ESDM: Smelter Butuh Pasokan Listrik 4.798 MW

Industri pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) membutuhkan pasokan listrik hingga 4.798 megawatt seperti dikatakan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melambaikan tangan usai rapat bersama Komisi VII DPR RI di kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu, 27 November 2019. (Foto: Antara/Aditya Pradana Putra)

Jakarta - Industri pengolahan dan pemurnian mineral atau smelter membutuhkan pasokan listrik hingga 4.798 megawatt (MW) pada tahun 2024. " "Kita harus bisa memenuhi kebutuhan listrik untuk industri smelter pada tahun 2024 sebesar 4.798 megawatt," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Rabu, 29 Januari 2020.

Menurut Arifin pemerintah konsisten meningkatkan nilai tambah mineral melalui pembangunan industri smelter dalam negeri. Disebutkan, dalam jangka lima tahun akan dibangun 52 smelter, terdiri dari 4 smelter tembaga, besi, timbal dan seng, 29 smelter nikel, 9 smelter bauksit dan 2 smelter mangan.

Konsumsi listrik per kapita  di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di ASEAN.

Dari proyeksi kebutuhan listrik sebesar 4.798 MW itu tersebar di beberapa wilayah, antara lain Bengkulu (5 MW), Banten (68,5 MW), Jawa Barat (39 MW), Jawa Timur (821,9 MW). Nusa Tenggara Barat (300 MW), Nusa Tenggara Timur (20 MW), Kepulauan Riau (45 MW), Kalimantan Barat (499 MW), Kalimantan Selatan (10 MW), Sulawesi Tengah (959 MW), Sulawesi Tenggara (1.053 MW), Maluku dan Maluku Utara (941 MW).

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Kementerian ESDM memiliki 3 (tiga) kebijakan strategis. Yakni pemenuhan listrik oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), pemenuhan listrik oleh pengembang smelter serta kolaborasi antara pengembang smelter dengan non-PLN.

Menurut Arifin, ia memiliki target memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas melalui peningkatan konsumsi listrik per kapita. "Ini program prioritas nasional pertama dari Kementerian ESDM," ungkapnya.

Arifin mengakui, konsumsi listrik per kapita di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia Tenggara (ASEAN). Untuk itu, pemerintah menargetkan pada 2024 konsumsi listrik per kapita Indonesia akan menjadi 1.408 kilowatt hour (kWh). "Untuk itu perlu dilakukan program-program keseimbangan listrik daerah-daerah jauh, daerah timur khususnya," jelasnya.

Berdasarkan data ESDM yang ada, capaian konsumsi listrik pada 2019 baru mencapai 1.084 kWh per kapita dari target 1.200 kWh per kapita. Sementara itu, target konsumsi listrik pada 2020 sebesar 1.142 kWh per kapita. Target itu terus mengalami peningkatan menjadi 1.203 kWh per kapita pada 2021, 1.268 kWh per kapita pada 2022, 1.336 kWh per kapita pada 2023, dan akhirnya menjadi 1.408 kWh per kapita pada 2024.

Adapun, target rasio elektrifikasi pada 2024 adalah sebesar 100 persen. Kapasitas pembangkit juga terus bertambah hingga 5,7 gigawatt (GW) pada 2024.[]

Baca Juga:

Berita terkait
ESDM Rilis Aplikasi Perbaikan Tata Kelola Minerba
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral meluncurkan aplikasi online sebagai upaya untuk perbaikan tata kelola minerba.
Inovasi Migas, Menteri ESDM Tinggalkan Cara Lama
Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan tak akan menggunakan cara lama untuk membuat kemajuan di lingkungan Kementrian ESDM.
ESDM Uji Coba Pasar Bahan Bakar B30 Minggu Depan
Pemerintah akan menerapkan bahan bakar biodiesel B30 tahun depan, dengan uji coba akan dilakukan minggu depan.