Gempa Lombok, Belajar dari Rumah Adat Bayan

Gempa Lombok, belajar dari rumah adat Bayan. “Bangunan batu bata yang ada di Bayan saja ambruk, baiknya rumah kayu saja," kata Suri.
Pelajar mengumpulkan mainan tradisional otok-otok pada kegiatan "Kepedulian Gempa Lombok Dari Solo Untuk Lombok" di SD Mandyotaman, Solo, Jawa Tengah, Rabu (8/8). Otok-otok tersebut selanjutnya dikirimkan lewat PMI untuk anak-anak korban gempa bumi Lombok NTB sebagai bentuk aksi solidaritas dan dukungan. (Foto: Ant/Mohammad Ayudha)

Bangunan yang berdindingkan bambu yang dianyam serta atap ilalang, tampak masih kokoh berdiri. Padahal di perut bumi, bangunan itu telah terjadi pergerakan patahan berkekuatan 7 Skala Richter (SR).

Bahkan gempa tektonik itu telah merusak 22.721 rumah sesuai data sementara dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Bangunan kokoh itu, rumah adat Bayan yang terletak di Kampung Adat Bayan, Kabupaten Lombok Utara yang berjarak sekitar 80 kilometer dari ibukota provinsi. Bangunan itu berada dalam satu kompleks, di antaranya dikenal dengan nama Kampung Adat Bayan Timur.

Di Kampung Adat Bayan Timur, terdapat tiga beruga atau dikenal bale-bale sebagai tempat berkumpul untuk upacara adat dan dua lumbung padi.

Di sekeliling kompleks itu, dipagari pagar bambu dan di sebelahnya berdiri sejumlah rumah adat yang berfungsi untuk tempat tinggal. Namun, tidak sembarangan orang bisa memasukinya, terutama setelah gempa karena dalam kepercayaan masyarakat adat harus ada pantangan tertentu untuk memasuki kompleks pemukiman yang juga dipagari bambu.

Korban Gempa Selamatkan BarangKorban gempa mengangkat barang yang berhasil diamankan dari rumahnya yang hancur di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Jumat (10/8/2018). Berdasarkan data BNPB sedikitnya ada 270.168 pengungsi korban gampa bumi Lombok yang tersebar di sejumlah tempat dan kemungkinan jumlah itu akan bertamabah. (Foto: Ant/Zabur Karuru)

Bagi warga adat Bayan yang menganut agama Islam Wetu Telu, sangat menghormati leluhur atau nenek moyangnya salah satunya terkait dengan rumah yang tidak hanya sebagai tempat tinggal namun juga memiliki nilai spiritual.

Rumah adat yang berhubungan dengan gempa itu, menunjukkan bagaimana nenek moyangnya memahami atau menyadari bahwa mereka tinggal di tanah yang rawan gempa hingga bangunan terbuat dari bahan alami itu menjadi solusi dalam mengatasi bencana alam.

Demikian pula Masjid Kuno Bayan di Kampung Adat Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB), tetap berdiri tegak, sama sekali tidak mengalami kerusakan berarti.

Kecuali pagar tembok terlihat berserakan dihempas gelombang gempa yang berlangsung terus menerus.

Masjid yang berdindingkan bambu dan beratapkan bambu ditutup injuk itu, serta berpondasikan susunan rapih batu, berdiri kokoh di atas gundukan tanah seperti bukit kecil.

"Alhamdulillah tidak ada yang rusak," kata Raden Kertamaji, penjaga rumah adat.

Hanya pagar tembok yang rusak, yang membatasi dengan jalan raya saja. "Ini pagar tembok sedang dibersihkan," ujarnya.

Tanah Ambles Akibat Gempa SusulanWarga memperhatikan tanah yang ambles akibat gempa di Desa Sambi Bangkol, Tanjung, Lombok Utara, NTB, Jumat (10/8). Gempa susulan berkekuatan 6.2 pada skala richter (SR) pada Kamis (9/8/2018) mengakibatkan sejumlah jembatan retak, jalan rusak, tebing longsor, dan tanah ambles di wilayah Lombok Utara. (Foto: Ant/Ahmad Subaidi)

Masjid kuno Bayan itu telah masuk bagian dari situs bersejarah karena berdiri pada abad ke-17. Saat ini diperkirakan usianya telah lebih dari 300 tahun.

