Bandung - Gerhana matahari cincin merupakan peristiwa terhalangnya hampir semua bagian tengah piringan matahari oleh piringan bulan. Sehingga saat puncak gerhana matahari yang terlihat dari bumi akan terlihat seperti cincin.
Di Indonesia, gerhana matahari cincin yang terjadi hari ini, Kamis, 26 Desember 2019 bisa dilihat di beberapa wilayah saja, begitu pun dengan durasi lamanya akan berbeda-beda dengan wilayah lainnya.
Kepala Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Bandung, Toni Sukmawijaya menuturkan di Indonesia kota yang waktu mulai gerhananya paling akhir adalah Merauke, Papua pukul 14.37 WIT. Sedangkan daerah yang mengalami waktu saat puncak gerhana paling awal adalah Kota Sabang terjadi pada 11.49 WIB.
“Kota yang akan mengalami waktu puncak paling akhir adalah Jayapura, sekitar pukul 15.51 WIT. Untuk kontak akhir gerhana matahari ini paling awal terjadi di Sabang, Aceh, pada pukul 13.48 dan waktu kontak paling akhir terjadi di Sorendiweri Papua pada 17.00 WIT,” tuturnya di Bandung, Kamis, 26 Desember 2019.
Sementara itu, untuk durasi cincin terlama dan magnitudo terbesar terjadi di Selat Panjang, Riau, sampai 3 menit 38.9 detik dengan magnitudo gerhana sebesar 0.984. Saat fase cincin ini terjadi, kecemerlangan langitnya akan meredup hingga seperti saat fajar atau senja dengan keredupan terjadi saat puncak gerhana.
“Untuk durasi gerhana terlama di Indonesia ada di Bengkalis, Riau, yaitu selama 3 jam 51 menit 24,7 detik. Durasi gerhana paling sebentar terjadi di Merauke hanya 2 jam 12 menit 112 detik,” ujarnya.
Banyak orang dari berbagai negara ingin menyaksikan gerhana matahari cincin ini. Tak hanya itu, terlebih fenomena ini menjadi daya tarik bagi para astronom, ilmuwan bidang sains antariksa untuk melakukan pengamatan dan pengukuran seperti pengaruh gerhana matahari cincin ini ke bumi.
“Peringatan, jangan mengamati gerhana matahari cincin ini dengan mata telanjang, tanpa menggunakan penapis cahaya karena bisa menyebabkan kerusakan mata hingga kebutaan. Gunakanlah kacamata yang memiliki filter khusus untuk melihat matahari,” tuturnya.
Juga, jangan pernah menggunakan kacamata hitam biasa segelap apa pun warna, lensa, film foto, film rontgen atau alat optikal apa pun tanpa filter matahari.
Di tempat berbeda, Tim Pembina Olimpiade Astronomi (TPOA) sekaligus mahasiswa ITB jurusan Astronomi Abdul Madjid Al-Kholish memberikan tips cara aman dalam mengamati fenomena gerhana matahari dan bisa mengamati secara baik, adalah perlu tempat tanpa penghalang di ufuk barat sangat rendah.
“Sehingga, kita dapat melihat langit sampai matahari benar-benar tenggelam.” tuturnya.
Gunakan Teleskop
Cara yang kedua adalah perlu menggunakan teleskop untuk melihat matahari lebih jelas, karena gerhana matahari yang nampak di Indonesia sangat kecil bahkan cenderung secuil saja. “Kalau melihat atau mengamati dengan telanjang mata atau tanpa teleskop tidak akan terlihat bedanya antara gerhana atau bukan.”
Pakai Filter Matahari
Selain itu, sebaiknya menggunakan filter matahari setelah memakai teleskop karena cahaya matahari biasanya akan lebih diperkuat saat menggunakan teleskop. “Sehingga akan berbahaya pada mata jika tanpa menggunakan filter matahari saat mengamati gerhana matahari dengan teleskop.”
Bisa Melihat Tanpa Kacamata Khusus Jika Letak Matahari Rendah
Tips lain yaitu Anda bisa mengamati gerhana matahari cincin atau jenis lainnya tanpa kacamata khusus jika letak matahari pada horizon yang rendah karena biasanya intensitasnya kecil. []
Baca juga:
- Melihat Gerhana Matahari di Simpang Lima Semarang
- Gerhana di Aceh Sempurna, Ribuan Warga Ikut Saksikan