G7 Sebut Perlakuan Taliban terhadap Perempuan Mungkin Tergolong Kejahatan Kemanusiaan

Para menteri luar negeri G7 pada Kamis, 22 Desember 2022, menuntut pencabutan larangan bagi perempuan untuk berkuliah
Perempuan Afghanistan meneriakkan slogan-slogan sebagai protes terhadap penutupan universitas bagi perempuan oleh Taliban di Kabul, Afghanistan, 22 Desember 2022. (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

TAGAR.id, Jakarta - Perlakuan Taliban terhadap perempuan dan anak perempuan di Afghanistan mungkin dapat digolongkan sebagai “kejahatan terhadap kemanusiaan.”

Hal tersebut dikatakan oleh para menteri luar negeri G7 pada Kamis, 22 Desember 2022. Mereka menuntut pencabutan larangan bagi perempuan untuk berkuliah.

“Kebijakan Taliban yang dirancang untuk menghapus perempuan dari kehidupan bermasyarakat akan berdampak pada bagaimana negara kami berhubungan dengan Taliban,” kata para menteri yang tergabung dalam kelompok negara-negara kaya itu dalam sebuah pernyataan, setelah menggelar pertemuan virtual.

Taliban, yang menjanjikan peraturan yang lebih lunak ketika kembali berkuasa di Afghanistan tahun lalu, telah memicu kemarahan dunia dengan pengumuman mereka minggu ini yang melarang perempuan mengenyam pendidikan tinggi.

mahasiswa afghanistan di gerbang kampusMahasiswa Afghanistan antre di salah satu gerbang Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan, pada 26 Februari 2022. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Kelompok Islam garis keras itu telah lebih dulu melarang anak-anak perempuan bersekolah ke jenjang SMP dan SMA pada Maret 2022 lalu.

Kedua keputusan itu harus segera dibatalkan “tanpa penundaan,” kata menteri-menteri G7 itu.

“Persekusi gender bisa dianggap sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan di bawah Statuta Roma, di mana Afghanistan adalah satu satu negara pihak,” kata mereka, yang merujuk pada Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag.

Kelompok Tujuh (G7) terdiri dari Inggris, Kanada, Italia, Prancis, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat (AS).

“Anggota G7 mendukung semua warga Afghanistan dalam tuntutan mereka untuk menjalankan hak asasi manusia mereka sesuai dengan kewajiban Afghanistan di bawah hukum internasional,” tambah mereka.

Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, yang negaranya tengah menjabat presidensi G7, menyebut larangan berkuliah itu sebagai langkah lain “menuju Zaman Batu.”

“Perempuan dan anak-anak perempuan di Afghanistan bukan cuma dilarang berkuliah, tetapi juga dilarang pergi ke taman, dilarang keluar rumah tanpa mengenakan jilbab, dilarang belajar,” ungkapnya dalam sebuah konferensi pers di Berlin.

“Taliban merampas hidup perempuan dan anak-anak perempuan di Afghanistan. Dan hidup itu (sesungguhnya) lebih dari sekadar bertahan hidup,” ungkapnya. (rd/ka)/AFP/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Arab Saudi dan Turki Kecam Taliban Karena Larang Perempuan Afghanistan Kuliah
Sebagai tanda lain dari tentangan domestik, beberapa pemain kriket Afghanistan ikut mengutuk larangan perempuan belajar di universitas itu