Kecamatan Bayan dinilai salah satu gerbang masuknya Islam di Pulau Lombok. Di kecamatan inilah, Islam pertama kali diperkenalkan, dan Masjid Bayan Beleq merupakan masjid pertama yang berdiri di pulau ini.

Masjid kuno Bayan dihormati oleh pemeluk Agama Islam Wetu Telu.

Bangunan Kayu

Entah belajar dari rumah adat Bayan, warga korban gempa juga ingin mengikutinya dengan membangun rumah kayu.

Warga Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, ingin dibuatkan rumah kayu agar tidak menjadi korban gempa bumi yang rawan terjadi di Pulau Lombok dan sekitarnya.

"Kalau seperti program kementerian, Rumah Tidak Layak Huni itu kita takut. Itu kan bangunan batu bata, yang ada di Bayan saja ambruk, baiknya rumah kayu saja," kata Suri, warga Desa Santong, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.

Bahkan rumah yang terbuat dari struktur batu bata itu, tiang bangunannya ada yang menggunakan bambu. "Jadi bagaimana tidak ambruk, tiang bangunannya dari bambu," ujarnya.

Menindaklanjuti informasi Suri yang juga menjadi korban gempa dan masih mengungsi di tenda pengungsian area perbuktian itu, Antara mengecek kondisi rumah yang masuk dalam proyek RTLH Kementerian PUPR di Kecamatan Bayan.

Kondisinya hampir sama dengan bangunan rumah warga biasanya, retak dan rawan roboh. Bahkan ada yang sudah rata dengan atap bangunannya.

Terkait dengan upaya rekonstruksi pascagempa di Lombok, pemerintah menjanjikan akan memberi bantuan pembangunan rumah yang tahan gempa kepada masyarakat NTB yang terkena dampak gempa bumi.

"Ini bantuan, saya sudah bicara dengan pemkab yang menerima bantuan. Yang ingin bangun lagi, harus ikut konstruksi tahan gempa yang akan dipandu PUPR," kata Menteri PUPR Basuki Hadimuljono usai rapat terbatas mengenai Penanganan Bencana Alam NTB di Kantor Presiden, Jakarta.

Menurut Basuki, konstruksi rumah yang diharapkan tahan gempa harus dilakukan di kawasan rawan gempa. Untuk rumah yang mengalami rusak berat akan diberikan dana Rp 50 juta, sementara rusak sedang Rp 25 juta dan rusak ringan mendapat Rp 10 juta.

Bangun Tenda di Pematang SawahSeorang ibu menggendong anaknya di depan tenda darurat yang dibangun di pematang sawah di Tanjung, Lombok Utara, NTB, Kamis (9/8/2018). Pascagempa, sejumlah warga memilih membuat tenda di lokasi itu karena dekat dari permukiman tempat tinggal mereka. (Foto: Ant/Zabur Karuru)

Pengalaman membangun rumah tahan gempa, baik di Provinsi Aceh maupun DI Yogyakarta, akan menjadi acuan dalam tahap rekonstruksi di Lombok.

Pembangunan akan memanfaatkan sistem swakelola yaitu masyarakat bekerja sendiri dengan rancangan konstruksi rumah dari Kementerian PUPR.

Sisa bahan bangunan yang masih dapat dimanfaatkan akan digunakan untuk tambahan bahan pembangunan.

Kepala pelaksana BNPB NTB Muhammad Rum menyarankan warga yang terdampak gempa tektonik 6,4 Skala Richter (SR), untuk membangun rumah kayu mengingat potensi bencana alam tersebut masih tinggi.

"Atapnya kan bisa menggunakan ijuk atau alang-alang," kata dia.

Imbauan tersebut, kata dia, berdasarkan potensi ancaman bencana di daerah tersebut akan terus terjadi.

Dia mencontohkan ada rumah di wilayah itu yang menggunakan dinding dari kayu, sama sekali tidak terdampak gempa.

Disebutkan, rata-rata rumah yang ambruk itu, pondasinya buruk. "Sekali terkena guncangan, langsung ambruk," ungkapnya.

Karena itu, pihaknya pernah meminta gambar bangunan kayu dan besaran biaya pembangunan dari salah satu puslitbang kantor pemerintahan. (Riza Fahriza/ant)

Berita terkait
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban