Film Dokumenter The Golden Boy Kisah Penganiayaan Petinju Oscar De La Hoya di Masa Kecil

Film dokumenter terbaru HBO “The Golden Boy” yang mengisahkan perjalanan petinju terkenal Oscar De La Hoya
Mantan petinju Oscar De La Hoya hadir dalam sebuah kesempatan di Mexico City, pada 1 Maret 2019. (Foto: voaindonesia.com/AP/Anthony Vazquez)

TAGAR.id – Film dokumenter terbaru HBO “The Golden Boy” yang mengisahkan perjalanan petinju terkenal Oscar De La Hoya, mengungkap kekerasan dalam rumah tangga dan penganiayaan yang dialaminya saat masih kanak-kanak.

Oscar De La Hoya tumbuh sebagai anak imigran Meksiko di wilayah timur Los Angeles, Amerika Serikat (AS), yang memiliki impian besar untuk memenangkan medali emas di dunia tinju. Ketika ia baru berusia 18 tahun, ia memenangkan emas Olimpiade 1992 di Barcelona, dan kembali dari pertandingan di kota itu sebagai selebriti.

Dalam film dokumenter terbaru HBO “The Golden Boy,” De La Hoya secara terang-terangan mengatakan selepas keberhasilannya di kompetisi bergengsi itu, ia mendapat tekanan luar biasa dari keluarga dan promotornya untuk memanfaatkan ketenarannya, dan secara terus menerus berlaga di ring tinju.

Film dua bagian yang dilengkapi dengan berbagai foto dan video latihan di balik layar, serta petikan berita televisi, menunjukkan kesuksesan De La Hoya sebagai petarung dan promotor. Wawancara dengan anggota-anggota keluarganya, termasuk tiga anak tertua De La Hoya dari tiga perempuan yang berbeda, menunjukkan bagaimana ketenaran dan uang mengubah dirinya. Tak jarang menunjukkan sisi gelap hidupnya. Terlebih karena laki-laki kelahiran 4 Februari 1973 itu masih memiliki tiga anak lagi dengan mantan-mantan istrinya itu. Tetapi De La Hoya mengatakan menceritakan kisah lengkapnya itu akan memberi banyak pelajaran.

“Saya kira hal terpenting bagi saya adalah keinginan untuk terus maju dengan apa yang saya punya, ini fakta yang saya kira sangat otentik dan nyata. Saya tidak pernah memberi janji manis. Saya ingin semua terbuka. Saya ingin orang-orang yang dekat dengan saya, bicara tentang bagaimana perasaan mereka atas anak-anak saya, adik dan ayah saya, yang tampil seperti penjahat. Ayah saya mungkin tidak menyadari hal itu,” ujar De La Hoya.

de la hoya di ringPetinju Pernell Whitaker (kanan) menghindari pukulan yang dilesakkan oleh Oscar De La Hoya dalam pertarungan memperebutkan gelar WBC Welterweight Championship di Thomas & Mack Center di Las Vegas, pada 12 April 1997. (Foto: voaindonesia.com/AP)

Kekerasan Fisik oleh Ayah-Ibu Disalurkan di Ring Tinju

De La Hoya mengakui telah membuat beberapa pilihan hidup yang kini disesalinya. Misalnya, dengan absen dari sebagian besar kehidupan anak-anaknya yang lebih tua, yang mengecewakan mereka.

“Ada banyak tahun-tahun di mana mereka tumbuh sendiri, tanpa kehadiran saya. Inilah bagian kehidupan yang paling saya sesali. Tetapi kini kami memiliki hubungan yang hebat, meskipun hanya hubungan kerja. Ada banyak hal yang harus kami pulihkan. Saya belajar banyak dari apa yang dilakukan orang tua saya, yang jelas tidak akan saya lakukan terhadap anak-anak saya,” katanya.

Dengan lirih De La Hoya mengatakan kekerasan fisik dan emosional yang dilakukan kedua orang tuanya membuatnya menyalurkan semua rasa sakit itu di ring tinju.

“Saya hidup dalam keluarga yang kasar. Ibu saya meninggal ketika saya berusia 16 atau 17 tahun. Orang tidak pernah tahu betapa ibu saya itu sangat kasar secara fisik, dan saya satu-satunya anak yang merasakan hal itu. Ketika saya berada di ring tinju, saya akan menyalurkan semua kemarahan dan amarah saya itu. Bagaimana selama bertahun-tahun saya bertahan dari berbagai pelecehan, penganiayaan, dari ayah dan ibu saya. Saya mengeluarkan semua hal itu di ring tinju,” tambahnya.

“The Golden Boy” Tampilkan Sisi yang Tak Diketahui Publik

Film dokumenter itu menunjukkan rekaman pertandingan yang paling bemakna dalam karir De La Hoya. Termasuk satu pertandingan yang mengakhiri karirnya, yaitu pertarungannya dengan Manny Pacquiao.

“Saya ingat betapa fisik dan emosi saya tergerus. Tubuh, energi dan pikiran saya berbeda. Saya merasa sudah tidak pada tempatnya berada di ring tinju. Jadi ketika saya melawan Pacquiao di Las Vegas, jauh di lubuk hati saya, saya sudah tahu bahwa saya akan kalah. Saya ingat ada babak-babak di mana ia mendaratkan pukulan ke arah saya, dan saya berpikir – ayo beri saya satu pukulan untuk mengakhiri semuanya. Saya benar-benar memikirkan hal itu. Ketika wasit mengakhiri pertandingan, karir saya berakhir di situ.”

De La Hoya pernah keluar masuk panti rehabilitasi untuk mengobati penyalahgunaan pada alkohol dan narkoba, tetapi membantah memiliki kecanduan.

“Saya tidak merasa itu adalah kecanduan. Saya hanya merasa tersesat dan tidak punya arah. Saya merasa hanya minuman keras dan narkoba – serta perempuan – yang bisa mengisi kekosongan yang ada di hati saya. Saya tidak tahu bagaimana keluar dari lingkaran setan itu. Tetapi saya berharap rehabilitasi dan terapi dapat menyembuhkan saya. Dan akhirnya, semua tentang keseimbangan, karena hidup ini sesungguhnya indah,” ujarnya.

Kedua bagian film dokumenter “The Golden Boy” telah diluncurkan pekan lalu di HBO dan layanan streaming MAX. (em/jm)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Film Happy Clothes Dokumentasi Perjalanan Karir Penata Kostum Sex and the City
Patricia Field, perancang kostum serial itu, diabadikan dalam film “Happy Clothes: A Film About Patricia Field"