TAGAR.id, Jakarta – Pengamat ekonomi, Bhima Yudhistira, memperkirakan nilai ekspor Indonesia akan terus turun hingga akhir 2022 seiring dengan jebloknya harga sejumlah komoditas migas dan nonmigas di dunia. Sasmito Madrim melaporkannya untuk VOA.
Sejumlah negara yang masih dalam tahap melakukan transisi kebijakan pasca Covid-19, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China, turut mempengaruhi anjloknya harga komoditas tersebut.
Indonesia membukukan nilai ekspor sebesar 24,12 miliar dolar AS pada November 2022, atau turun 2,46 persen dibandingkan Oktober 2022.
"Kalau melihat dari faktor musiman, memang pada bulan Desember ada kecenderungan terjadi penurunan aktivitas dunia usaha, terutama yang berkaitan ekspor," jelas Bhima yang juga merupakan Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) kepada VOA, Jumat, 16 Desember 2022.
Sebaliknya, menurut Bhima, tren yang mengalami kenaikan pada November-Desember biasanya terjadi pada komoditas impor karena berkaitan dengan konsumsi Natal dan Tahun Baru. Ia memperkirakan ekspor akan naik kembali pada awal tahun mendatang.
Bhima berpendapat, pemerintah perlu memperluas pasar ekspor untuk meningkatkan kinerja ekspor pada tahun mendatang. Semisal ke sejumlah negara yang masih tumbuh atau diproyeksikan tumbuh ekonominya, seperti Filipina, Vietnam, Afrika Utara, dan Timur Tengah.
"Stimulus juga dibutuhkan. Sekarang sektor yang terdampak penurunan adalah tekstil dan pakaian jadi. Maka dibutuhkan diskon tarif listrik, pengurangan pajak hingga bantuan subsidi upah," tambah Bhima.
Menurut Bhima, stimulus pemerintah kepada dunia usaha dibutuhkan untuk memperkuat kinerja ekspor perusahaan-perusahaan di Tanah Air. Selain itu, pemerintah juga dapat memaksimalkan peran duta besar dan atase perdagangan untuk memberikan informasi produk yang dibutuhkan negara-negara lain.
Pemerintah juga dinilai dapat membantu pembiayaan ekspor bagi pelaku usaha termasuk UKM yang berorientasi ekspor. Bantuan tersebut bisa dilakukan melalui Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Menurut Bhima, sejumlah produk yang masih bisa dimaksimalkan untuk ekspor adalah makanan minuman, kosmetik, obat-obatan herbal, perikanan, dan produk olahan kayu. Bhima mengatakan, Indonesia juga berpeluang mengekspor suku cadang mobil listrik karena memiliki banyak bahan baku untuk ekosistem mobil listrik.
Nilai Ekspor Turun, Tetapi Surplus
Deputi Bidang Statistik Produksi (BPS) M. Habibullah, mengatakan meski nilai ekspor November 2022 mengalami penurunan, tetapi neraca perdagangan Indonesia masih mengalami surplus sebesar 5,16 miliar dolar AS. Surplus tersebut terutama berasal dari sektor nonmigas sebesar 6,83 miliar dolar AS, tetapi tereduksi oleh defisit sektor migas senilai 1,67 miliar dolar AS.
Habibullah menjelaskan bahwa penurunan ekspor terbesar pada November terjadi pada komoditas migas. Ekspor migas pada bulan lalu terkoreksi 11,85 persen, dari 1,29 miliar dolar AS menjadi 1,14 miliar dolar AS. Ekspor nonmigas juga mengalami penurunan tipis sebanyak 1,94 persen, dari 23,44 miliar dolar AS menjadi $22,99 miliar.
"Pada tahun 2021 dan 2022, pertumbuhan ekspor pada November memiliki pola yang sama, bila dibandingkan dengan kondisi Oktober, yaitu mengalami penurunan secara bulanan," jelas Habibullah secara daring, Kamis, 15 Desember 2022.
Data BPS menyebutkan penurunan terbesar ekspor nonmigas pada November 2022 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewan. Sedangkan yang masih mengalami peningkatan adalah logam mulia dan perhiasan. Ekspor nonmigas November 2022 terbesar ditujukan ke China dengan angka sebesar $6,28 miliar, disusul AS 2,10 miliar dolar AS, dan Jepang 1,90 miliar dolar AS. Sementara ekspor ke ASEAN dan 27 negara yang tergabung dalam Uni Eropa, masing-masing mencapai 4,25 miliar dolar AS dan 1,55 miliar dolar AS.
"Secara bulanan, nilai impor November 2022 sebesar 18,96 miliar dolar AS, turun 0,91 persen dibandingkan Oktober 2022," tambah Habibullah.
BPS merinci impor migas November 2022 membukukan angka 2,8 miliar dolar AS atau turun 16,64 persen dibandingkan Oktober 2022. Sedangkan impor nonmigas November 2022 tercatat 16,16 miliar dolar AS atau naik 2,45 persen dibandingkan Oktober 2022. (sm/ah)/voaindonesia.com. []