Ganjar Pranowo Bapak Kuda Lumping Jateng

Ganjar Pranowo dinobatkan sebagai Bapak Kuda Lumping Jateng oleh Paguyuban Hokya Temanggung pada acara Sedekah Turangga Bhumi Phala di Temanggung.
Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo. (Foto: Ant/Wahyu Putro A)

Temanggung, (Tagar 25/11/2017) – Paguyuban Hokya Temanggung menobatkan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo sebagai Bapak Kuda Lumping Jawa Tengah pada acara Sedekah Turangga Bhumi Phala di Lapangan Gondang Winangun, Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Sabtu (25/11).

Penobatan Ganjar ditandai dengan pembelian sebuah kuda lumping oleh Ganjar Pranowo seharga Rp 5.000.000 dan Ganjar terjun langsung untuk menari bersama seribu penari kesenian jaran kepang khas Temanggungan.

Presiden Hokya Kabupaten Temanggung Yudha Sudarmaji mengatakan, digelarnya acara ini untuk menggiatkan kembali sekaligus memperkenalkan kesenian kuda lumping asli Temanggung yang pernah mengalami masa jaya pada 1972.

"Selama ini banyak bermunculan kreasi baru, kami ingin agar kuda lumping khas Temanggung yang sudah lama surut kembali dikenal atau muncul ke permukaan seperti pada era jayanya dulu," ujarnya.

Ia menyebutkan, di Temanggung terdapat sekitar 700 grup kesenian kuda lumping yang tersebar di berbagai wilayah pelosok desa. Kuda lumping asli Temanggung memiliki beberapa ciri khusus, antara lain penari mengenakan baju kemeja putih, rompi, dan ikat kepala.

"Kami ingin identitas ini yang terus dilestarikan," ucapnya.

[caption id="attachment_31154" align="aligncenter" width="712"] PENTAS SENI SEWU TURONGGO: Sejumlah penari menampilkan tari Topeng Ireng kolosal saat berlangsung pentas seni Sewu Turonggo di lapangan Gondangwinangun, Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah, Sabtu (25/11). Sedikitnya seribu penari Kuda Lumping dan penari Topeng Ireng menari bersama sebagai bentuk kebersamaan seniman dalam melestarikan seni budaya tradisional. (Foto: Ant/Anis Efizudin)[/caption]

Ganjar Pranowo berharap festival kuda lumping seperti ini dapat digelar secara rutin setiap tahun. Bahkan, dirinya berjanji apabila dapat digelar selama tiga kali berturut-turut, maka kegiatan ini akan dijadikan sebagai agenda rutin dalam kalender even budaya Provinsi Jawa Tengah.

Ia berharap ke depan muncul sebuah koreografi yang identik dengan keindahan seni tari. Selain itu, kuda lumping juga dapat menjadi satu kekuatan seni budaya sekaligus identitas khas Temanggung.

"Semoga semua pihak, terutama para pelaku seni budaya kuda lumping dapat terus menjaga dan melestarikan kesenian ini. Melalui seni kita dapat menangkal hal-hal negatif yang masuk ke berbagai elemen masyarakat seperti radikalisme maupun berita hoax," kata Ganjar Pranowo. (ant/yps)

Berita terkait