usia 0-4 tahun.

Kabupaten percontohan sudah ditetapkan untuk wilayah adat La Pago nanti akan diwakili Kabupaten Lanny Jaya, kemudian Mee Pago Kabupaten Paniai, dan wilayah adat Anim Ha Kabupaten Asmat.

"Program Bangga Papua diharapkan terus berjalan tahun 2019 dengan jumlah sasaran dan kabupaten yang memperoleh program ini dapat lebih banyak," katanya.

Untuk program jangka pendeknya, pada 2019 pemerintah provinsi akan meningkatkan dari tiga menjadi 10 kabupaten.

Hingga target keseluruhan tahun 2021, semua anak usia 0-4 tahun di kabupaten dan kota se-Provinsi Papua bakal dijamin oleh pemerintah melalui pemberian bantuan sosial langsung.

"Yang pasti kita harapkan pemberian tambahan uang dari pemerintah provinsi ini dapat digunakan oleh kepala keluarga dalam rangka meningkatkan pemenuhan kesehatan gizi anak-anak asli Papua dan sebagainya," harap Kepala Bappeda Muhammad Musa'ad.

Ia mengakui model baru pelaksanakan program Bangga Papua dapat menjadi proteksi usus yang diberikan Pemerintah Provinsi Papua dalam menjawab kebutuhan hidup OAP di berbagai kampung dan wilayah.

Dari hasil evaluasi program Gerbangmas beberapa tahun ini, menurut Muhammad Musa'ad, Pemprov Papua merasa perlu ada pemberian insentif bagi keluarga khusus orang asli Papua.

"Pemberian dana bantuan langsung ini diharapkan bisa dimanfaatkan untuk menambah gizi anak, kemudian memenuhi kebutuhan pangan keluarga masyarakat penerima," harapnya.

Tiga kabupaten percontohan yakni Asmat usia anak 0-4 tahun sebanyak 11.194 orang, Paniai 11.194 dan Lanny Jaya 6.696 anak dengan total 33.866 orang.

Sedangkan untuk program Lansia 60 tahun ke atas, di Kabupaten Asmat berjumlah 2.500 orang, Paniai sebanyak 5.000 orang dan Lanny Jaya 4.800 orang sehingga totalnya 12.300 Lansia.

Bangga Papua ini merupakan program yang baru digulirkan Pemerintah Provinsi Papua, menurut Muhammad Musa'ad, banyak hal-hal baru yang menjadi proses pembelajaran bagi keluarga masyarakat asli orang Papua.

"Pelaksanaan program di tiga kabupaten percontohan ini akan menjadi dasar pembelajaran kita dalam memperluas program ini ke seluruh daerah di Papua," ujarnya.

Anak PapuaAnak-anak Papua. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Penuhi Gizi Anak

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua Charles Brabar saat berkunjung ke Kabupaten Biak Numfor meresmikan Kampung Keluarga Berencana di Kepulauan Aimando mengajak peran nyata dari setiap orang tua untuk memerhatikan pemuhan gizi anak asli orang Papua guna mencegah kasus anak stunting atau kerdil.

"Pemenuhan gizi keluarga bagi masyarakat asli Papua seringkali terhambat karena adanya faktor kemikisnan pendapatan orang tua yang sangat minim sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan asupan makanan bergizi bagi anak-anaknya," ujarnya.

Ia mengharapkan melalui program Bangga Papua yang digulirkan pemerintah provinsi diharapkan dapat mengatasi kebutuhan orang tua untuk memenuhi gizi anak-anak supaya mereka tidak kerdil dan tumbuh kembang dengan sehat.

Charles mengingatkan pemahaman umum warga dalam mencegah lahir anak kerdil adalah memfokuskan pada upaya kesehatan yang merupakan faktor risiko.

Padahal faktor risiko, seperti kondisi kesehatan anak, gizi pada saat ibu hamil, menurut Carjles, sangat dipengaruhi oleh faktor pola asuh orang tua yang tidak mampu memenuhi harapan kebutuhan gizi anak.

"Segala sesuatu yang terjadi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan menjadi faktor penentu kualitas kehidupan anak kelak," katanya.

Terkait hal tersebut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) proaktif dalam meningkatkan kemampuan pengasuhan orangtua melalui Program Bina Keluarga Balita (BKB) yang dikembangkan oleh BKKBN untuk meningkatkan kemampuan pengasuhan orangtua dan keluarga anak khususnya anak usia di bawah enam tahun termasuk dari dalam kandungan.

Program BKB telah dilaksanakan oleh lebih kurang 80.000 kelompok BKB tersebar di seluruh kabupaten/kota Indonesia.

Charles mengharapkan generasi emas anak asli Papua pada waktu mendatang dapat hidup lebih layak dan sehat karena telah diberikan asupan gizi yang cukup melalui program bina keluarga balita.

Pengetahuan dan kesadaran orang tua untuk memberikan asupan gizi anak, menurut Charles, merupakan sebagai satu kewajiban yang harus dilakukan sehingga berbagai program pemerintah dapat menyentuh keperluan keluarga masyarakat asli Papua.

Ia menyebut salah satu tugas besar Pemerintah Provinsi Papua yang perlu dilaksanakan untuk menjadikan masyarakat asli Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera.

Upaya kerja keras pemerintah untuk berkomitmen menurunkan angka kemiskinan dan memberikan generasi baru Papua, anak-anak asli Papua, di mana hari-hari pertama kehidupannya dipenuhi dengan kecukupan gizi dan bebas dari penyakit yang disebabkan kemiskinan.

"Sekecil apa pun dana yang dialokasikan pemerintah untuk keluarga Papua, bila dikelola dengan baik akan membawa perubahan positif pada kehidupan keluarga yang bersangkutan. Kemandirian keluarga asli Papua akan membawa perubahan hidup orang Papua pada masa depan," ujarnya.

Adanya pemihakan kebijakan program Bangga Papua yang telah bergulir diharapkan menjadi sebuah harapan baru bagi anak-anak asli orang Papua untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup layak sehingga menjadi generas emas Papua yang cerdas, sehat, bermartabat dan berkarakter.

Pada peringatan Hari Anak Nasional 23 Juli 2018 sebagai refleksi semua pemangku kepentingan dalam upaya memenuhi penjaminan hal anak yaitu hak hidup, hak tumbuh kembang, hak berpartisipasi sesuai harkat dan martabat serta hak mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Berita terkait
0
Kekurangan Pekerja di Bandara Australia Diperkirakan Samapi Tahun Depan
Kekurangan pekerja di bandara-bandara Australia mulai bulan Juli 2022 diperkirakan akan berlanjut sampai setahun ke depan