Eksportir Kopi Sumut Kesulitan Cari Biji Kopi

Pengusaha ekspor biji kopi di Sumatera Utara mengaku kesulitan mencari biji kopi dari petani.
Pekerja mengumpulkan kopi yang baru selesai dijemur di salah salah satu gudang kopi di kawasan Jalan Binjai, Medan. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Pengusaha ekspor biji kopi di Sumatera Utara mengaku kesulitan mencari biji kopi dari petani. Padahal, harga kopi sudah lebih tinggi dari biasanya.

Berkurangnya pasokan kopi ini ditengarai berbagai faktor, mulai dari belum sepenuhnya petani mengelola kebunnya, bisa juga karena perubahan iklim.

"Heran juga, padahal harga kopi sudah lebih tinggi lho dari biasanya, tapi sulit sekali mencari bean (biji kopi) sekarang," kata Ketua AEKI Sumut, Syaidul Alam kepada Tagar belum lama ini.

Sejauh ini eksportir kopi banyak menjual kopi dari Lintong, Karo, Sidikalang, Mandailing, Dolok Sanggul, Sipirok bahkan Gayo. Namun, kopi dari Sumatera Utara belakangan ini lebih sulit didapat daripada kopi dari Gayo.

"Makanya kita jadi lebih sering jual kopi dari Gayo sekarang," ujarnya.

Menggunakan data yang dirilis Dinas Perindag Sumut, Syaidul menjelaskan, realisasi ekspor kopi melalui Pelabuhan Belawan hingga Maret 2019 mencapai 4.798.196 ton, didominasi arabika, robusta hanya 103.200 ton. Kalau dikonversikan uangnya mencapai 26.994.536 Dollar AS.

Tapi, walaupun harga sudah bagus, masih juga kita kesulitan mendapatkan biji kopi dari petani

"Kopi Gayo merupakan yang salah satu yang terbesar volume ekspornya, di antara kopi dari Sumut," ujarnya.

Sebagai poros kopi Sumatera, tidak sulit menemui kedai kopi yang menyeduh kopi Gayo di Medan.

Menurut Syaidul, harga gabah di kopi ke petani saat ini di kisaran Rp 23.000 – Rp 27.000 untuk arabika. Sedangkan harga kopi robusta sekitar Rp 13.000 – Rp 15.000. Harga itu terbilang lebih tinggi di banding sebelumnya. Atau, lebih tinggi sekitar 10 – 30 persen.

"Tapi, walaupun harga sudah bagus, masih juga kita kesulitan mendapatkan biji kopi dari petani," katanya lagi.

Pertumbuhan kedai kopi di dalam negeri juga ditengarai menjadi penyebab sulitnya biji kopi di kalangan petani. Pasalnya, mulai bermunculan agen-agen kopi kecil yang memasarkan kopi dari petani ke pemilik kedai kopi di dalam negeri.

Ada juga petani kopi yang langsung menjual kopi ke pemilik kedai kopi. Menjual kopi langsung ke pemilik kedai kopi, petani bisa mendapat harga lebih tinggi daripada menjual ke pengumpul yang akan mengekspor kopi ke Amerika, Eropa, Jepang, Korea dan China. []

Baca juga:

Berita terkait
0
JARI 98 Perjuangkan Grasi untuk Ustadz Ruhiman ke Presiden Jokowi
Diskusi digelar sebagai ikhtiar menyikapi persoalan kasus hukum yang menimpa ustaz Ruhiman alias Maman.